Senin, 30 April 2018

Gebyar Literasi dan Bedah Buku Santri ASSALAM Bangilan Tuban

ASSALAM Magazine Fair 2018 siang tadi (Senin, 30 April 2018) menggelar acara launcing dan bedah buku karya santri-santri ASSALAM Bangilan yang terhimpun dalam antologi Kembang Aksara, dengan judul "Kepada Pemilik Rasa." Selain buku antologi, siang itu juga membincang sebuah novel karya dari santri kelas 3 yang berjudul "Dia adalah Rehan."

Buku antologi Kembang Aksara yang ditulis oleh santri kelas 5 A KMI ASSALAM Bangilan berisi karya tulis berupa puisi, cerpen, dan esai. Proses penulisan buku ini cukup singkat, hanya sekitar satu minggu naskah sudah siap, tinggal masuk ke tahapan selanjutnya, dan akhirnya diterbitkan oleh Iluvia Publishing. Sungguh proses yang singkat dan luar biasa.

Dalam salah satu puisi yang tadi sempat dibacakan di acara launcing, saya  cukup terpana. Astaga! sungguh membuat saya terkaget, puisi dengan judul "Pulang" benar-benar menyihir dan membuat saya merenung. Sedikit saya cuplikkan isi dari puisi tersebut :

Pulang

Seberapa pun jauh kau akan pergi
Segelap apapun tempatmu berdiri
Pada akhirnya kau akan kembali
...

Puisi ini ditulis oleh seorang santri yang belum lulus sekolah tingkat menengah, tetapi puisinya cukup menyentak kesadaran. Bahwa pada saatnya kita akan kembali, kembali ke rumah, ke kampung kita yang sebenarnya, yaitu kampung akhirat tentunya. Itu sedikit puisi yang tadi dicuplik di acara bedah buku. Tentu isi lainnya juga luar biasa, mungkin jika pembaca penasaran  bisa langsung menghubungi pihak penerbit atau langsung menanyakannya di Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban.

Buku yang satunya yang dibedah adalah sebuah novel. Ini sangat luar biasa, menulis novel itu butuh tenaga ekstra, nafas yang panjang, dan kemahiran dalam merangkai dan mengolah kata tentunya. santei kelas 3 KMI ASSALAM sudah mampu membuatnya. Sebenarnya jika berbicara masalah menulis buku, di ASSALAM Bangilan bisa dikatakan sebagai tempatnya bibit-bibit itu. Telah banyak santri-santri yang menulis di sela-sela kesibukannya belajar. Saya kira ini perlu pembinaan yang baik agar bibit-bibit ini nantinya menjadi tanaman yang bermanfaat.


Acara gebyar literasi yang dibuka langsung oleh pengasuh ponpes ASSALAM Bangilan Tuban, KH. Yunan Jauhar, M.Pd.I ini cukup antusias dan meriah. Abah Yunan Jauhar memberikan apresiasi positif dengan terselenggaranya gebyar literasi ini. Beliau juga memberikan pesan:"Menulislah yang bermanfaat agar tulisanmu menjadi investasi kelak di akhirat, sebagaimana ulama-ulama dulu menulis," demikian ungkap beliau.

Selain bedah buku juga ada bazar buku murah yang digelar di halaman pesantren. Santri-santri termotivasi untuk menulis yang nantinya, satu tahun ke depam bisa dilauncing di acara semisal. Tidak heran jika minat santri untuk menulis cukup besar, karena memang santri ASSALAM sangat gemar membaca. Hal ini tentu tidak lepas dari salah satu semboyan yang selalu dipegang "Jangan mengaku menjadi santri ASSALAM kalau belum cinta membaca" (KH. Moehaimin Tamam).



Rabu, 25 April 2018

Kerja Bakti di Sekolah

Kerja Bakti di Sekolah
Oleh : Joyo Juwoto

Minggu ceria, matahari baru saja muncul dari ufuk Timur menerangi alam raya. Burung kutilang berkicau riang di dahan randu di pekarangan rumahku. Ayam-ayamku di kandang juga tidak mau kalah meramaikan pagi yang sejuk.

Aku baru saja menyelesaikan shalat subuh, tepat beberapa menit sebelum matahari mekar kemerahan. Udara masih dingin menyengat, embun pagi di pucuk daun dan rerumputan tampak bening bersinar ditimpa sinar matahari pagi yang lembut.

Pagi itu sekolahku libur, tanggal merah di kalender yang menempel di dinding telah aku tandai dengan spidol merah, "kerja bakti di sekolah." Ya, pagi itu ada jadwal kerja bakti di sekolah, dan kali ini kelasku yang mendapatkan giliran untuk kerja bakti.

Kemarin Ibu wali kelasku, Bu Fitri mengumumkan bahwa, libur minggu ini siswa kelas 1 mendapat giliran kerja bakti di sekolah, yang dijadwalkan satu bulan sekali secara bergiliran antar kelas. Tiap kelas akan mendapatkan jatah untuk kerja bakti sebulan sekali.

Siswa laki-laki disuruh membawa sabit dan cangkul, sedangkan siswa perempuan disuruh membawa sapu dan ikrak. Saya sudah bilang sama Ibu, bahwa sapu dan ikraknya saya pinjam untuk saya bawa ke sekolah. Karena siswa perempuan mendapat tugas menyapu dan membersihkan sampah serta rumput untuk dibuang ke tempat sampah.

Setelah sarapan pagi aku pun pamit sama ibuku, untuk kerja bakti bersama teman-temanku. Aku segera ke rumah temanku Mega, rumahnya tidak jauh dari rumahku. Kami telah janjian untuk berangkat bersama ke sekolah.

Sesampai di sekolah siswa dan siswi yang lain sudah sama datang. Bu Fitri guru kelas kami yang akan memimpin kerja bakti juga sudah tampak sibuk membagi siswa - siswi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga siswi dan dua siswa.

Aku bersama lima temanku, Mega, Filza, Supri, dan Anto kebagian membersihkan lapangan bola volly di pekarangan belakang sekolah. Temanku laki-laki menyabit rumput dan membersihkannya dengan cangkul, sedang kami yang perempuan menyapu serta membuah sampah-sampahnya.

Sedangkan kelompok yang lain mendapatkan tugas membersihkan kamar mandi, halaman sekolah, serta ruang kelas.

Kami bekerja secara gotong-royong, dan saling bahu membahu membersihkan lingkungan sekolah. Masing-masing kelompok bekerja dengan penuh semagat dan riang gembira.

Aku dan Teman-teman kelompokku bekerja membersihkan rumput - rumput dan meratakan lapangan dengan pasir kali. Lapangan itu nantinya akan digunakan saat pelajaran olahraga.

Masing-masing kelompok sibuk dengan pekerjaannya, suasananya sangat ramai dan meriah.

Setelah bekerja bakti seluruh siswa dan siswi dikumpulkan oleh Bu Fitri di halaman sekolah. Beliau mengucapkan terima kasih kepada siswa-siswi kelas 1 yang hadir dan ikut kerja bakti pagi itu.

Kami semua pun bergembira, mendapatkan giliran kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah yang dilaksanakan rutin satu bulan sekali. Usai kerja bakti, kami pun beristirahat, duduk-duduk di bawah pohon di halaman sekolah sambil menikmati bekal yang kami bawa dari rumah.

Senin, 23 April 2018

Momentum Hari Kartini dan Hari Buku Sedunia


Momentum Hari Kartini dan Hari Buku Sedunia
Oleh : Joyo Juwoto

Kemarin, hari ini, besok, esok atau entah kapan lagi, sebuah buku mungkin belum selezat pizza, tidak seenak coklat, atau tidak semenarik pop corn saat dibawa nonton di gedung bioskop, tetapi sampai kapanpun buku tetaplah memiliki penggemar yang tidak kalah fanatiknya dengan penonton sepak bola. Buku sampai kapanpun akan menjadi benda keramat yang disimpan rapi di rak-rak buku, di dalam lemari yang terkunci, dan menjadi pajangan kebanggaan. Saya tidak tahu apakah kalimat saya yang terakhir ini termasuk hal yang positif bagi dunia perbukuan atau justru menjadi sesuatu hal yang mencemaskan.

Ngomong-ngomong masalah buku, mengapa ya kok tidak seramai dan seheboh seperti hari Kartini? padahal waktunya berdekatan, sama-sama jatuh di bulan April, tanggalnya pun hanya terpaut satu hari saja. Hari Kartini tanggal 21 April, sedang hari buku sedunia tanggal 23 April. Saya sendiri ya baru mikir dengan fenomena historis ini.

Saya sendiri belum begitu paham apa itu hari buku sedunia, dan saya kebetulan juga belum googling tentang ini. Tetapi dari namanya dapat dipastikan hari buku tentu punya kaitan dengan dunia literasi, dunia membaca dan menulis. Sedang hari Kartini yang diperingati sebagai hari emansipasi kaum wanita pada dasarnya juga punya hubungan yang erat dengan dunia literasi. Bukankah nama Kartini abadi salah satu faktornya adalah karena tulisan-tulisannya?

Dari sisi ini kemudian saya baru berpikir, mengapa ya perayaan hari Kartini dan hari buku sedunia tidak dibuat serangkaian dan sepaket saja. Lembaga-lembaga dan instansi-instansi pendidikan yang menyelenggarakan perayaan hari Kartini sekalian mempromosikan hari buku sedunia? Memang hari buku secara nasional juga ada, namun saya kira tidak mengapa jika hari Kartini juga memiliki semangat sebagai hari literasi, karena menurut saya Kartini juga menginspirasi dalam dunia buku, dunia tulis menulis.

Memperingati hari buku sejatinya adalah mengingatkan kembali bahwa buku memiliki andil dan sumbangan yang cukup besar terhadap revolusi dan perkembangan dunia, termasuk tentu di Indonesia. Para tokoh-tokoh nasional kita yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini adalah para kutu buku dan maniak buku.

Bung Karno adalah seorang pembaca yang tekun, ketika teman-temannya asyik dan sibuk bermain, Soekarno banyak menghabiskan usia mudanya dengan membaca buku. Dari buku itulah Soekarno berkenalan dengan ide-ide besar para tokoh dunia, seperti Thomas Jefferson, penulis Declaration of Independen) dari buku pula Soekarno berbicara dan berdiskusi dengan Karl Marx, Lenin, JJ. Rousseau, Aristide Briand, dan Jean Jaubres seorang ahli pidato terbesar dalam sejarah Prancis.

Bung Hatta juga seorang penggila buku. Tokoh yang mendampingi Soekarno dalam pembacaan teks proklamasi 45 ini adalah seorang pecinta buku yang luar biasa. Hatta ini tidak bisa berpisah dengan buku-buku, kemanapun ia berada, disampingnya tentu ada buku-buku yang menjadi idolanya. Saking cintanya kepada buku, sampai-sampai Hatta menjadikan buku sebagai istri pertamanya, sedang istrinya sendiri berada diurutan kedua. Gila! Eh! Bung Hatta ini menikah dengan istrinya, Rahmi dengan mas kawin buku yang ditulisnya sendiri. Luar biasa.

Tan Malaka, tokoh yang menggagas dan membuat konsep “Republik Indonesia” adalah seorang pembaca yang ulung, bukan hanya sekedar membaca, Tan Malaka menulis banyak bukum yang menjadi konsep Republik Indonesia merdeka. Tulisan-tulisan Tan ini menjadi rujukan para tokoh nasional termasuk Soekarno untuk menentukan langkah Indonesia merdeka seratus persen dari penjajahan Belanda.

