Dengan
cekatan jari-jemari tangan Ical membagi kartu remi kepada keempat lawan mainnya.
Masing-masing pemain mendapatkan tiga belas kartu remi, sedang yang mendapat
giliran bertugas mengocok kartu mendapatkan empat belas lembar kartu. Jumlah
keseluruhan kartu remi adalah lima puluh tiga lembar, kartu-kartu itu secara bergantian akan dibuang dengan aturan
tertentu hingga tak tersisa, yang pertama kali habislah yang menang. Permainan
itu adalah permainan poker, aturan mainnya mungkin tidak sama dengan aturan
permainan poker yang digelar di bar-bar, atau kasino-kasino tingkat
internasional. Namun setidaknya permainan itu mampu membunuh sepi dan mengurai
penat setelah seharian mereka disibukkan oleh seabrek kegiatan yang menyita
pikiran.
“Ayo
saya yang membagi dulu kartunya, silahkan ambil tempat”,
kata Ical memulai permainan malam itu. Ia begitu semangat menata kartu
mengocoknya, kemudian membagikannya kepada lawan mainnya.
Dengan
ditemani secangkir kopi, malam itu terasa hangat dan semarak, apalagi kebul-kebul
sigaret yang di hisap dan dihembuskan secara bergantian dan berirama oleh
perokok-perokok melukis magis di kanvas-kanvas hitam pekatnya malam.
Keempat pemain poker dengan penuh
khusyu’ dan semangat mengambil lembar kartu yang telah dibagikan oleh tukang
kocok. Nantinya tukang kocok ini diambil dari pemain yang nilai akumulasinya
paling rendah. Nilai tertinggi dalam sekali permainan adalah tiga dan ini
diberikan kepada pemaian yang pertama kali menyelesaikan permainannya, yaitu
habisnya kartu yang di bawa. Pemain kedua yang selesai akan mendapatkan nilai
dua, dan pemaian ketiga akan mendapatkan nilai satu, sedang pemain terakhir
atau yang keempat tidak mendapatkan nilai, alias nol.
“Mana buku catetannya, saya yang
pegang” ujar hari sebagai pemain yang mendapatkan nilai tertinggi mengambil
peran menulis skor permainan. Karena ia lebih sering menyelesaikan
permainannya terlebih dahulu.
Permaianan ini akan diulangi lagi
seperti awal dimulai hingga sepuluh kali putaran atau sesuai dengan kesepakatan
bersama, dan masing-masing pemaian akan berusaka mendapat akumulasi nilai
tertinggi. Pemain dengan skor yang paling rendah ialah yang kalah. Semua skor
itu dicatat disebuah buku khusus, sebagai kitab sucinya permainan poker di
sebuah gardu yang berada di sudut kampung itu.
Kali itu entah tempat duduk yang
dipilih Ical tepat di singgahsana dewi keberuntungan atau apa, setiap membuka
kartu ia mendapat kartu pilihan. Mungkin itu adalah hari keberuntungannya, menurut
perhitungan Jawa mendapatkan “Sri”-nya hari, dan berhasil mendapatkan tempat
yang jauh dari Naga Dina. Padahal di malam-malam biasanya ia selalu
mendapatkan kartu-kartu yang nilainya kecil, dan selalu kalah dalam permainan.
Saya yang juga berada dilingkaran permainan malam itu ternyata kurang
beruntung, sudah putaran yang ke terakhir nilai saya masih menduduki peringkat
bawah, dan saya harus rela menjadi pengocok terbanyak malam itu. Bahkan yang
paling menyedihkan saumpama di putaran akhir itu saya mendapat nilai full
sekalipun saya tetap tidak akan menang. Selisihnya lebih dari tiga skor.
Hanya keajaiban yang mampu menolong
skor saya malam itu. Skornya ketiga lawan saya sudah di atas saya semua. Saya
bisa menang jika memiliki rangkaian kartu bom atau double bom, kartu bom
terdiri dari empat sampai lima kartu berurutan yang bisa dipakai untuk
menaklukkan poker atau angka dua yang
dianggap memiliki nilai tertinggi dari semua kartu. sedang double bom dipakai
untuk membunuh dua poker sekaligus yang diturunkan di gelanggang permainan.
Walau sebuah kemustahilan double bom kadang juga akan muncul. Ia ibarat wahyu
keberuntungan bagi pemegangnya. Jangankan double satu bom saja cukup membuat
pemegang kartu berada di atas angin permainan.
Namun
tamatlah riwayat saya, walau tetap diam dan berusaha menyembunyikan kartu,
ternyata kartuku tidak ada bomnya. Saya hanya bisa pasrah, dipastikan malaikat
maut telah bertengger di kartuku. Saya kalah.
“Hah..malam ini saya seperti sedang
memangku Dewi keberuntungan, biasanya jari-jari saya sudah agak kaku jam
sekian. Terlalu banyak kalahnya. Namun kali ini saya hampir selalu menang”,
sombong Ical sambil menata kartunya. Dilihat dari caranya tersenyum dia memang
sedang memperoleh kartu yang super. Skornya saat itu 12, sedang saya hanya 9. Jika
saya mendapat nilai full 3, maka masih belum bisa menggeser skornya. Tamatlah
saya, sedang Ical sudah sangat PD akan mengakhiri pertempuran dengan sangat
sempurna.
