Sabtu, 26 Desember 2020

Asal-usul Desa Demit Jatirogo

Asal-usul Desa Demit Jatirogo
Oleh: Joyo Juwoto

Desa Demit adalah salah satu desa yang ada di kecamatan Jatirogo. Desa Demit mayoritas penduduknya adalah petani, selain itu Demit terkenal sebagai desa penghasil kerajinan batu bata merah. 

Selain karena tekstur tanah yang memang cocok dipakai bahan baku bata merah, wilayah ini juga dekat dengan hutan yang memungkinkan pembakaran batu bata menggunakan kayu dari hutan. Kualitas batu bata dari daerah Demit sudah tidak diragukan lagi. 

Mungkin pembaca bertanya, kok  nama desanya serem ya? Demit. Dalam bahasa Jawa demit berarti hantu, atau gendruwo. Tapi benarkah desa Demit adalah desa hantu? 

Berikut saya ceritakan ulang mengenai asal-usul desa Demit, semoga kisah cerita turun temurun ini bisa dikenang dan dilestarikan keberadaannya sebagai salah satu wisdom lokal masyarakat. 

Dahulu kala ada suatu daerah terpencil yang mana daerah tersebut masih berupa hutan belantara. Diceritakan suatu ketika ada seorang wali bersama dengan para pengawalnya melewati daerah itu. Tepat pada saat itu datang waktu untuk melakukan sholat dhuhur. 

Sang Wali dan pengikutnya itu pun mencari tempat yang dapat digunakan untuk menjalankan sholat dhuhur. Akan tetapi tidak ada tempat yang layak digunakan untuk sholat, hingga akhirnya salah satu pengawalnya mengusulkan untuk membuka daerah itu menjadi sebuah padepokan. 

"Wahai Sang Kiai, bagaimana jika kita membuka hutan ini menjadi padepokan, dan kita menetap di sini? Kata salah satu pengikut Wali tersebut. 

Sang wali pun menyetujui saran dari salah satu pengawalnya itu. Dan saat itu juga dimulailah pembabatan hutan hingga akhirnya menjadi tanah yang lapang dan luas.

" Baiklah, pengembaraan kita akhiri di tempat ini. Kita akan membuka hutan ini menjadi sebuah padepokan, agar masyarakat bisa belajar agama di sini." Ujar sang Wali kepada muridnya

Untuk melengkapi sarana padepokan maka sang wali berfikir untuk mendirikan masjid di tempat tersebut, agar kelak dapat digunakan untuk beribadah bersama sekaligus tempat untuk belajar para santri-santrinya. 

Sebelum proses pembangunan masjid dilaksanakan sang wali akan melaksanakan sholat hajat terlebih dahulu guna meminta petunjuk kepada Allah SWT. Namun ketika akan mengambil air wudlu ia mencari-cari sumber air di sekitar padepokan.  Sang Wali tidak menemukan sumber air hingga akhirnya ia berjalan ke arah selatan dari padepokannya. 

Dan ternyata di wilayah bagian selatan dari padepokan ditemukan sebuah sendang besar, airnya sangat bersih jernih. Sendang itu sangat asri dengan pepohonan yang menghijau di sekitarnya. 

Sang Wali kemudian menuju ke Sendang itu dan mengambil air wudlu. Pada saat wali mengambil air wudlu beliau merasakan sesuatu yang aneh, air di sendang itu ternyata sangat dingin sekali yang dalam bahasa Jawa disebut“ademe amit-amit." 

"Air sendang ini bersih dan jernih, tapi airnya sangat dingin. Ademe amit-amit, besok kalau tempat ini ramai maka sebagai penanda tempat ini saya beri nama Demit, dari kata ademe amit-amit. " Begitu kata Sang Wali sesudah mengambil air wudhu. 

Karena tempat itu dirasa cocok untuk pemukiman, akhirnya Sang Wali membangun masjid didekat sendang tersebut. Lama kelamaan daerah itu menjadi ramai dan banyak orang yang sama menetap di sana.

Sebagaimana yang disabdakan oleh sang wali, nama daerah tersebut dikenal dengan sebutan“DEMIT” sebuah nama yang diambil dari sebuah sendang yang airnya dingin sekali atau “ademe amit-amit”. Sendang tersebut sampai sekarang masih ada dan digunakan pengairan oleh masyarakat yang ada di Desa Demit Kec. Jatirogo.Demikian

Demikian kisah asal-usul desa Demit yang dikisahkan oleh sesepuh desa secara lisan dan turun temurun dari generasi ke generasi. Semoga tulisan sederhana tentang asal-usul desa ini bisa ikut menjaga kelestarian dan kebudayaan yang ada di sekitar kita.

Senin, 30 November 2020

Titi Mangsa

TITI MÅNGSÅ
Kariptå déning: Kang Joyo Juwoto

Nalikå jago wis pådhå kluruk
Ramé pådhå kemruyuk
Nalikå srengéngé wus katon mlethèk ing sisih wétan
Padhang byar madhangi bumi gumelar
Nalikå prawan désa såbå menyang blumbang
Angudi tirtå wening saking sendhang

Elingå yèn mångså iku dhudhuk watu
Mångså kuwi lumaku
Pindhå mégå ing angkåså
Kang tan owah gingsir ing rubedå

Sing cilik dadi gedhé
Sing peteng dadi padhang
Wong bodho pådhå dadi pinter
Sing pinter ngudi bebener

Èling-èling duk tekan titi mangsané
Mbesok ing jaman sulåyå
Kabèh ngaku bener
Rebut pinter
Ning jebulé malah keblinger
Pådhå rebut kuaså
Jebulé mung bisa gawé rekåså

Kabèh ngaku becik
Jebulé malah kuwalik
Kabéh ngaku tulådhå
Jebulé mung biså gawé memålå
Mulå manungså kang béjå punikå
Kang tansah ngudi èling lan waspådå


Bangilan, 14 Agustus 2020

Manunggaling Kawula Gusti


MANUNGGALING KAWULÅ GUSTI
Kariptå déning: Kang Joyo Juwoto

Wengi iki tan såyå ening
Swårå jangkrik lan sato anglir kepati
Sumiliré angin anggåndå wangi puspå melathi
Hyang wulan merbabak bang kencånå ing jumantårå
Amadhangi jagad salumahing bawånå

Ing antarané langit angkasa lan langit ing jroning dhådhå
Cahyå kumålå madhangi jagading jiwå
Memuji marang Dzat Kang Suci ing telenging ati
Hu hu hu kang tånpå upami

Duh Gusti sun tansah amemuji
Kelawan lair lan bathin
Kelawan dhohir lan sir
Hu såpå Irå såpå ingsun
Hu tan ånå Pengeran kajåbå Hu

Duh Gusti sun tansah amemuji
Marang Hu kang tan kenå kinåyå ngåpå
Lebur sirnå tan ånå rupå kajåbå Hu Kang Sejati
Hu Allah... 
Hu Råbbi... 
Hu... Hu... Hu...
Manjing manunggal antarané kawula lan Gusti


Bangilan, 14/10/2020

Kamis, 29 Oktober 2020

Tadzkirah Terjemah Kitab Barzanji Karya Mbah Misbah Zainil Mustofa

Tadzkirah Terjemah Kitab Barzanji Karya Mbah Misbah Zainil Mustofa
Oleh: Joyo Juwoto

Beberapa waktu yang lalu saya membeli kitab Maulid Al Barzanji yang diterjemahkan dengan tulisan pegon oleh KH. Misbah Zainil Mustofa, atau yang akrab dipanggil Mbah Bah. 

Mbah Bah adalah seorang ulama kenamaan dari Bangilan Tuban yang banyak menulis kitab. Salah satunya yang baru saja saya baca ini. Di dalam pengantarnya beliau menulis tadzkirah tentang kegiatan Al Barzanji yang ada di tanah kelahiran beliau, yaitu Leteh Rembang. Berikut tulisan mbah Bah yang berbahasa Jawa saya alih bahasakan  ke bahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan saya dalan menangkap tulisan mbah Bah. Silakan disimak di bawah ini. 

Ketika Mbah Bah mondok di Rembang, di Rembang ada kejadian yang berkaitan dengan penghormatan terhadap maulidurrasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ceritanya begini:

Di kampung Leteh ada seorang yang termasuk dari golongan awam, namanya Mbah Mul. Mbah Mul ini seorang pengrajin emas, atau istilahnya kemasan. 

Mbah Mul ini suka mengikuti pengajian kampung di ndalemnya Syaikhona Kholil Rembang. Sudah menjadi kebiasaan jika memasuki bulan Rabiulawal masyarakat mengadakan kegiatan hormat Maulid Al Barzanji di langgar sebelah utara rumahnya mbah Mul. Beliau tidak pernah ketinggalan, pasti mengikuti kegiatan muludan ini.

Ketika pembacaan al Barzanji sampai pada mahallul qiyam,  yaitu pada bacaan "Wa muhayyan kassyamsi minka mudhi'u" Mbah Mul melihat ada orang yang memakai jubah berwarna hijau. Dengan hiasan warna keemasan. 

Mbah Mul terkejut, ia menganggap yang datang adalah Kiai Kholil Rembang. Kemudian mbah Mul bersalaman dengan orang tersebut. Mbah Mul heran, karena ada Kiai Kholil datang tapi orang-orang tidak ada yang salaman dengan mbah Kholil. Kok yang salaman hanya dia sendiri. 

Tidak berselang lama, orang yang dianggap Kiai Kholil tadi keluar dari majelis, pulang. Mbah Mul masih dalam kondisi kebingungan, itu tadi siapa? 

Setelah selesai pembacaan Al Barzanji, mbah Mul agak marah sama jamaah kok tidak ada yang salaman dengan Kiai Kholil. Para jamaah juga heran melihat tingkah polah mbah Mul. Selain melihat mbah Mul setengah membungkuk saat pembacaan Al Barzanji, mereka juga mencium aroma wangi pada tangan mbah Mul. 

Akhirnya, Orang-orang yang ada di langgar sama berkeyakinan bahwa yang hadir tadi adalah Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Terbukti semalaman bau wangi aroma minyak misik tersebut tidak hilang dari tangan mbah Mul, padahal beliau tidak memakai minyak tersebut.

