Arif
Punakawan - Matematikus Penggemar Wayang
Oleh
: Joyo Juwoto
Jika
mengenal sosok yang menyukai matematika, atau setidaknya orang yang berlatar
belakang pendidikan matematika saya selalu kagum. Bahasa hiperbolisnya
terpesona cetar membahana seantero jagad raya. Kekaguman saya tentu bukan
mengada-ada, karena memang sejak sekolah dasar saya sudah merasa resah bin
gelisah jika harus berhadapan dengan makhluk astral yang bernama matematika.
Andai
waktu itu saya sudah mengenal sosok Sujiwo Tejo, tentu saya tidak akan seresah
seperti dulu-dulu. Saya selalu mengagumi dalang mbeling ini. Beliau dengan
seninya mampu menerangkan identitas matematika dengan bahasa yang dapat saya
tangkap dari kedalaman palung hati. Walau saya masih tidak bisa memahami bahasa
matematika, namun saya diam-diam mencintai matematika. Bagaimana saya tidak
jatuh cinta, lha wong kata-katanya itu lho menyihir dan makjleb di sini (sambil
nunjuk dada).
"Matematika adalah kemampuan menangkap pola dari sesuatu yang semula tidak berpola" (Sujiwo Tejo).
"Matematika adalah kemampuan menangkap pola dari sesuatu yang semula tidak berpola" (Sujiwo Tejo).
“Matematika
adalah orkestrasi dari seluruh konsep, sementara musik adalah matematika yang
berbunyi” (Sujiwo Tejo).
Saya
sebenarnya kurang begitu memahami dua kalimat di atas, Cuma saya tertarik dengan
susunan keindahan kalimat yang dibuat oleh Sujiwo Tejo. Daripada saya bingung
ada baiknya kalimat itu saya konfirmasikan ke salah satu sahabat saya yang
pakar matematika, namanya Mas Arif SW. Atau lebih kental dikenal sebagai ArifPunakawan. Biarlah nanti beliaunya yang menjlenterkan kalimat itu.
Mas
Arif ini seorang mahasiswa purna jurusan matematika di Universitas dr. Soetomo
Surabaya, dan kabarnya bulan ini diwisuda, Alhamdulillah, semoga ilmu yang
beliau dapatkan manfaat barakah. Selain bergelut dengan angka-angka dan
simbol-simbol dalam ilmu matematika, ternyata beliaunya ini juga seorang yang
mencintai dunia seni. Mas Arif ini ternyata seorang pejuang teater militan.
Di
kampusnya Mas Arif bergabung di teater KU, namanya sangat singkat namun penuh
misteri dan daya magis yang kuat. Saya berfikir KU ini berasal dari kata (A)KU,
sedang AKU ini bermakna keadaran akan makna kesejatian diri, bukan AKU yang
bermakna ego. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mas Arif, bahwa dalam
bermain teater KU, Mas Arif ini merasa menemukan kesadaran akan kesejatian hidupnya.
Doc. Mas Arif SW. |
“KU
mengajarkan kesadaran hidup yang luar biasa. Bahwa kita jadi apapun di dunia
ini, entah itu orang kaya, miskin, pejabat, gelandangan, pahlawan, atau orang
biasa, itu hanyalah peran sementara yang diberikan Sang Maha Sutradara. Yang
perlu kita lakukan hanyalah menjalankan peran dengan sebaik-baiknya (bersyukur).”
(Arif SW.)
Dari
kalimat di atas kita sebagai manusia menyadari bahwa hidup kita hanya sebatas
akting belaka, semua telah diskenario oleh Sang Sutradara. Tak perlu galau
menjalankan peran yang sementara ini, dan tak perlu berbangga berlebihan dengan
kedudukan tinggi dalam peran di pentas panggung kehidupan, karena pada dasarnya
semua hanyalah panggung sandiwara semata, semuanya hanyalah teaterikal
kehidupan yang fana.
Pada
awalnya saya mengira Mas Arif SW. ini seorang pengagum Sujiwo Tejo, karena
keduanya banyak memiliki kesamaan. Sujiwo Tejo yang seorang dalang wayang ini
latar belakang pendidikannya juga matematika, walau tidak sampai tamat, Mas
Arif juga seorang matematikus yang menyukai wayang. Khususnya wayang punakawan
dengan segala makna dan filosofinya. Oleh karena itu tidak heran jika nama yang dipakai
oleh Mas Arif di media sosial adalah Arif Punakawan. Sedang blognya Mas Arif
menggabungkan nama teaternya dan juga wayang punakawan. Namanya blognya adalah
http://www.punakawanku.com/
Jika
hari ini anak muda banyak menggemari dan mengidolakan budaya luar negeri, saya patut
merasa bangga dengan Mas Arif Punakawan. Hari gini masih ada anak muda yang
peduli dan memiliki ketertarikan dengan budayanya sendiri. Sebagai generasi
muda Indonesia tentunya kita harus ikut serta menjaga dan melestarikan budaya peninggalan
nenek moyang kita. Semoga hal ini menginspirasi bagi generasi-generasi muda
lainnya, untuk lebih mencintai budayanya sendiri. Mari Kenali Budaya Sendiri,
dan Ciptakan Karakter Bangsa.” Salam.
Ternyata mas arif matematikus toh, keren deh.. saya suka fisika tapi gk begitu mahir matematika, hehe
BalasHapusQuote dari mas Arif yang ditulis mbah Joyo di atas terasa makjleb di sini (nunjuk dada).
BalasHapusYa, kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini hanyalah sebagai peran semata.
Dan saya juga kagum dengan mas Arif. Di era anak muda gandrung K-pop, beliau lebih suka dengan budaya lokal. Yaitu wayang.
Ah, saya yg masih keturunan dalang aja gak hafal nama2 wayang. Hikz... Isin aku. 🙈🙈🙈🙈🙈