Ziarah
Ke Maqam Wali Janjang
Oleh
: Joyo Juwoto
Maqam
Wali Janjang memang tidak setenar maqam wali-wali lain di tanah Jawa seperti
maqam Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan sunan-sunan
lainnya yang jamak disebut oleh masyarakat sebagai Wali Songo. Walau demikian
bukan berarti maqam wali janjang sepi pengunjung. Ada saja masyarakat yang
datang dan berziarah di maqam yang berada di desa Janjang kecamatan Jiken
Kabupaten Blora itu.
Konon
Maqam Wali Janjang adalah maqam dua orang bersaudara keturunan dari keraton
Jipang Panolan. Mereka adalah Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Swara.
Mereka berdua sampai di perbukitan Janjang kemudian menetap di sana hingga
meninggal dunia. Maqam Janjang dianggap sebagai cikal bakal dan pepunden desa
Janjang yang sekarang.
Saya
kemarin (7/11/2017) berkesempatan berziarah untuk yang kedua kalinya ke maqam
Janjang bersama beberapa orang teman. Ada Kamituo Kedungmulyo, Juru Kunci Maqam
Keramat Dopyak, Pak Dhe Masyhari, ada calon Carik Sidokumpul, dan ikut serta
dalam rombongan Mas Adi pemangku masjid Banaran Sidotentrem.
Jika
di ziarah yang pertama saya tidak ketemu juru kunci maqam, untuk kunjungan saya
yang kedua ini cukup istimewa, kami berlima berkesempatan masuk ke maqam Mbah
Janjang. Walau harus menunggu lengsernya matahari senja, kami merasa gembira
karena Pak Dhe Masyhari mengabarkan bahwa pak Inggi sebagai pemangku maqam
Janjang siap datang dan membuka maqam.
Setelah
hari hampir gelap, Pak Inggi datang, dengan ramah beliau mempersilakan kami
menunaikan apa yang menjadi maksud kedatangan kami ke Janjang. Beliau pun
membuka gembok maqam dan kami pun masuk untuk berziarah dan bertahlil di dalam
maqam.
Setelah
selesai bertahlil,kami pun duduk-duduk di beranda maqam sambil ngobrol-ngobrol
sama Pak Inggi. Menurut Pak Ngasi, Kepala desa Janjang yang menjabat sekarang
(2017) Mbah Janjang adalah seorang suci yang pada masa hidupnya suka menolong
orang lain, banyak karomah yang dimiliki oleh Mbah Janjang, baik semasa
hidupnya ataupun sesudah beliau berdua meninggal dunia.
Yang
pasti hingga hari ini banyak orang-orang yang berziarah dan berwasilah dengan
Mbah janjang. Masalah tujuan dan hasilnya kita serahkan kepada orangnya
masing-masing, sebagai pemangku maqam saya hanya memfasilitasi keperluan
peziarah saja. Ujar Pak Inggi Janjang.
Lebih
lanjut pak Inggi juga mengatakan bahwa siapapun boleh berziarah di maqam
Janjang, tidak peduli apapun agamanya, asal jangan saat pasaran legi
dan wage. Karena itu sudah menjadi pantangan sejak mbah-mbah dulu, kata Pak Ngasi.
Mantab. Lihatlah sejarah supaya kita tahu siapa kita. Supaya ndak jumawa dan supaya ndak tergelincir. Lak nggeh ngoten tho, Mbah?
BalasHapusCerita sejarah jaman dahulu saya sangat suka sekali.. Mantap mbah, di bookmark rumiyin..
BalasHapus