Kembali ke
akar kembali ke asal
Oleh : Joyo
Juwoto
Kampung
halaman adalah sumber air bening asal muasal kehidupan anak manusia, kampung
halaman adalah kemurnian udara yang kita cecap yang kemudian mengalir bersama
darah dan denyut nadi kita, Kampung halaman adalah matahari yang menjadi
penerang bagi derap langkah manusia ke depan, kampung halaman adalah ibu bumi
pertiwi yang melahirkan anak-anak manusia menjadi yang sekarang.
Kampung
halaman adalah tanah tumpah darah di mana kesetiaan janji primordi digantungkan.
Di manapun manusia berada tentu ia akan sangat merindukan kampung halamannya.
Sejauh dan setinggi apapun manusia mengepakkan sayap-sayapnya ia akan selalu
terbayang dan terkenang jua di mana ia berasal dan dilahirkan.
Kampung
halaman ibarat tanah subur di mana akar-akar kehidupan mencecap hara kesucian
dan tempat air kehidupan tersimpan. Setinggi apapun pohon tidak akan pernah
lepas dari tanah dimana ia berpijak. Kampung
halaman menyimpan sejuta cinta dan selaksa rindu yang tersimpan di relung jiwa,
yang pada saatnya akan terurai dalam pertemuan agung yang dikenal dengan nama
pulang kampung.
Kampung
halaman adalah tempat di mana kakang kawah adi ari-ari, getih dan puser
kita bersemayam, terpendam di kedalaman bumi yang kita pijak, di kesunyian bumi
batin yang terdalam dalam diri manusia. Maka ingatlah selalu kawah, ari-ari,
getih dan pusermu, urip kuwi aja lali marang udele dewe, agar engkau
tidak tersesat, karena pada dasarnya hidup haruslah mengerti sangkan dan
paran. Sangkan Paraning Dumadi.
Sangkan berarti
darimana engkau berasal, siapa engkau sesungguhnya, dan paran berarti
akan kemana engkau kelak, untuk apa engkau dicipta, tujuan apa yang akan engkau
capai di bayang-bayang kehidupan yang sementara ini, dan bagaimana akhir dari kehidupanmu.
Yang
dari tanah kembali ke tanah
yang
dari api kembali menjadi api
yang
dari air kembali menjadi air
yang
dari angin kembali menjadi angin
semuanya
kembali menjadi cahaya
cahaya
putih, cahaya kuning, merah, dan hitam
tenggelam,
menyatu dalam cahaya kesejatian
kembali,
kembali dalam kesejatian
Kun
ma’allah
Setiap
fase kehidupan pasti memiliki muara untuk kembali ke asal, kembali ke akar, kembali
ke sumber, orang Jawa mengatakan bali marang mula mula nira, kembali
kepada asal muasal kita. Dari tidak ada menuju ketiadaan, hanya yang sejati
yang selalu ada dan tidak pernah hilang. Kesejatian itu hayyun la yamut, Yang Maha
Hidup dan tidak pernah mati. Orang yang lupa jalan kembali akan tersesat dan
kehilangan kesejatian, karena pada dasarnya kesejatian adalah puncak dari
segala tujuan hidup manusia. Kun Ma’allah.
Bagiku kampung halaman adalah tempat istirahat yg sempurna selepas berbulan-bulan berkutat dg kemacetan Jakarta :-D
BalasHapus