Sebuah Kesaksian
"Louncing Komunitas Kali Kening"
Senja dipinggiran Kali Kening,
pukul 16.00 WIB, belasan pemuda berkumpul di bawah rindangnya pohon Kepoh.
Mereka berkumpul tidak untuk mancing atau mencari ikan di kali pada saat banjir
pertama yang menjadikan ikan pusing sehingga muncul kepermukaan air, karena
memang ini bukan musimnya iwak munggut. Atau apalagi hanya sekedar untuk
nyangkruk membuang jeda waktu tanpa kegiatan apapun yang berguna. Menyitir
perkataan Pak Urip Soemoharjo, “Negara kok zonder tentara”, kalau kita
aplikasikan menjadi “Pemuda kok zonder karya”, begitu kira-kira slogannya.
Memang senja itu adalah senja
yang bersejarah, setidaknya sebuah lembaran baru sedang dibuka. Pemuda-pemuda
itu sedang menjangkau titik komitmen untuk membangun sebuah komunitas literasi
di Kabupaten Tuban bagian selatan, khususnya daerah yang dilewati aliran sungai
Kali Kening. Oleh karena itu kumpul-kumpul sore itu jika dibahasa semi kerenkan
menjadi sebuah acara Louncing Komunitas Kali Kening yang bergerak di bidang
literasi.
Sebuah banner terpampang sebagai
background berwarna biru beridentitas “Komunitas Kali Kening”, yang kemudian
disusul tulisan yang penuh rasa poetika di bawahnya “Membaca setabah bebatuan,
berfikir sejernih air, dan berkarya sederas arus” menjadi penanda pentasbihan
diri bahwa komunitas itu akan berkomitmen untuk menempuh jalan sunyi, menggerakkan dunia literasi,
membangunkan semangat berkarya untuk anak-anak muda guna bakti nusa dan bangsa.
Acara yang dipandu oleh saudara
Mashari itu berjalan gayeng, semi protokoler, dan penuh dengan keakraban.
Setelah kalimatul iftitah dibaca serentak bersama, tampillah ketua dari
komunitas kali kening saudara Ical memberikan sambutannya. Ia menceritakan
proses awal berdirinya komunitas kali kening, dan diakhir sambutannya Ical
berharap kali kening mampu menjadi wadah literasi bagi pemuda-pemuda Bangilan
dan sekitarnya dan bagi siapa saja yang peduli terhadap dunia kata.
Acara semakin hangat tatkala
sesepuh dari kali kening Mas Rahmat Sholihin maju ke depan dengan orasi
kebudayaannya. Beliau sangat bergembira dan mendukung adanya komunitas itu. Mengawali
orasinya Mas Rahmat mengupas mengenai tradisi menulisnya masyarakat Arab
jahiliah dengan berbagai perlombaan syairnya di pasar Ukaz dan Zulmajas. Selanjutnya
menurut beliau syair-syair itu di tempel di dinding-dinding Ka’bah sebagai
kebanggaan dan apresiasi bagi para jawara-jawara tiap kabilah. Begitulah karya
tulis jaman dahulu sangat dihargai. Lebih lanjut menurut Mas
Rahmat sebagaimana yang beliau pahatkan di kain prasasti “Menulis adalah
merajut harapan untuk abadi” wah..sangat luar biasa.
Di akhir sesi, acara di tutup
dengan musikalisasi puisi yang diiringi petikan dawai-dawai gitar oleh Saudara
Rouf, sedang yang membaca puisi sang maestro pemilik nama misterius di instagram @mawarhitam. Ah puisi ibarat ilham
fitri (ilham suci) dari Tuhan yang dibisikkan ke dalam hati para hamba-Nya yang
terpilih. Keindahan puisi yang dibacakan Mbak Linda Si Mawarhitam seakan
menyatu dengan senja yang mulai temaram, indah, menyihir dan mempesona. Mungkin
engkau kebal dengan sihir dan santet terganas sekalipun, namun engkau tak akan pernah selamat dari daya pesona
sihir puisi yang mengalir bersama derai angin senja, atau puisi yang lirih
bagai ritmis gremicik arus sungai.
Tak lupa saya sebutkan di sini
pemuda-pemuda yang hadir dan menyemarakkan peristiwa louncing kali kening,
mereka-mereka adalah Mas Zainal Fanani, Mas Dwi Djafu, Mas Adib, Mas Kafabih,
Mas Ardi, Mas Rofiq, Mas Habibi, Mas Yayang, Mas Faqih, Mas Zakaria, Mbak
Aulia, kehadiran kalian sangat berarti, terima kasih, semoga Tuhan membalas
dengan keberlimpahan berkah dan kebaikan. Juga terima kasih kepada komponen
suasana saat itu, pohon Kepoh, debu-debu, daun, rumput, ilalang, kali kening,
kebeningan, keheningan dan juga pada senja yang mengguratkan keindahan
pesonanya sore itu.
Sebagai penyempurna acara seluruh
anggota komunitas yang hadir menorehkan kata-kata saktinya di selembar kain
prasasti, sebagai tanda dan sebagai bukti bahwa gerakan literasi di sepanjang
aliran sungai kali kening di mulai.
Selamat berkarya, membuat, berulah, dsb......
BalasHapus