Mengenang Gugurnya Letda Sucipto di
Tapen Sidoharjo Senori
Joyojuwoto*
Biar badan hancur lebur
Kita kan bertempur
Membela keadilan suci
Kebenaran murni
Begitulah bunyi sumpah dari seorang Taruna sejati,
sumpah seorang prajurit pembela kemerdekaan bangsa, biar badan hancur lebur,
kita kan terus bertempur. Kemerdekaan adalah hal yang harus diperjuangkan
hingga titik darah penghabisan. Pilihannya hanya merdeka atau mati, sekali
merdeka tetap merdeka, tidak ada kata kompromi bagi penjajahan di bumi pertiwi
tercinta ini.
Begitulah yang terjadi pada para pejuang-pejuang
bangsa Indonesia tercinta, dibawah janji suci kepada Dwi warna Sang Merah
putih, mereka merelakan bakti, mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa
dan negara. Bagaimanapun juga penjajahan harus dilawan, walau jiwa dan raga
menjadi taruhannya. Ibu pertiwi menanti, ibu pertiwi menanti, tunjukkan baktimu
pada nusa dan bangsa, bangkitlah wahai
para pemuda, bangkitlah para taruna sejati untuk membela negeri tercinta.
Adalah Letda Sucipto, seorang tokoh perjuangan
kemerdekaan di masa Agresi Militer Belanda II yang menurut catatan sejarah
melakukan pendaratan di pantai Glondong Tambakboyo pada tanggal 18 Desember
1948. Perlawanan rakyat dan tentara pun pecah, pertempuran terjadi di
mana-mana, dan salah satunya terjadi di dusun Tapen desa Sidoharjo Kec. Senori. Letda
Sucipto yang saat itu memimpin perlawanan
gugur bersama beberapa anak buahnya di area persawahan di desa setempat.
Oleh warga Letda Sucipto dimakamkan di desa
Saringembat, tepatnya yang sekarang berdiri bangunan SDN Saringembat 03. Sedang
tempat di mana mereka gugur dibuatlah dua buah tugu peringatan. Namun sayang
tugu itu tidak ada prasastinya yang menyebutkan sebagai tugu apa, dan tugu itu tidak
mendapatkan perawatan dari pemkab maupun dari pihak desa setempat. Semoga ke
depan tugu itu mendapatkan perhatian, syukur-syukur diberi tulisan, atau gambar
ilustrasi mengenai kisah heroik dari Letda
Sucipto.
Sekitar tahun 1970-an, makam Letda Sucipto
dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan yang ada di Tuban. Untuk mengenang dan
menghargai jasa-jasa beliau pemerintah Kabupaten Tuban membuat tugu patung
Letda Sucipto yang berdiri gagah di bundaran depan gedung DPRD Tuban. Patung
itu sebagai tetenger, sebagai monumen untuk mengingatkan kita akan
perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita, sebagaimana yang selalu di
gembar-gemborkan oleh para bijak bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa-jasa para pahlawannya”. Jas merah ujar Bung Karno, Jangan
Sekali-sekali melupakan sejarah.
Tugas kita generasi sekarang mengingat dan menyalakan
kembali semangat pengorbanan para pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa dan
negara ini untuk mengusir penjajahan. Mari menjaga semangat perjuangan, dan
mengobarkan sikap merdeka dari segala bentuk penjajahan agar bangsa ini menjadi
bangsa yang berdikari, berdaulat, yang akan mengantarkannya menjadi bangsa yang
adil makmur dalam ridho Allah Tuhan seru sekalian alam. Salam Merdeka !!!.
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.
up, ngrojo speak
BalasHapus