Demikian salah satu fadhilah membaca Al Barzanji sebagaimana yang diceritakan oleh Mbah Bah. Seorang awam yang bernama Mbah Mul, karena kecintaannya kepada Kanjeng Nabi yang diungkapkan dengan mengikuti dan pembacaan Al Barzanji, beliau mendapatkan anugerah kasyah hingga bertemu dengan Sang Kekasih Sayyidina Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam. *Wallahu a'lam bis showab.*

Bangkalan, 12 Rabiul Awal 1442
Pesarean mbah Kholil

Rabu, 28 Oktober 2020

Yang Muda yang Berkarya

Yang Muda yang Berkarya
Oleh: Joyo Juwoto

Generasi muda adalah generasi pendobrak kebekuan sebuah peradaban. Generasi muda adalah generasi yang memiliki semangat membara untuk melakukan inovasi yang berarti bagi kehidupan masyarakat. Generasi muda adalah agen of change-nya peradaban, generasi yang membidani lahirnya semangat pembaharuan bagi  nilai-nilai kehidupan yang memasuki masa status quo bagi suatu bangsa. 

Suara bapak Proklamator Indonesia Bung Karno masih terdengar menggelegar, "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."

Lihatlah sejarah bagaimana peran pemuda menoreh tinta emas sejarahnya. Duo proklamator bangsa Indonesia Soekarno-Hatta mengawali gerakan kebangsaan pada usia yang sangat muda. 

Soekarno adalah diusia 15 tahun sudah melek politik. Ia bersama teman-teman di rumah bapak kosnya seorang tokoh besar yang dijuluki sebagai "Raja Jawa tanpa Mahkota" yaitu sang guru  bangsa HOS. Cokroaminoto, telah melahap pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Thomas Jefferson, George Washington, Benyamin Franklin, dan tokoh-tokoh intelektual kelas dunia. 

Di usia remaja, Soekarno bersama kawan-kawan diskusinya telah aktif dalam kegiatan politik, ekonomi, dan sosial dalam wadah organisasi Trikoro darma. 

Demikan pula Bung Hatta, tokoh yang sangat lekat dengan buku dan tulisan ini telah merantau ke negeri Belanda untuk menuntut ilmu di usia 19 tahun. Di sana beliau berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta bersama Tjipto Mangoenkoesoema, Ki Hadjar Dewantara, dan Soekiman mendirikan perkumpulan yang dikenal dengan nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia Belanda).

Indische Vereeniging menjadi media diskusi kebangsaan para pemuda Indonesia saat itu. Karena fokus dari kegiatan organisasi ini adalah kemerdekaan Indonesia,  maka nama organisasi ini kemudian diubah lebih radikal lagi yaitu Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Perubahan nama ini dampaknya luar biasa, para pemuda pemberani ini telah berani menyuarakan nama Indonesia di kancah dunia.

Dalam karier pergerakannya, Hatta telah malang melintang mengikuti konferensi-konferensi tingkat internasional bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh dunia dan diusia yang ke 25, Hatta memimpin rapat anti kolonialisme dan imperialisme di Brussels Belgia pada tahun 1927.

Bung Hatta yang saat itu sebagai ketua Perhimpunan Indonesia dengan beberapa kawannya, akhirnya ditangkap oleh pemerintah Belanda, karena dianggap membahayakan dan meresahkan. Hatta bersama Nazir Pamuntjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djohodingrat dimasukkan 
jeruji penjara Casius-Straat. Dalam pembelaan di peradilan, Hatta menulis yang membuat geger masyarakat Eropa saat itu, "Indonesia Vrij" (Indonesia Merdeka).

Lihatlah! dan ambillah pelajaran dan hikmah dari dua pemuda yang pernah dimiliki bangsa ini. Mereka pemuda-pemuda yang berkarya untuk bangsa dan negara. Mereka adalah pemuda-pemuda yang harapan bangsa. 

Kita butuh pemuda sebagaimana yang dikatakan Bung Karno, pemuda yang mampu menggoncangkan dunia dengan prestasi dan karya yang bermakna tentunya . 

Soekarno-Hatta telah memberikan yang terbaik dengan apa yang mereka punya, sebagai harga yang layak dibayarkan untuk kemerdekaan negeri ini. Lalu apa yang akan kita berikan untuk tanah tumpah darah kita tercinta? 

Di hari Sumpah Pemuda yang ke 92 ini , mari kita berrefleksi, dan merenungkan kembali, apa yang bisa kita buktikan, dan kita baktikan untuk Ibu Pertiwi Nusantara tercinta. Salam Pemuda harapan bangsa. 


Bangilan, 28 Oktober 2020

Sabtu, 04 Juli 2020

Hadiah Ulang Tahun Untuk Adik Ninda


Hadiah Ulang Tahun Untuk Adik Ninda
Oleh: Joyo Juwoto

Hari ini adalah hari ulang tahun adik Ninda yang kelima. Hari yang cukup membahagiakan, di mana di hari ulang tahunnya, Adik mendapatkan hadiah yang cukup spesial dari Ayah. Untuk pertama kalinya, ulang tahun adik Ninda dirayakan dengan cukup meriah.
Iya, Ayah menggelar selamatan mengundang anak-anak tetangga untuk menghadiri hari yang membahagiakan kami semuanya. Ayah dan ibuku tentu sangat bahagia melihat anak-anaknya tumbuh semakin dewasa, cantik, lucu, dan pintar.
Adik Ninda adalah si bungsu dari kami bertiga. Adik kedua saya bernama Nafa, sekarang ia masih duduk di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah.
Saya sendiri bernama Naila, si sulung di keluarga kami. Saat ini saya duduk di kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah di kota Kecamatan Bangilan. Saya sebagai Kakak tertua dari Adik Ninda yang akan berulang tahun, saya mendapatkan tugas yang cukup membuat  deg-degan.
Saat acara ulang tahun yang akan diselenggarakan sore nanti, saya mendapatkan tugas membawakan cerita untuk anak-anak yang hadir. Wow...saya memang senang bercerita, dan kali ini saya  akan mencoba bercerita di depan umum. Pada saat perayaan ulang tahun adik saya.
Satu Minggu sebelum acara, saya berlatih setiap hari. Ninda dan Nafa saya ajak bermain sekolah-sekolahan. Saya memerankan diri sebagai seorang guru. Saya mengajari adik-adik saya membaca, dan kadang  saya bercerita. Saya kadang melihat YouTube untuk mengasah kemampuan saya dan meniru gaya bercerita para pendongeng.
Walau saya sudah banyak berlatih, rasa grogi dan deg-degan masih saja menghantui perasaan. Takut jika nanti saya lupa alur cerita yang saya bawakan. Saya sadar bahwa kemampuan profesional perlu dilatih semenjak dini. Jika kita malas berlatih tentu kita juga tidak akan pernah bisa dalam hal apapun, termasuk bercerita.
Usai shalat dhuhur, saya membantu ayah menyiapkan tempat untuk perayaan ulang tahun adik Ninda. Kami sekeluarga menata ruangan yang akan kami tempati untuk perayaan. Balon dan kertas pita warna-warni mendominasi ruangan depan rumah kami.
Suasana ruangan sudah cukup meriah, tinggal menunggu waktu Asar Tiba. Tepat bakda Asar acara perayaan ulang tahun adik Ninda akan dimulai. Saya pun mempersiapkan diri. Yang memandu acara adalah Ibu sendiri.

Satu demi satu anak-anak tetangga sebelah mulai berdatangan. Kebanyakan mereka diantar oleh ibunya. Ada pula yang datang sendiri, tetangga yang paling dekat dengan rumah.
Suasana menjadi cukup meriah, tepatnya ramai sekali dengan coletah anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Kadang ada yang menangis karena jajan dan mainannyanya direbut temannya. Setelah undangan sama berdatangan acara pun dibuka.
Biar suasananya terkesan meriah, saya membagikan balon kepada anak-anak yang datang. Balonnya berwarna-warni. Anak-anak memegang balon dan melempar-lemparkannya ke udara.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"
Bagaimana kabarnya anak-anak?
Ibu saya yang menjadi MC  membuka acara dengan salam. Anak-anak yang tadinya ramai, mulai agak diam. Walau masih saja ada yang berseliweran kesana kemari. Memang tidak mudah mengatur anak-anak.
"Anak-anak yang sholih, sebelum acara nyanyi dan tiup lilin, ini Kak Naila akan mendongeng untuk kalian semua... horeeee...kalian mau didongengi apa sama Kak Naila?"
"Aku mau cerita Ipin Upin saja" teriak Fernando, salah satu anak yang memegang balon berwarna merah.
"Aku ingin cerita Kancil saja" seru yang lainnya.
"Oke anak-anak, kak Naila akan segera bercerita untuk kalian. Siapa yang anteng dan diam mendengarkan, nanti dapat hadiah ya? Demikian rayu Ibu kepada anak-anak agar mereka mau diam dan mendengarkan suara ibu.
"Ayo Kakak maju sini" ajak Ibu melambaikan tangan kepada saya.
Saya pun maju ke depan teman-temannya Ninda. Anak-anak masih ramai, Ninda sendiri juga ke sana kemari bersama teman-temannya.
Untuk meredakan dan mengkondisikan suasana, saya mengajak adik-adik untuk bernyanyi bersama. Mereka sangat senang dan bersemangat ketika diajak bernyanyi-nyanyi, walau suara mereka banyak tidak beraturannya.
"Halo adik-adik semua, di hari ulang tahun Dik Ninda sore ini, mari kita rayakan dengan bernyanyi bersama terlebih dulu."

Selamat
Ulang tahun,
Kami ucapkan.
Selamat
Panjang umur!
Kita 'kan doakan.

Selamat
Sejahtera, sehat sentosa!!
Selamat panjang umur
dan bahagia!

"Baiklah adik-adik, Kakak mau bercerita, dengarkan ya? Adik Ninda ke sini, maju ke depan sama kakak."
Setelah kondisi agak stabil saya pun mulai bercerita. Saya menceritakan tentang dongeng seekor Kumbang sombong yang berlomba lari cepat menuju pulau putri di tengah laut bertanding dengan seekor kunang-kunang.
Karena kesombongannya inilah si kumbang yang seharusnya menang melawan kunang-kunang, ia menjadi kalah. Padahal kumbang memiliki badan lebih besar dan kecepatan terbang lebih cepat dibandingkan dengan kunang-kunang. Sedang kunang-kunang tubuhnya kecil, terbangnya pun cukup lambat.
Sedangkan sebabnya kunang-kunang bisa menang melawan kumbang, karena kunang-kunang memiliki kesabaran dan ketekunan dalam menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kunang-kunang juga tabah menghadapi hinaan dan cacian dari si kumbang.
Anak-anak kelihatannya sangat suka mendengarkan dongeng saya, apalagi saya membawa alat peraga berupa gambar pulau putri yang sangat cantik, gambar kumbang yang berwarna hitam galak, dan gambar kunang-kunang yang lucu.
Setelah selesai bercerita, acara dipandu dan dilanjutkan oleh ibu, hingga selesai. Anak-anak sangat senang, mereka mendapatkan beraneka  jajan dan minuman. Acara diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Ayah.
Sesudah acara selesai, anak-anak pun berpamitan untuk pulang. Mereka membawa nasi kotak dan jajan sebagai oleh-oleh di rumah. Anak-anak pun sama memberikan ucapan selamat dan hadiah kepada Adik Ninda. Suasana di rumah kami sangat menyenangkan, adik Ninda bertabur hadiah dari teman-temannya, dan juga mendapatkan hadiah yang spesial dari Ayah dan Ibu.
Sore itu menjadi momen yang indah dan tak terlupakan bagi kami sekeluarga. Terima kasih teman-teman, terima kasih semuanya.

Bangilan, 21 Juni 2020

Menempuh Jalan Sunyi

Menempuh Jalan Sunyi* 
Oleh: Joyo Juwoto*


Berpuisi adalah salah satu cara  menempuh jalan sunyi. Tentu tidak semua orang mampu melakukannya. Saya mengatakan, mereka ini adalah orang pilihan, orang yang mendapatkan anugerah Tuhan.
Hanya orang-orang yang tangguh di nalar dan tabah secara nurani yang sanggup memikul beban berat dari sebuah kesunyian ini.
Ketika saya meniti kata demi kata dalam puisi Cak Sarib, seakan saja sedang diperjalankan menuju tangga ma'rifatullah, menuju altar suci Ketuhanan.
Sejatinya puisi memang bukan sekedar deretan kata tanpa makna, bahkan disetiap susunan huruf-huruf dalam bait puisi adalah bagian dari kontemplasi sang penulis.
Kumpulan puisi yang ditulis Cak Sarib cukup indah dan puitik, dengan menawarkan makna dan tafsir yang beragam. Puisi yang baik menurut saya memang puisi yang kaya akan makna dan metafor. Bisa jadi puisi itu pendek, tapi mengandung makna mendalam. Perhatikan puisi pendek yang ditulis oleh Cak Sarib yang berjudul "Diam" sebagai berikut:

“Diam”

"Sunyi nisbi derap desir hati melewatkan angin kebahagiaan panjatkan doa episode kebajikan dan keabadian."

Simak dan lihatlah, betapa singkatnya puisi ini. Tapi di balik itu ada makna yang nyamudra. Diam adalah satu dari sekian proses pengendapan gerak lahir dan gerak batin.
Pada posisi diam bukan berarti vakum dari sebuah nilai dan ide. Pada posisi diam justru saat yang sama kita sedang mengaktifkan dan menggerakkan energi tanpa batas, “Kosong itu berisi, berisi itu kosong.”
Secara filosofis sebenarnya saya tidak mampu menggapai makna dari ungkapan “Kosong itu berisi, berisi itu kosong”, namun sebagai gambaran yang saya pahami secara sederhananya saya kutipkan mutiara Hikamnya Ibn Athaillah as-Sakandari sebagai berikut:

مانفعَ القَلبَ شَيءٌ مثلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بها ميدان فِكرةٍ

Artinya: "Tiada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati kecuali uzlah,karena dengannya alam fikir akan menjadi lapang."
Menurut saya, puisi yang berjudul "Diam" ini adalah bentuk uzlah fikiran dan hati dari Cak Sarib. Dan puisi ini menurut saya menjadi ruh dari kumpulan puisi beliau yang berjudul "Bunga Kasih Menara Ma'rifat Rindu Jalan Hu."
Dalam diam akan tumbuh bunga ma'rifat, dan bunga itu kemudian mewangi menebar kebaikan di semesta raya. Bunga adalah simbol dari nilai-nilai kebaikan, sedang aroma wanginya adalah keabadian sebagai bekal menuju jalan kerinduan kepada jalan Hu.
Hu ini berasal dari kata Huwa, diwaqofkan menjadi Hu, menurut Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Mafatihul Ghaib Hu adalah isim dhomir yang mewakili asma'ul a'dzom Allah Swt. Jadi kerinduan kepada jalan Hu adalah kerinduan untuk bersatu dengan-Nya.
Saya mengamini bahwa puisi adalah salah satu jalan untuk suluk kepada Tuhan. Sebagaimana Syekh Jalaluddin Rumi dengan magnum opusnya "Al Matsnawi"  yang menjadi secawan anggur di altar suci ketuhanan.
Saya rasa puisi-puisi Cak Sarib bisa menjadi "Bunga Kasih Menara Ma'rifat Rindu Jalan Hu. Sebagai jalan bersuluk untuk meraih ma'rifatullah dengan jalan bekerja dan berkarya yang didasarkan pada niat Lillahi Ta'ala, sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Titik Triwulan Tutik dalam prolognya di buku ini juga.
Membaca puisi Cak Sarib seperti berenang di sebuah telaga keteduhan. Kadang juga seperti berdiri mematung di pinggir pantai berkarang penuh gelombang. Saya tidak hendak memonopoli tafsir atas puisi beliau, silakan arungi dan jelajahi di setiap diksinya dan pembaca akan merasakan pengalaman batin dan sensasinya sendiri-sendiri.
Akhir kata, selamat untuk Cak Sarib yang telah memahatkan ujung penanya menjadi jariyah yang tak berkesudahan. Mengalir bersama gremicik sungai kata dan telaga makna dalam untaian bait-bait puisinya. Semoga.

Bangilan, 21 Juni 2020




Menempuh Jalan Sunyi* Sebuah Epilog pada Antologi Puisi "Bunga Kasih Menara Ma'rifat Rindu Jalan Hu"

[* Joyo Juwoto adalah penulis ekspresif, santri, guru, penyair, pekerja kreatif, penggerak “Komunitas Kali Kening” Bangilan Tuban]

Kekuatan Kata-kata

Sumber: https://mbaratna.com/

Kekuatan Kata-kata
Oleh: Joyo Juwoto*


Kata-kata adalah doa, apa yang kita ucapkan akan direspon oleh semesta. Jadi jangan heran ketika apa yang kita ucapkan benar-benar menjelma menjadi suatu kenyataan. Baik itu kata-kata positif ataupun kata-kata yang bernada negatif. Itulah the power of mestakung, kekuatan semesta mendukung. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam mengucapkan sesuatu.
Kata-kata memiliki daya kekuatan yang dahsyat. Apalagi jika kata-kata itu diucapkan dengan cara-cara tertentu. Mantra adalah kata-kata yang disusun dengan ritual khusus, dan dibaca atau diucapkan pada waktu yang khusus pula. Hasilnya sangat dahsyat. Mantra menjelma menjadi kekuatan yang mampu menembus lintas ruang dan waktu.
Kita tentu sangat akrab dengan istilah santet, tenung, ritual pemanggilan arwah, dan lain-lain yang semuanya menggunakan kata-kata yang disusun sedemikian rupa. Kata-kata ini memiliki daya dan tuah yang diyakini oleh masyarakat.
Selain mantra, kata-kata positif dan sugestif juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian seseorang. Tidak heran jika hari ini banyak sekali bermunculan profesi yang berhubungan dengan kata-kata yang mengandung sugesti positif ini. Semisal therapist, motivator, para penceramah agama, yang kesemuanya menggunakan kata-kata sebagai media untuk melakukan propadanda dan mempengaruhi masyarakat.
Doa termasuk tersusun dari kata-kata permohonan yang disampaikan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan doa ini pengaruhnya sangat dahsyat sekali. Oleh karena itu saya mengawali tulisan saya bahwa kata-kata adalah doa. Berkata-kata yang baik berarti kita sedang menabung pundi-pundi kebaikan pula. Begitu sebaliknya jika kita berkata yang bernilai sampah, maka kita pada hakekatnya juga sedang mengumpulkan sampah dalam kehidupan kita.
Oleh karena itu jangan pernah meninggalkan doa dalam setiap keadaanmu, karena doa adalah cara di mana manusia mengadu secara langsung kepada Tuhannya. Bisa kamu bayangkan, jika pengaduan kita didengar dan diterima oleh Yang Maha Kuasa. Jangankan meminta harta kekayaan, jika kita sudah dekat dengan Tuhan maka singgahsana surga pun akan menjadi milik kita.
Tujuan awal diciptakannya manusia adalah dalam rangka agar manusia beribadah kepada Tuhannya. Doa dalam sebuah hadits dikatakan sebagai intisarinya ibadah. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw yang berbunyi:
"الدُّعَاءُ مُحُّ الْعِبَادَةِ"
Artinya: “Doa merupakan  intisari dari ibadah.”

Oleh karena itu, manusia harus menyertakan do’a di setiap lini kehidupannya. Artinya, manusia selalu menyertakan Tuhan di dalam segala aktivitas kehidupannya. Jngan sampai kita lepas atau bahkan berjarak dengan-Nya. Karena bagaimanapun manusia selalu membutuhkan Tuhan Yang Maha Segalanya.
Ketika kita menyertakan Tuhan dalam setiap kehidupan kita, maka tidak sesuatu yang mustahil yang membuat kehidupan kita susah dan sulit. Bahkan dalam kondisi sulit sekalipun akan selalu ada kemudahan yang diberikan Tuhan kepada kita. Di dalam Al Qur’an Allah Swt berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Setiap orang tentu memiliki kata-kata yang membuat dirinya memiliki daya dan kekuatan di dalam menghadapi kehidupan. Oleh karena itu, kita harus mencari kata-kata yang sesuai dan sejalan dengan apa yang ada dalam diri kita sendiri. Setiap orang tentu berbeda dalam memakai dan mengaplikasikan energi dari kata-kata ini. Silakan cari kata-kata yang sesuai dengan gerak batin kita, sehingga kita mampu memaksimalkannya menjadi kekuatan yang membuat kehidupan kita lebih baik dari sebelumnya.
Silakan diperhatikan, setiap orang yang sukses hampir dipastikan mempunyai kata-kata sakti, kata-kata yang memberikan daya kekuatan untuk terus bertahan dari segala kegagalan. Saya akan memberikan contoh dan mengupas secara singkat tentang kata-kata motivasi yang memberikan andil besar terhadap keberhasilan bagi banyak tokoh di dunia.
Yang pertama adalah Thomas Alva Edison. Sang Jenius yang pernah dianggap bodoh ini mengomentari seribu kegagalannya dengan cukup elegan. "I Have not failed. I've just found 1000 ways that won't work. (Saya tidak gagal. Tetapi justru menemukan seribu cara yang tidak benar). Lihatlah, betapa positif dan bergairahnya Thomas Alva Edison dalam menyikapi kegagalannya yang tidak satu kali dua kali saja. Ia begitu terbuka dan memberi ruang maaf yang luas bagi kegagalannya. Dia tidak pernah mengadili dirinya sebagai orang yang gagal, dia tidak pernah menyerah.
Selain kata-kata di atas, Thomas Alva Edison juga memiliki kata-kata yang mampu mengubah kehidupan dirinya bahkan kehidupan peradaban seluruh umat manusia. Berikut saya kutipkan beberapa kata-kata dari Sang Jenius ini:
1.      “Nilai dari sebuah ide terletak pada penggunaannya.”
2.      “Nilai diri Anda ditentukan oleh siapa diri Anda dan bukan apa yang Anda miliki.”
3.      “Apa yang Anda inginkan nampak dari apa yang Anda lakukan.”
4.      “Hanya karena sesuatu tidak sesuai dengan apa yang Anda rencanakan, tidak berarti itu tidak berguna.”
5.      “Kita tidak akan memiliki kondisi yang lebih baik di masa depan jika kita puas dengan semua yang kita miliki saat ini.”

