Agama
Bedak dan Lipstik
Sebutan pak Kyai, ajengan, panggilan ustadz, label
haji dan istilah-istilah lainnya belum tentu mencerminkan kepribadian
seseorang. Jangan dulu tertipu dengan panggilan dan gelar, karena pada dasarnya
gelar-gelar itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan sikap beragama
seseorang. Seorang yang beragama sejatinya tidak harus memakai gelar-gelar itu,
karena agama adalah sikap bukan hanya sekedar asesoris semata. Namun sayang
masyarakat kita terlanjur mempunyai pandangan yang keliru dengan masalah ini.
Sikap
beragama juga bukan digambarkan dengan memakai sorban yang besar, memakai jubah
panjang, hingga hal-hal lain yang bersifat asesoris semata, walau sebenarnya
tanda orang yang beragama juga bisa dilihat dari tampilan fisik dan lahiriahnya.
Namun sekali lagi kita jangan tertipu dengan hal itu semua. Lihatlah fenomena
yang marak akhir-akhir ini, karena sudah bisa pasang surban, dipanggil pak
kyai, bisa sedikit membaca dalil-dalil sudah
dianggap ahli agama. Ya agama hanya sekedar dipakai sebagai bagian dari
infotainment belaka, agama hanya dipakai sebagai komoditas hiburan yang layak diperjual belikan.
Sikap orang yang beragama itu jelas, jumbuh antarane
lahir dan batin, antara hati dan perbuatan itu singkron, njero abang njaba ya
abang, njero putih njaba putih, tidak mencla-mencle itulah sikap orang yang
beragama. Jadi agama itu timbul dari kesadaran bukan muncul dari sebuah
kepentingan.
Sungguh
sangat miris melihat fenomena beragamanya orang-orang di era sekarang, khususnya yang di
ekspos di televisi-televisi, tentu tidak semuanya namun kita perlu mawas diri
dan berhati-hati. Agama sekarang itu kedudukannya tidak difahami dan dihayati
sebagai bagian dari tata nilai kemanusiaan serta keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, namun agama lebih ditempatkan pada posisi sebagai asesoris dalam dunia
bisnis infotainment.
Dalam
syair diwannya Imam Asy Syafi’I, beliau
berkata :
إنّ الفقيه هو الفقيه بفعله, ليس الفقيه بنطقه ومقاله
Artinya : “Ahli agama adalah orang yang ahli dalam
mengamalkan ilmu agamanya, orang yang hanya mampu berucap dan berkata-kata
tentang agama belum tentu dikatakan sebagai seorang ahli agama”.
Dari pengertian diwan di atas diketahui bahwa orang yang ahli
agama itu adalah orang yang mengamalkan ajaran agamanya, bukan orang yang hanya
pandai ngomong belaka. Oleh karena itu jangan tertipu oleh gelar-gelar dan
tampilan luarnya saja, jangan-jangan agama memang hanya sekedar dijadikan
sebagai bedak dan lipstik belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar