Jamprong Bergincu Metropolitan
Oleh
: Joyojuwoto
Desa
Jamprong adalah sebuah desa yang secara administratif masuk wilayah di Kec.
Kenduruan Kab Tuban. Jamprong di sebelah timur berbatasan dengan desa Nglateng,
di sebelah barat berbatasan dengan Sokogunung, di sebelah selatan persawahan
dan hutan. Desa ini berada di daerah pegunungan rendah dan dikelilingi oleh
hutan-hutan jati. Kondisi tanahnya yang berbukit-bukit menjadikan tata letak
rumah penduduknya tidak rata.
Hutan,
sawah, dan ladang penduduk menghijau luas sepanjang mata memandang. Kebanyakan
sawah dan ladang penduduk bertingkat-tingkat dibuat secara terasiring karena
kondisi alamnya yang berbukit-bukit. Sebagaimana lazimnya sebuah desa di
pedalaman udaranya pun asri, bebas dari polusi dengan pohon-pohon rindang di
tepian jalan yang menyejukkan pandangan mata.
Sungai-sungai
kecil mengalir jernih dengan air dari sumber di hutan yang mengelilingi Jamprong.
Gremicik airnya berpadu dengan desau angin senja dan suara burung liar menjadi
musikalisasi alam dengan nada-nada yang mengekstasekan relung-relung jiwa.
Penduduknya
ramah, tegur sapa dengan senyum merekah tersungging di bibir akan terlontar terhadap
siapa saja yang ditemuinya. Begitulah kemurnian alam telah mengajarkan harmoni
cinta semesta tanpa batas dan kelas sosial yang membuat sekat-sekat ruang
kemanusiaan.
Mungkin
aku terlalu lebay dalam menggambarkan Jamprong dengan segala pesonanya. Namun begitulah
bisikan dan nyanyian jiwaku setiap kali berkunjung untuk sekedar menikmati dan
jalan-jalan menyusuri hutan, lembah, dan bebukitan di Jamprong.
Kemarin sore aku pun berkunjung ke sana,
bersama istri dan anakku Naila. Sambil menjumputi senja yang berwarna jingga,
dan menjaring angin gunung yang sedang lembut-lembutnya. Ketika sampai di
puncaknya aku melihat wajah lain Jamprong. Jamprong tampak bergincu
metropolitan. Tepatnya Jamprong akan bersolek kemajuan dan modernitas.
Kendaraan-kendaraan berat membolduser gunung-gunungnya, meratakan sawah dan
ladang. Di salah satu titiknya ada sumber minyak yang segera dieksploitasi.
Tentu
penduduknya akan senang dan menyambut dengan gembira, tanah-tanah akan dibebaskan
untuk keperluan industri pengeboran minyak. Mereka akan mendapatkan
lembar-lembar rupiah yang tebal dan
berwarna-warni. Perekonomian rakyat pun akan menggeliat, warung-warung mulai
bermunculan menyambut peluang usaha untuk kemakmuran rakyatnya.
Sumber
daya alam yang terkandung di bumi Jamprong semoga membawa berkah pula untuk
penduduknya. Berpuluh-puluh tahun sumber daya alam itu dikandung di dalam rahim
bumi Jamprong semoga kelak setelah anak itu lahir dia bisa berbakti dan
mengenali ibu tanah tumpah darahnya. Memuliakan, menyejahterakan, dan membawa
dampak yang positif bagi penduduk Jamprong.
Jalan-jalan
telah dipadatkan, kendaraan berlalu-lalang siang dan malam. Mobil-mobil
mengkilat dan mewah berseliweran, tiang-tiang pancang telah ditancapkan,
lampu-lampu pada malam hari menyala terang bak siang hari. Jamprong benar-benar
akan bergincu metropolitan, berbedak kemajuan dan modernitas, serta berwajah
kota industri.
Penduduk
senang, aku pun ikut senang. Di sebuah warung kopi di dekat lokasi pengeboran minyak,
aku diam merenung sambil menyeruput kopi penghabisan, semoga penduduk Jamprong
tidak melupakan telo menyok walau mungkin mereka sedang menyantap pizza hut dan
fried chicken di tangan.
kalimat penutupnya jozzz Pak :D
BalasHapus