google.com |
Menggapai
Khusyu’ Dalam Shalat
Oleh
: Joyo Juwoto
Shalat
adalah salah satu cara seorang hamba menyapa Tuhannya, seseorang tidak akan
bisa menyapa Tuhan dengan penuh kekhusyukan dan ketawadhuan, sebelum hamba
tersebut benar-benar mengenal Tuhannya dengan baik. Dan seseorang tidak akan
sampai pada maqam mengenal Tuhan jika ia belum mengenal dan memahami dirinya
sendiri.
Ada
istilah tak kenal maka tak cinta, begitu pula dalam ibadah shalat, jika seorang
hamba belum mengenali Tuhannya mustahil ia bisa menyapa Tuhan dalam shalatnya.
Sehingga dalam shalat tidak didapati rasa kenikmatan, ketenangan dan keintiman.
Hamba yang kehilangan makna dan hakekat shalat akan menjadikan shalat hanya sebagai
penggugur kewajiban saja, shalat sambil lalu, tanpa sampai pada maqam hakekat
dari ibadah shalat.
Seorang
hamba yang merasakan cinta, tentu akan merasa butuh dan ingin selalu bertemu
dengan yang dicintainya. Begitu juga
perumpamaan jika kita mencintai Tuhan dan butuh akan kehadiran-Nya. Perasaan
cinta dan merasa butuh inilah yang akan menjadi sebuah energi untuk mendekatkan
diri seorang hamba kepada Tuhannya. Karena tak ada kedekatan dan keintiman
melebihi perasaan jatuh cinta.
Ibadah
shalat ini adalah ibadah yang paling utama, ibadah yang menjadi barometer amal
ibadah lain diterima atau tidak. Ibadah yang besok pertama kalinya dihisap di
hari kiamat. Ibadah shalat adalah salah satu medium pertemuan sakral antara
makhluk dengan Sang Khaliq. Dalam shalat yang khusyu’ seorang hamba akan mampu
menghadirkan eksistensi ilahiyyah ke tempat di mana ia bersujud.
Jika
Rasulullah Saw bertemu Tuhan di sidratil muntaha dengan cara di isra’ dan
dimi’rajkan, maka seorang hamba yang beriman bisa menemui Tuhannya dengan cara
menjalankan shalat. Rasulullah Saw, menyabdakan bahwasanya ibadah shalat adalah
mi’rajnya seorang hamba yang beriman kehadirat Tuhannya.
Sungguh
beruntung sekali orang-orang yang bisa menjalankan shalat dengan khuyu’, karena
ukuran keimanan seseorang terletak sampai seberapa ia bisa khusyu’ dalam
menjalankan shalat. Dalam Al Qur’an Allah Swt, berfirman yang artinya :
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
sembahyangnya.” (Al Mu’min ayat 1-2)
Ibadah
shalat bukan hanya sekedar aktifitas fiqhiyyah semata, bisa saja secara hukum
fiqih shalat seseorang sah, namun amalan shalatnya tidak mampu mewarnai
kehidupannya sehari-hari. Shalat hanya sekedar rutinitas tanpa makna. Hal ini
karena shalat yang dikerjakan hanya sebagai peristiwa biologis semata, tanpa
menyertakan amal batiniyyah, tanpa menyertakan kekhusyukan.
Dalam
sebuah hadits Rasulullah Saw. bersabda : “Barang siapa yang hatinya belum bisa
khusyu’, maka shalatnya dikembalikan (ditolak).
Oleh
karena itu selain menetapi rukun dan syarat sahnya shalat, seorang hamba perlu
menghadirkan rasa khusyu’ dalam shalatnya sehingga ia merasakan cahaya
ketuhanan merasuk memenuhi rongga jiwanya. Setelah cahaya ketuhanan masuk,
menembus hijab hamba dengan Tuhannya maka cahaya itu akan menjelma menjadi
rahmatan lil ‘alamin yang terpancar memenuhi lingkungan sosial dan semesta.
Semoga
kita termasuk orang-orang yang mampu menyempurnakan shalat dengan kekhusyukan
dan ketawadhuan di hadapan Tuhan.
*Joyo Juwoto, Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan
Tuban. Diantara buku yang ditulisnya adalah: Jejak Sang Rasul (2016); Secercah
Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung Terakhir (2017,) dan menulis beberapa
buku antologi bersama Sahabat Pena Nusantara dan beberapa komunitas literasi
lainnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar