Aja
adigang adigung adiguna
Joyojuwoto*
Pic : http://herulegowo.com/ |
Dalam
falsafah kearifan masyarakat Jawa kita sering mendengar leluhur-leluhur kita
memberikan petuah kepada anak cucunya : “Wong kuwi aja adigang adigung
adiguna” yang memiliki makna seseorang itu jangan merasa paling kuasa,
merasa paling agung, dan merasa paling berguna diantara sesama. Menjadi manusia
itu harus rendah hati tidak merasa paling diantara sesama lainnya, karena hanya
Tuhan yang memiliki sifat paling dan yang memiliki sifat Yang Maha.
Dalam
sebuah hadits Qudsi Allah berfirman :
العظمة إزاري والكبرياء ردائي فمن نازعني فيهما
قصمته
Artinya : “Kebesaran adalah kain sarung-Ku dan
kesombongan adalah kain selendang-Ku. Bangsiapa melawan Aku pada keduanya niscaya
Aku menghancurkannya”
Keagungan dan kebesaran adalah sarung Tuhan, kesombongan
dan kedigdayaan adalah
selendang Tuhan, maka apakah layak kita memakainya ? jika kita memaksa memakai hak-hak Tuhan, maka Tuhan
sendiri yang akan menghancurleburkan kita. lihatlah akibat
daripada orang-orang yang sombong, akhirnya tentu kehancuran dan kehinaan
belaka. Lihatlah Firaun yang menyombongkan kekuasaannya ia dihinakan oleh Allah
ditenggelamkan ke dalam laut merah, lihatlah Namrud yang menyombongkan tahtanya
dan kerajaannya, ia dihancurkan karena kesombongnnya, lihatlah Qarun yang
menyombongkan harta bendanya, ia dan seluruh harta bendanya di telan oleh bumi,
tidak ada kesombongan yang membawa keberkahan, yang ada selalu kehinaan dan
kehancuran.
Semua
kebesaran, keagungan, dan kekuatan yang kita miliki hanyalah titipan dari
Tuhan, tidak layak jika kita menyombongkannya dihadapan manusia lain. Karena
sepercik api kesombongan yang ada di dalam dada kita besok akan berubah menjadi
bara api yang akan menghancurkan dan meluluhlantakkan diri kita sendiri.
Kesombongan itu akan membakar kita di dunia ini dan juga menghanguskan
amalan-amalan kita di hari pertanggungjawaban.
Banyak hal yang menipu dan menjadikan seseorang
menjadi sombong, diantaranya adalah mungkin karena ilmunya pengetahuannya,
karena amal ibadahnya, karena kecantikan dan kebagusannya, karena kekayaannya
dan juga karena keturunannya. Hal ini yang sering menjadikan seseorang menjadi adigang
adigung dan adiguna, merasa paling dibandingkan orang lain serta melupakan
siapa yang memberi semua nikmat tersebut.
Oleh karena itu mari berhati-hati dengan potensi dan
rasa kesombongan yang muncul di dalam hati kita, bertawadu’lah terhadap sapada-padaning
tumitah di muka bumi, karena sepercik kesombongan itu akan berbalas murka
dari-Nya, sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah selalu mengingatkan kepada
kita : “Tidak akan masuk surge orang yang di dalam hatinya ada kesombongan
sebesar dzarrah.
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, 16 Juli 1981, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” yang tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.
Sampean pancen sip mas
BalasHapus