Minggu, 31 Mei 2020

Gus Ulil Gus Milenial, Pelopor Ngaji Virtual

Gus Ulil Gus Milenial, Pelopor Ngaji Virtual
Oleh: Joyo Juwoto

Di jagad maya ada dua Kiai yang sering mbalah kitab kuning, pertama Kiai Kuswaedi Sewon Bantul Yogyakarta dan yang kedua Kiai Ulil Abshar Abdalla. Setidaknya dua Kiai ini yang pertama kali saya kenal mempelopori pengajian kitab kuning secara virtual, melalui siaran langsung via streaming Facebook.

Biasanya Kiai Kuswaedi yang tinggal di PP. Maulana Rumi Sewon Bantuk Yogyakarta mbalah kitabnya Syekh Muhyiddin Ibn Arabi dan Rubaiyatnya Syekh Jalaluddin Ar-Rumi. Sedang Kiai Ulil yang akrab dipanggil Gus Ulil ini mbalah kitab Ihya' Ulumuddin, karya Hujjatul Islam Imam Al Ghazali. Untuk bulan Ramadhan kemarin, Gus Ulil menambahkan dengan mengaji kitab al-Munqidz min al-Dlalâl, karya imam Al Ghazali juga.

Saya mengenal nama Gus Ulil cukup lama, karena beliau memang sangat fenomenal di jagad pemikiran umat Islam di Indonesia. Tapi baru di hari raya tahun lalu saya berkesempatan ketemu beliau di ndalem Rembang. Saat itu sebenarnya saya ingin sowan Gus Mus, dan ketepatan Gus Ulil menjadi badalnya Gus Mus, yang saat itu baru nandang gerah.

Dengan adanya pengajian online di media sosial, saya rasa ini menjadi semacam keberkahan bagi kita semua, para santri dan masyarakat luas tentunya. Karena mengaji sekarang cukup simple dan fleksibel. Tinggal kemauan kita saja dalam menuntut ilmu yang perlu dibangkitkan.

 Hari ini sambil rebahan di rumah, kita bisa mengaji berbagai macam kitab, bermacam lintas pemikiran, termasuk yang lagi viral adalah ngaji Ihya’ melalui media online di bawah asuhan Gus Ulil Abshar Abdalla. Tampaknya, selain Ulama legendaris K.H. R. Abdullah bin Nuh, yang menguasai pemikiran Imam Al Ghazali, Gus Ulil ini juga telah menunjukkan kapasitas beliau sebagai Kiai milenial, yang mendalami dan menguasai betul pemikiran dari Imam Al Ghazali. Bahkan bisa dikatakan beliau sebagai pakarnya Ihya’ di abad ini.

Walau tidak semua pengajiannya saya simak,  tapi ada beberapa hal yang saya ingat, ada sekian menit yang kadang saya mengikuti pengajian beliau. Ya hanya kadang saja. Ibarat santri saya bisa dikategorikan sebagai santri mbeling. Kadang ngaji kadang tidak, namun lebih banyak tidaknya. Untuk beberapa materi ngaji yang disampaikan Gus Ulil mungkin akan saya tuangkan dalam tulisan lain. Di sini saya hanya ingin sekedar menulis unek-unek dan apa yang berkelebat dalam pikiran saya saja tentang ngaji Ihya’-nya Gus Ulil.

Saat Gus Ulil membuat woro-woro kuis ngaji Ihya', saya tertarik. Saya harus ikut mbuh piye carane. Ya, karena tadi, masalahnya saya tidak mengikuti pengajian beliau secara keseluruhan. Keikutsertaan saya ini ada pamrihnya, saya ingin ikut kelas menulis yang kabarnya akan dilaksanakan di bulan Juni depan via aplikasi Zoom. Syukur-syukur dapat hadiah, ya Alhamdulillah. Semoga saja.

Apa yang dilakukan Gus Ulil ini, menurut saya adalah sebuah inovasi baru dalam proses mengaji sekaligus berliterasi. Mengaji dengan cara bandongan ala pesantren yang dilakukan oleh Gus Ulil secara virtual ini sangat menginspirasi, pengajian beliau ternyata juga banyak diminati dan diikuti oleh para santri dan masyarakat umum.

Biasanya santri dalam mengaji memang modelnya macam-macam. Ada yang ngaji kuping, ngaji tabarrukan, dan ngaji dalam arti yang sebenarnya, yaitu benar-benar menyimak kitab dan memahaminya. Ajaibnya, semuanya ini bernilai ibadah dan dihitung sebagai amal tholabul Ilmi. Alhamdulillah.

Pada pengajian online yang dilakukan oleh Gus Ulil ini beda. Dan ini tentu menambah khazanah kebudayaan model pengajian di pesantren. Ngaji lalu ada kuisnya, model pengajian yang sangat milenial, dan yang lebih penting ada hadiahnya pula.

Para santri yang mengaji dan mbalah kitab ihya  kemudian setelah pengajian usai, agar ilmu yang  diwedar tidak hilang begitu saja, Gus Ulil meminta melalui kuis agar para santri menulis tentang tema yang beliau sampaikan saat pengajian. Ini adalah salah satu cara untuk mengikat ilmu, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi'i, "Ilmu adalah binatang buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Demikian yang dapat saya tuliskan semoga bermanfaat.

Sungkem Gus Ulil Abshar Abdalla
Sungkem ugi kalih MbakAdmin, Ning Ienas Tsuroiya

#kuisNgajiIhya
#kesanSantriOnline