Begitulah daya kekuatan sebuah buku yang mampu menginspirasi dan mengubah sebuah peradaban bangsa bahkan dunia, sebagaimana hal besar yang juga dilakukan oleh RA. Kartini yaitu mencerahkan peradaban kaum dan bangsanya dengan menulis. Tentu menulis di sini juga dibarengi dengan aksi nyata di luar lembaran-lembaran kertas tentunya, agar ilmu yang ada di dalam buku tidak mengendap di kepala, tetapi juga diaplikasikan di dunia nyata.

Hari Kartini dan Hari Buku Sedunia adalah momentum untuk membuat sebuah monumen bersejarah, bahwa hari Kartini tidak sekedar bedak dan lipstik, namun lebih dari itu menjadi cahaya pengetahuan yang menerangi puncak peradaban bangsa, minadz dzuluumaati ilan nuur. Habis Gelap Terbitlah Terang. Semoga.


Dunia Anak Dunia Bermain

Dunia Anak Dunia Bermain
Oleh : Joyo Juwoto

Saya bersyukur di jaman sekarang masih ada anak-anak tingkat sekolah dasar  yang mempunyai waktu dan kesempatan untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Di jaman sekarang di mana kesempatan bermain anak semakin terkurangi dengan banyaknya tugas sekolah, les, kegiatan ekstra kurikuler sekolah, dan seabrek kegiatan lain yang tentu banyak menyita waktunya anak-anak.

Saya tidak mengatakan bahwa seluruh kegiatan yang diikuti oleh anak-anak hari ini tidak baik, justru mungkin sangat baik dan bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan dan nilai akademik anak, namun satu hal yang jangan sampai terampas dari dunia anak adalah bermain, karena hal itu telah menjadi tahapan dan fitrah perkembangan fisik maupun psikologis anak-anak.
Oleh karena itu mengapa para ahli pendidikan anak menyarankan agar segala kegiatan anak selalu dibumbui dan dikemas dalam bentuk permainan, karena memang dunia anak sejatinya adalah dunia kebahagiaan dengan bermain bersama teman-temannya.

Anak jaman sekarang diakui atau tidak lebih banyak disibukkan dengan berbagai kegiatan akademis sekolah. Anak tingkat sekolah dasar saja sudah harus belajar berbagai macam pengetahuan yang menurut saya sudah cukup sulit dikerjakan oleh anak seumuran sekolah dasar. Mungkin ini dikatakan sebagai sebuah kemajuan dalam dunia belajar, seorang anak usia SD sudah mampu menguasai materi pengetahuan anak tingkat SLTP.

Saya sangat setuju dengan kemajuan berfikir anak-anak jaman sekarang yang sudah melampaui usianya, namun yang perlu dirumuskan dan tidak boleh ditinggalkan dalam dunia pendidikan kita adalah dunia bermain yang juga menjadi hak anak. Agar perkembangan anak seimbang antara pengetahuan akademis dan perkembangan jiwa anak bisa berjalan seiring dan saling melengkapi.

Di jaman gadget mulai merebak di kalangan anak-anak dengan berbagai fitur yang sangat menggoda, tentu model bermain yang sehat, yang menyertakan fisik dan psikis anak sangat kurang sekali. Oleh karena itu kita sebagai orang tua harus waspada dengan pertumbuhan anak-anak kita. Sudahkah anak-anak kita tumbuh berkembang secara seimbang antara jasmani dan ruhaninya, berkembang antara jiwa individual dan sosialnya?

Saya masih ingat, jaman di mana gadget belum ikut serta mengasuh dan mendampingi tumbuh berkembangnya anak-anak kita. Anak-anak sangat asyik bermain bersama teman-temannya. Mereka berinteraksi, bersosialisasi dengan lingkungan di mana mereka tinggal. Anak-anak bermain bersama dengan sangat gembira. Mereka berlari, berkejaran, bersembunyi, saling kerja sama dan sebagainya. Skill dan segala potensi yang ada di dalam diri anak terasah dan tereksplore dengan baik ketika mereka bermain bersama teman-temannya, sedan ini sangat penting perkembangan fisik dan mental anak-anak kita tentunya.



Sabtu, 21 April 2018

Kartini Tidak Hanya Diujung Konde Dan Kebaya

Kartini Tidak Hanya Diujung Konde Dan Kebaya
Oleh : Joyo Juwoto

Semakin hari  energi Kartini semakin terasa dan menjadi trend di tengah-tengah masyarakat kita. Ini dapat kita lihat di koran-koran, di televisi, di media sosial, yang getol memperlihatkan budaya Kartini. Berbagai macam kegiatan diselenggarakan dengan memakai nama Kartini. Mulai dari perlombaan dalam rangka hari Kartini, menghimbau para pekerja toko, instansi publik, sekolah-sekolah berbusana adat , hingga memajang foto di sosmed dengan busana adat masing-masing daerah.

Tanda-tanda positif ini tentu menggembirakan, karena di tengah maraknya gempuran budaya luar, ternyata masyarakat kita masih punya kepedulian dengan cara berpakaian adat nenek moyang mereka di hari Kartini, walau ini tentu hanya sekedar formalitas belaka.

Hal yang baik ini tentu perlu kita syukuri dan kita khusnudhoni, semoga semangat untuk meniru Kartini tidak hanya sebatas menggelar  acara ritualistik semata, namun juga diresapi dan dihayati sebagai nilai-nilai luhur yang teraplikasikan di dalam ruang pribadi maupun ruang publik, sehingga semangat Kartini ini menjelma menjadi satu norma hidup yang bukan hanya sekedar seremonial dan gaya-gayaan.

Meneladani pandangan hidup, sikap, dan perilaku para pahlawan bangsa adalah sikap yang baik yang harus diajarkan dan disosialisasikan sejak dini kepada generasi bangsa ini. Dan tentu teladan yang baik adalah cara utama untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan itu, termasuk apa yang ada di dalam semangat hari Kartini juga harus disampaikan dengan utuh, dhohir batin, jasmani dan ruhani.

Mungkin hari ini kita baru melihat semangat hari Kartini pada perayaan-perayaan semata, kita baru mengeja Kartini sebagai tampilan fisik, kita baru melihat Kartini pada ujung konde, pada lembar kebaya, Kartini adalah berbusana adat, dan hal-hal lain yang masih bersifat tampilan fisik. Tak apa, dan boleh-boleh saja mengekspresikan hari Kartini dengan hal-hal yang sedemikian. Namun kita jangan lupa, sisi-sisi lain Kartini juga harus mulai kita eksplore secara detail dan kita tunjukkan kepada generasi muda Indonesia Raya tercinta ini.

Kita harus bisa membayangkan masa di mana Kartini harus berjuang melawan adat dan kolonialisme yang begitu erat menggenggam kebebasan kala itu. Kita harus bisa memahami betapa sulitnya seorang Kartini memperjuangkan kaumnya untuk bisa duduk sejajar dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan. Sejajar di sini bukan dalam arti harus sama dengan laki-laki, namun lebih pada makna peran Hawa yang tidak hanya berada di bawah bayang-bayang kaum Adam, tetapi lebih dari itu, perempuan juga memiliki peran penting di ranah pribadi dan publik yang tidak menyalahi kodratnya sebagai seorang perempuan.