Mbah Moel yang sedari awal tidak
pernah mengocok kartu, tampak santai. Kartu yang melekat di tangannya
ibarat pedang-pedangnya yang tajam.
Sebagai jagoan yang sudah malang melintang di dunia poker ia dengan mudah mampu
mempermainkan lawan-lawan mainnya, seperti seorang pesilat tangguh dengan jurus
mabuknya dari kuil shaolin ia leluasa mengoyak dan mempermainkan lawan
tandingnya. Namun kali itu ia tampaknya juga tidak begitu bersemangat. Tidak
tahu kartu model apa saja yang dia pegang.
Hari, ekspresinya juga biasa saja,
karena apapun hasilnya ia tetap menang dan tak terkalahkan skor tertingginya.
Sedang Ical sedari tadi tampak tersenyum riang, ia sepertinya memegang kartu
Raja Naga yang tidak akan pernah tertaklukkan dan siap membelit dan meremukkan
kartu-kartu lawannya. Hanya saya yang
tampaknya memegang kartu cempe. Kecil-kecil dan tak beraturan, seperti cempe
yang kehilangan induk semangnya.
Sebagai pihak yang kalah saya yang
pertama melempar kartu di gelanggang perang. Kartu terkecil angka 3 saya
lempar, kemudian kartu saya disambut oleh kartunya mbah Moel yang lebih besar,
angka 5. Kemudian Hari pun menyambutnya dengan kartu angka 6. Ical yang sudah
kepedean dari awal langsung menyambut dengan kartu naganya.“As..”
Serunya penuh semangat.
“Kartumu, kayak apa Cul, baru masuk
angka tujuh sudah kau sambar dengan AS ? seru mbah Moel sambil sedikit
memanasi suasana.
“Haha...apapun kartumu kali ini akan saya libas, lihat saja nanti ! Jawab
Ical tetap dengan aura kemenangan di wajahnya. Ical kemudian melemparkan double
kartunya.
“Double Sepuluh” serunya
mantap. Saya yang tidak punya hanya bilang, lanjut !!. kartu doublenya Ical
segera disambut mbah moel dengan antusias melempar kartu pamungkasnya, Double
King !. Mashari pun hanya bilang lanjut, ia ternyata juga tidak memiliki
doble kartu. Ical yang ternyata telah menyetel kartunya double-double segera
menyambutnya dengan teriakan nyaring “Double poker !
Selesailah permainan dengan turunnya
raja naga double poker, susah mencari tandingan kartu yang super itu. Dan saya
pasti menjadi pihak yang kalah malam itu.
Saya hanya memandangi ekspresi wajah Ical
yang bahagia bagai remaja yang di lamar oleh Cinderella matanya berbinar. Namun
“Astaga ! saya sangat kaget, di belakang Ical tiba-tiba muncul dua ekor naga
besar yang sedang menungguinya. Naga itu menunjukkan taring-taringnya yang
tajam bagai pisau-pisau komando Kopassus dan siap menerkam. Ah ini ternyata
yang akan menjadi keajaiban malam yang mulai sunyi. Tempat duduk saya yang
sejak tadi memang terasa panas seakan mulai sejuk dan nyaman. Dewi Sri telah
berpindah, dan singgahsananya seakan sekarang telah saya duduki. Waktu
menunjukkan pukul 00.01 WIB, dan blarrr...!!!!
“Double boommm !!!! teriak mbah
moel nyaring sambil berjingkrak. Saya dan hari pun tertawa terpingkal melihat
Ical disergap naganya sendiri, hancurlah benteng-benteng pertahanannya yang
sangat kuat itu.
Ical
pun terkaget, hingga ia hampir saja terjengkang dari tempatnya duduk, ia tidak
menyangka kartunya yang Raja Naga, double poker yang super itu ditaklukkan oleh
cempe-cempe yang berjejer berurutan membentuk delapan formasi sehingga menjadi double
bom. Dan permainan pun berakhir dengan kekalahan di pihak Ical. Walau skornya
sekarang sama dengan saya 9. Mujurlah saya malam itu.
Malam
semakin larut, kami pun puas menikmati malam itu dengan permainan poker. Kadang
di dalam hidup ini seperti dunia perpokeran, kadang menang kadang kalah,
bersusulan saling bergantian. Begitupula komposisi hidup seperti lembar-lembar kartu
yang selalu berubah dan beragam, namun kita harus bisa mengolah dan
mengombinasikannya dengan baik dan tepat. Melepas atau menahan kartu pada saat
yang tepat pula, hingga kemenangan dapat kita dapatkan.
Tidak
jarang kartu yang kita miliki menyesuaikan kondisi hati. Entah karena
koneksitas yang tak terbatas di dunia ini, olah rasa itu sangat berpengaruh
dalam permainan. Oleh karena itu sebagaimana roda yang selalu berputar kemenangan
dan kekalahan adalah hal yang lumrah dan biasa. Jadikan semua itu sebagai
pelajaran yang berharga, galilah hikmah yang terpendam di dalamnya. Semua itu
adalah bagian dari dinamika kehidupan. Maka mainkanlah kartu kehidupanmu dengan
baik dan tepat agar agar kita tidak kehilangan cita rasa hidup yang beragam dan
penuh warna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar