Rabu, 29 November 2017

Kembali ke akar kembali ke asal

Kembali ke akar kembali ke asal
Oleh : Joyo Juwoto

Kampung halaman adalah sumber air bening asal muasal kehidupan anak manusia, kampung halaman adalah kemurnian udara yang kita cecap yang kemudian mengalir bersama darah dan denyut nadi kita, Kampung halaman adalah matahari yang menjadi penerang bagi derap langkah manusia ke depan, kampung halaman adalah ibu bumi pertiwi yang melahirkan anak-anak manusia menjadi yang sekarang.

Kampung halaman adalah tanah tumpah darah di mana kesetiaan janji primordi digantungkan. Di manapun manusia berada tentu ia akan sangat merindukan kampung halamannya. Sejauh dan setinggi apapun manusia mengepakkan sayap-sayapnya ia akan selalu terbayang dan terkenang jua di mana ia berasal dan dilahirkan.

Kampung halaman ibarat tanah subur di mana akar-akar kehidupan mencecap hara kesucian dan tempat air kehidupan tersimpan. Setinggi apapun pohon tidak akan pernah lepas dari tanah dimana ia berpijak.  Kampung halaman menyimpan sejuta cinta dan selaksa rindu yang tersimpan di relung jiwa, yang pada saatnya akan terurai dalam pertemuan agung yang dikenal dengan nama pulang kampung.

Kampung halaman adalah tempat di mana kakang kawah adi ari-ari, getih dan puser kita bersemayam, terpendam di kedalaman bumi yang kita pijak, di kesunyian bumi batin yang terdalam dalam diri manusia. Maka ingatlah selalu kawah, ari-ari, getih dan pusermu, urip kuwi aja lali marang udele dewe, agar engkau tidak tersesat, karena pada dasarnya hidup haruslah mengerti sangkan dan paran. Sangkan Paraning Dumadi.

Sangkan berarti darimana engkau berasal, siapa engkau sesungguhnya, dan paran berarti akan kemana engkau kelak, untuk apa engkau dicipta, tujuan apa yang akan engkau capai di bayang-bayang kehidupan yang sementara ini, dan bagaimana akhir dari kehidupanmu.

Yang dari tanah kembali ke tanah
yang dari api kembali menjadi api
yang dari air kembali menjadi air
yang dari angin kembali menjadi angin
semuanya kembali menjadi cahaya
cahaya putih, cahaya kuning, merah, dan hitam
tenggelam, menyatu dalam cahaya kesejatian
kembali, kembali dalam kesejatian
Kun ma’allah


Setiap fase kehidupan pasti memiliki muara untuk kembali ke asal, kembali ke akar, kembali ke sumber, orang Jawa mengatakan bali marang mula mula nira, kembali kepada asal muasal kita. Dari tidak ada menuju ketiadaan, hanya yang sejati yang selalu ada dan tidak pernah hilang. Kesejatian itu hayyun la yamut, Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati. Orang yang lupa jalan kembali akan tersesat dan kehilangan kesejatian, karena pada dasarnya kesejatian adalah puncak dari segala tujuan hidup manusia. Kun Ma’allah.

1 komentar:

  1. Bagiku kampung halaman adalah tempat istirahat yg sempurna selepas berbulan-bulan berkutat dg kemacetan Jakarta :-D

    BalasHapus