Peran Kartini hari ini tentu tidak hanya sekedar diujung konde dan kebaya, namun peran Kartini bisa menjadi agen perubahan dan menjadi pelopor kebaikan bagi kaumnya dan masyarakat luas tentunya.Dan ini yang memang dicita-citakan oleh Kartini dalam sebuah tulisannya, “Aku sungguh ingin mengenal seorang yang kukagumi, perempuan yang modern dan independen, yang melangkah dengan percaya diri dalam hidupnya,ceria dan kuat, antusias dan punya komitmen, bekerja tidak hanya untuk keepuasan dirinya namun juga memberikan dirinya untuk masyarakat luas, bekerja untuk kebaikan sesamanya.” 

Jumat, 20 April 2018

Sahabatku Inspirasi Menulisku

Sahabatku Inspirasi Menulisku
Oleh : Joyo Juwoto

Sahabatku Inspirasi menulisku adalah sebuah buku memoar  kopdar sebuah komunitas literasi yang kemudian dikodifikasikan menjadi sebuah buku. Walaupun ditulis sebagai sebuah kenangan, namun buku ini memberikan  energi positif bagi kalangan yang ingin berkecimpung di dunia tulis menulis. Karena hampir disetiap tulisan para peserta kopdar menceritakan lika-liku perjalanan dan perjuangan untuk menjadi seorang penulis.

Ada banyak kata motivasi untuk menempuh jalan sunyi di dunia literasi, ada kisah yang mengharu biru yang menyertai perjalanan kopdar, dan tentu banyak cuplikan tentang materi literasi yang disampaikan oleh para narasumber. Pokoknya buku antologi yang disunting oleh M. Nurroziqi ini ibarat peta dan kompas yang membimbing para pembaca untuk menjadi seorang penulis.

Saya yang kebetulan hadir di acara kopdar tersebut juga ikut menuliskan sedikit memoar saya tentang kopdar. Sayang saya hadir terlambat dan pulang cepat, sehingga tidak full merasakan hebohnya kopdar para penulis yang datang dari berbagai penjuru nusantara. Walau demikian, setidaknya saya bisa mencicipi makan siang dan materi yang disampaikan oleh Pak Hernowo Hasyim, Pak Ngainun Naim, dan Pak Much. Khoiri alias Pak Emcho.

Buku bersambul hijau tua yang relatif tipis ini saya kira bisa menjadi semacam pemantik agar siapa saja mau dan mampu menjadi penulis, ya, setidaknya akan ada niat dan harapan bahwa suatu saat nanti akan menulis atau bahkan akan menjadi seorang penulis yang hebat, bermartabat dan menebar manfaat dengan tulisan.

Berikut saya cuplikkan secara acak beberapa hal penting dalam buku Sahabatku Inspirasi Menulisku:

@Pekerjaan menulis tidak bisa digantikan siapapun. Beda dengan jabatan publik. Selalu berganti dan memang harus berganti-ganti. –Nunung N Ummah.

@Inti dari menulis adalah menuangkan ide. Seterampil apapun anda dalam menulis, tapi jika tidak ada ide yang akan ditulis, maka jari ini akan berhenti. – Arfan Mu’ammar.

@Penulis itu ya nulis. Sementara perbaikan terhadap tulisan adalah tugasnya penyunting. Penulis tidak usah mikir tentang perbaikan terhada tulisannya. Itu sudah masuk ke ranahnya penyunting. Tetapi nukan berarti menulis secara asal-asalan dan tidak berkualitas. – Hayat.

@Bismillah!!! Aku Bisa. – Fathi Abul Fida.

@Menulis tidak hanya sekedar menyampaikan kembali apa yang sudah kita baca dan pelajari dari kehidupan ini. Tetapi, di setiap kata yang tertuliskan mengandung bait-bait doa yang dipanjatkan. – M. Nurroziqi.

@Mari kita mewariskan buku untuk generasi ke depan. – Joyo Juwoto.

@Menulis yang baik dan menarik adalah menulis yang berhasil melibatkan emosi. – Hernowo Hasyim.

Demikian beberapa cuplikan yang saya kutip dari buku “Sahabatku Inspirasi Menulisku,” semoga buku sederhana ini membawa manfaat dan kebaikan. Aamin.