Begitulah sudut  pandang dan cara berfikir Thomas Alva Edison, di mana ia tidak pernah berputus asa dari penelitian demi penelitian yang dilakukannya, sehingga ia berhasil menemukan sesuatu yang sangat fenomenal dan berguna bagi kehidupan serta peradaban umat manusia. Tercatat ada sebanyak 1.093 hak paten yang dimiliki oleh Edison ini. Bisa dibayangkan, jika saja sekali dua kali, atau bahkan seratus kali Thomas gagal kemudian ia berputus asa, maka namanya tidak akan pernah dikenal oleh dunia sama sekali.
Kedua saya mengambil contoh seorang tokoh besar dari dunia militer. Napoleon Bonaparte. Sang Jendral militer dari Perancis ini cukup terkenal dan memiliki pengaruh yang besar bagi peradaban di dunia, khususnya di bidang militer. Hampir sebagian besar benua Eropa ditaklukkan olehnya.
Napoleon adalah seorang ahli strategi perang yang hebat, ia juga seorang jendral yang disegani oleh kawan maupun lawan. Tidak hanya pakar di dalam front pertempuran saja, ternyata Napoleon ini memiliki lidah yang “berapi-api.” Napoleon adalah seorang orator yang ulung, tidak heran jika ia memiliki pasukan yang sangat taat dan loyal kepadanya. Apa yang dikatakan oleh Napoleon menjadi bara api semangat yang membakar daya juang pasukannya saat bertempur. Dan ini menjadi salah satu dari kelebihannya dibandingkan dengan lawan-lawannya saat itu.
Ada banyak sekali kata-kata bijak dari Napoleon Bonaparte. Saya akan mengutip beberapa saja yang berkaitan dengan dunia kemiliteran yang ia geluti.
1.      “Setelah Anda menetapkan keputusan, tetaplah pada keputusan tersebut; tidak ada lagi ‘jika’ atau ‘tetapi’.”
2.      “Kematian bukan apa-apa, tetapi hidup dalam kekalahan dan tercela adalah mati setiap hari.”
3.      “Tidak mungkin adalah kata yang hanya ditemukan dalam kamus orang bodoh.”
4.      Jika Anda membangun pasukan dengan 100 singa dan pemimpin mereka adalah seekor anjing, dalam pertarungan apa pun, singa akan mati seperti anjing. Tetapi jika Anda membangun pasukan dengan 100 anjing dan pemimpin mereka adalah seekor singa, semua anjing akan bertempur sebagai seekor singa
5.      “Dia yang takut ditaklukkan pasti kalah.”

Silakan dicermati dan dirasakan dengan hati, betapa kata-kata yang keluar dari mulut sang jendral ini memiliki daya kekuatan yang dahsyat. Bahkan kekuatan dari kata-kata Napoleon ini terbukti mampu melakukan ekspansi militer hingga menguasai banyak negara di dunia.
Yang ketiga saya akan mengambil contoh seorang ilmuan muslim yang cukup ternama. Ibn Sina. Ibn Sina atau di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna adalah seorang tokoh legendaris dalam dunia kedokteran. Beliau dikenal sebagai “Bapak Pengobatan Modern.” Karya monumentalnya adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine.
Sang ilmuan yang sudah hafal Al Qur’an sejak usian 5 tahunan ini cukup cemerlang di dalam ilmu pengobatan
1.      “ Tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan kecuali kemalasan. Tak ada obat yang tak berguna selain kurangnya pengetahuan.”
2.      “ Kita diuji dengan adanya suatu kelompok yang mengira bahwa Allah tidak memberi petunjuk selain pada mereka.” 
3.       “ Dokter yang bodoh adalah ajudan kematian.” 
4.       “ Bilamana aku bingung, akupun pergi shalat menghadap maha pencipta, sampai dibukakan-Nya kesulitan dan dimudahkan-Nya kesukaran.”
5.       “ Saya memilih umur pendek tapi penuh makna dan karya, daripada umur panjang yang hampa.”

