Kamis, 21 September 2017

Arif Punakawan - Matematikus Penggemar Wayang

Arif Punakawan - Matematikus Penggemar Wayang
Oleh : Joyo Juwoto

Jika mengenal sosok yang menyukai matematika, atau setidaknya orang yang berlatar belakang pendidikan matematika saya selalu kagum. Bahasa hiperbolisnya terpesona cetar membahana seantero jagad raya. Kekaguman saya tentu bukan mengada-ada, karena memang sejak sekolah dasar saya sudah merasa resah bin gelisah jika harus berhadapan dengan makhluk astral yang bernama matematika.

Andai waktu itu saya sudah mengenal sosok Sujiwo Tejo, tentu saya tidak akan seresah seperti dulu-dulu. Saya selalu mengagumi dalang mbeling ini. Beliau dengan seninya mampu menerangkan identitas matematika dengan bahasa yang dapat saya tangkap dari kedalaman palung hati. Walau saya masih tidak bisa memahami bahasa matematika, namun saya diam-diam mencintai matematika. Bagaimana saya tidak jatuh cinta, lha wong kata-katanya itu lho menyihir dan makjleb di sini (sambil nunjuk dada).

     "Matematika adalah kemampuan menangkap pola dari sesuatu yang semula tidak berpola" (Sujiwo Tejo).

“Matematika adalah orkestrasi dari seluruh konsep, sementara musik adalah matematika yang berbunyi” (Sujiwo Tejo).

Saya sebenarnya kurang begitu memahami dua kalimat di atas, Cuma saya tertarik dengan susunan keindahan kalimat yang dibuat oleh Sujiwo Tejo. Daripada saya bingung ada baiknya kalimat itu saya konfirmasikan ke salah satu sahabat saya yang pakar matematika, namanya Mas Arif SW. Atau lebih kental dikenal sebagai ArifPunakawan. Biarlah nanti beliaunya yang menjlenterkan kalimat itu.

Mas Arif ini seorang mahasiswa purna jurusan matematika di Universitas dr. Soetomo Surabaya, dan kabarnya bulan ini diwisuda, Alhamdulillah, semoga ilmu yang beliau dapatkan manfaat barakah. Selain bergelut dengan angka-angka dan simbol-simbol dalam ilmu matematika, ternyata beliaunya ini juga seorang yang mencintai dunia seni. Mas Arif ini ternyata seorang pejuang teater militan.

Di kampusnya Mas Arif bergabung di teater KU, namanya sangat singkat namun penuh misteri dan daya magis yang kuat. Saya berfikir KU ini berasal dari kata (A)KU, sedang AKU ini bermakna keadaran akan makna kesejatian diri, bukan AKU yang bermakna ego. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mas Arif, bahwa dalam bermain teater KU, Mas Arif ini merasa menemukan kesadaran akan kesejatian hidupnya.

Doc. Mas Arif SW.

“KU mengajarkan kesadaran hidup yang luar biasa. Bahwa kita jadi apapun di dunia ini, entah itu orang kaya, miskin, pejabat, gelandangan, pahlawan, atau orang biasa, itu hanyalah peran sementara yang diberikan Sang Maha Sutradara. Yang perlu kita lakukan hanyalah menjalankan peran dengan sebaik-baiknya (bersyukur).” (Arif SW.)

Dari kalimat di atas kita sebagai manusia menyadari bahwa hidup kita hanya sebatas akting belaka, semua telah diskenario oleh Sang Sutradara. Tak perlu galau menjalankan peran yang sementara ini, dan tak perlu berbangga berlebihan dengan kedudukan tinggi dalam peran di pentas panggung kehidupan, karena pada dasarnya semua hanyalah panggung sandiwara semata, semuanya hanyalah teaterikal kehidupan yang fana.

Pada awalnya saya mengira Mas Arif SW. ini seorang pengagum Sujiwo Tejo, karena keduanya banyak memiliki kesamaan. Sujiwo Tejo yang seorang dalang wayang ini latar belakang pendidikannya juga matematika, walau tidak sampai tamat, Mas Arif juga seorang matematikus yang menyukai wayang. Khususnya wayang punakawan dengan segala makna dan filosofinya. Oleh karena itu tidak heran jika nama yang dipakai oleh Mas Arif di media sosial adalah Arif Punakawan. Sedang blognya Mas Arif menggabungkan nama teaternya dan juga wayang punakawan. Namanya blognya adalah http://www.punakawanku.com/

Jika hari ini anak muda banyak menggemari dan mengidolakan budaya luar negeri, saya patut merasa bangga dengan Mas Arif Punakawan. Hari gini masih ada anak muda yang peduli dan memiliki ketertarikan dengan budayanya sendiri. Sebagai generasi muda Indonesia tentunya kita harus ikut serta menjaga dan melestarikan budaya peninggalan nenek moyang kita. Semoga hal ini menginspirasi bagi generasi-generasi muda lainnya, untuk lebih mencintai budayanya sendiri. Mari Kenali Budaya Sendiri, dan Ciptakan Karakter Bangsa.” Salam.

2 komentar:

  1. Ternyata mas arif matematikus toh, keren deh.. saya suka fisika tapi gk begitu mahir matematika, hehe

    BalasHapus
  2. Quote dari mas Arif yang ditulis mbah Joyo di atas terasa makjleb di sini (nunjuk dada).
    Ya, kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini hanyalah sebagai peran semata.
    Dan saya juga kagum dengan mas Arif. Di era anak muda gandrung K-pop, beliau lebih suka dengan budaya lokal. Yaitu wayang.
    Ah, saya yg masih keturunan dalang aja gak hafal nama2 wayang. Hikz... Isin aku. 🙈🙈🙈🙈🙈

    BalasHapus