Senin, 09 April 2018

Senyummu Adalah Sumber Sehatmu

Senyummu Adalah Sumber Sehatmu
Oleh : Joyo Juwoto

Sekitar akhir tahun 2011, saya pernah mengikuti sebuah training motivasi yang diselenggarakan oleh Logos Institute Indonesia dengan materi Seft (Spiritual Emotional Freedom Technique). Training yang saya ikuti ini diselenggarakan di sebuah hotel yang ada di kota Surabaya.

Hampir semua materi yang diberikan selama dua hari dua malam saat itu, tak tersisa saat ini. Padahal materi yang  disampaikan oleh faundernya yaitu Ahmad Faiz Zainuddin, sangat penting bagi perkembangan personal seseorang. Walau demikian ada sedikit hal yang selalu saya ingat, yaitu the power of senyuman. Kekuatan sebuah senyuman.

Saat itu Pak Faiz bercerita bahwa senyuman seseorang itu mampu mengubah nasibnya, tentu kita yang awam ini akan menertawakan apa yang disampaikan oleh beliau. Masak sebuah senyuman memiliki hubungan dengan garis takdir seseorang. Namun begitulah faktanya. Senyuman memiliki korelasi dengan nasib baik seseorang di masa depan.

Pak Faiz menceritakan bahwa di Negara-negara Barat telah diteliti beberapa foto bersama para siswa di banyak sekolahan. Di dalam foto ada yang sedang tertawa, ada yang tersenyum riang, ada yang ndomblong, ada yang kelihatan sedih, madesu dan berbagai ekspresi lain sebagainya.

Setelah diadakan penelitian, ternyata siswa-siswa yang ada di dalam foto dengan berbagai macam ekspresi tadi, di masa dewasanya membawa dampak bagi nasib dan kariernya. Siswa yang berfoto dengan tertawa, masa depannya cerah bahagia, siswa yang tersenyum, masa depannya dipenuhi senyuman dan kebahagiaan, pun juga, ternyata siswa yang berfoto dengan sedih, muram, ternyata masa depannya juga suram.

Kejadian ini ternyata bukan sebuah anomaly, di setiap kurun penelitian selalu di dapatkan hasil yag sedemikian. Kesimpulannya menurut para ahli, bahwa ekspresi wajah ternyata mampu mempengaruhi nasib, kesehatan dan masa depan seseorang.

Selain mempengaruhi nasib, ternyata senyuman juga mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaan seseorang, oleh karena itu saran saya, banyak-banyaklah tersenyum agar kehidupan kita juga sehat bahagia sentausa.

Tentang senyuman ini saya ingat apa yang disabdakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda : “Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Shodaqoh.” Artinya: “Senyummu di depan wajah saudaramu adalah sodaqoh.”

Hadits tentang senyuman ini tentu sangat luar biasa, ratusan tahun sebelum para ahli meneliti dan mengatakan bahwa senyuman mempunya korelasi dengan kondisi seseorang, Rasulullah saw. telah terlebih dahulu mengatakan senyuman adalah sebuah sodaqah.

Jika senyuman bernilai sodaqoh, maka senyuman itu akan menjadi energy positif yang memberikan dampak kebaikan bagi pelakunya, baik untuk kehidupan jasmani maupun rohaninya.

Orang yang selalu tersenyum adalah orang yang selalu bisa bersyukur terhadap apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, oleh karena itu orang yang selalu tersenyum tidak merasa tertekan dan terbebani dengan lakon kehidupan yang sedang dijalaninya. Orang yang tidak membawa beban baik jasmani maupun psikis, kemungkinan besar memiliki imun dan kekebalan terhadap hal-hal yang mengganggu kesehatannya, oleh karena itu mari tebar kebaikan, minimal dengan senyuman yang tulus dan ikhlas kepada sesama umat manusia. Ingat 3S, Senyum, Salam, dan Sapa.