Demikian beberapa kata-kata bijaksana yang memiliki kekuatan dan daya yang mampu menggerakkan, menguatkan, dan memberikan sentuhan magis bagi orang-orang yang megucapkan dan meyakininya. Dan ini terbukti mampu membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi peradaban umat manusia di dunia.





Joyo Juwoto*
Penulis adalah seorang santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Jawa Timur Indonesia. Menulis baginya adalah sarana untuk belajar dan berbagi pengetahuan  kepada siapa saja. Penulis bisa dihubungi via WhatApp dinomor 085258611993 atau di media sosial di akun FB/IG @joyojuwoto.

Kamis, 18 Juni 2020

Rinduku Diamuk Sepi

Rinduku Diamuk Sepi
Oleh: Joyo Juwoto

Bening matamu menembus labirin kalbu
Menyisakan detak rindu dalam malam-malam yang syahdu

Selarik senyummu merekah indah, menguar pijar bahagia berbunga-bunga

Aku rindu sayu matamu yang serupa purnama

Aku rindu canda tawamu yang menghapus lampus luka jiwa

Dalam sepi kuterbang ke alam imaji
Memeluk hasrat yang lumat dikerat sang waktu

Dalam temaram senja bayanganmu selalu menjelma
Menjadi gelombang nestapa yang menghantam karang di dada

Rinduku remuk redam, dalam amuk palu seribu godam

Rinduku diamuk sepi, dalam sunyi memeluk hati

Rinduku gundah resah, dalam rinai hujan tak berkesudahan

Di tempias waktu yang bisu, aku terus menunggu bayangmu
Yang larut dalam kabut berbalut kalut

Bangilan, 18062020

Rabu, 17 Juni 2020

Mengantar Buku-buku kepada Empu-nya (Bagian 4)

Mengantar Buku-buku kepada Empu-nya (Bagian 4)
Oleh: Joyo Juwoto

Ini adalah tulisan saya edisi keempat yang berjudul "Mengantar Buku-buku kepada Empu-nya" saya sebenarnya sudah kehabisan ide untuk menuliskan perjalanan mengantar buku-buku kepada para penulisnya. Apalagi tidak semua  penulis saya datangi ke rumahnya secara langsung.

Dibagian 3 kemarin, saya bercerita tentang situs-situs dan petilasan yang ada di Grabagan. Jika ada  pembaca yang penasaran dengan situs-situs tersebut bisa langsung meluncur ke lokasi untuk melihatnya secara langsung dan investigasi kepada masyarakat sekitar.

Setelah dari Grabagan saya berencana menuju Kec. Plumpang, mengantar bukunya Bu Budi Wasasih. Awalnya beliau meminta untuk dikirimkan via pos, agar tidak merepotkan. Saya mengiyakan, namun buku beliau tetap saya bawa dan rencana akan saya haturkan langsung.

Bu Budi selain sebagai pegiat literasi juga seorang yang mencintai lingkungan. Di pekarangan rumahnya banyak tanaman hias yang ditata sedemikian rupa. Bu Budi pernah cerita, beliau pernah mengikuti lomba cipta puisi, dan hadiahnya dibelikan tanaman hias. Tanaman itu masih ada sampai kini.

Saat di ndalemnya Bu Eva, beliau menawari agar bukunya Bu Budi ditinggal di Grabagan saja. Saya tak bisa menolak niat baik dari Bu Eva yang memang priyantunnya baik hati, penyabar, lembah manah dan tidak sombong. Ringkasnya, beliau ini masuk dalam kriteria manusia rohani (pinjam judul bukunya Gus Ulil Abshar Abdalla).

Setelah tanggungan mengantarkan buku selesai, saya mengambil jalan pulang menuju Grabagan arah desa Jetak Kec. Montong. Lewat jalur perladangan warga dan menembus hutan-hutan jati. Asyiknya jalan raya di pedalaman Tuban mayoritas sudah beraspal.

Dari Kec. Montong saya ada janji untuk bertemu dengan Bu Fatimah, salah satu penulis buku Antologi IGPT. Karena buku beliau juga masih saya bawa. Padahal rumah beliau yang paling dekat dengan saya. Bu Fatimah ini luar biasa. Semangat belajarnya tanpa batas, saya sering stalking di FB beliau. Saya merasa iri, Bu Fatimah sering menjalin koneksi intelektual dengan doktor-doktor dan profesor dari luar negeri.

Bu Fatimah seorang guru bahasa Inggris di MTs Islamiyah Senori, jadi kemampuan beliau bercuap-cuap dengan bahasa Inggris ini sangat mendukung dengan hobinya belajar dengan para doktor dan profesor luar negeri. Tidak heran jika kemampuan beliau di atas rata-rata. Tahun 2020 ini, Bu Fatimah dinobatkan sebagai guru berprestasi tingkat Kabupaten Tuban. Congratulation to You, Bu Guru.

Setelah menyampaikan bukunya Bu Fatimah, saya dan mas Ical meluncur pulang. Perjalanan tinggal 10 menitan untuk sampai di rumah. Ketika pamitan ini, Bu Fatimah memberikan sebuah buku kepada saya. Buku tentang motivasi. Terima kasih Bu, hadiah bukunya. Saya masih menunggu hadiah buku dari njenengan lagi, buku yang penulisnya adalah sebuah nama yang terinspirasi dari putrinya Kanjeng Nabi Muhammad. Fatimah.

Merakurak, 17 Juni 2020