Musim Jamur
Joyojuwoto*
Hari minggu adalah
hari di mana Naila libur sekolah, biasanya Naila pergi ke rumah neneknya untuk
bermain-main dengan teman-temannya yang ada di sana. Agis, Windi adalah teman bermain Naila di
Singsim, tidak ketinggalan juga Nafa adik kecil Naila juga ikut bergabung.
Minggu itu seperti biasa Naila diantar Abi dan Uminya ke rumah nenek, sesampai
di sana Agis dan Windi telah menunggu. Mereka telah merencanakan untuk berburu
jamur di pekarangan belakang rumah.
Pekarangan belakang
rumah nenek Naila cukup luas, banyak pohon-pohon yang tumbuh di sana, ada
belimbing, pisang, sukun, randu, bambu, jati dan lain sebagainya. Selain asyik
dipakai bermain, biasanya Naila dan teman-temannya juga mandi di kali yang
letaknya di sebelah utara yang menjadi batas antara pekarangan belakang dengan
area persawahan.
“Hai Naila, cepat segera
ganti baju bermain, ayo kita mencari jamur di belakang rumah” seru Agis
menyambut kedatangan Naila.
“Iya ayo nanti kita
buat brengkes jamur” sahut Windi yang baru keluar dari rumah
“Ok siap bos” jawab
Naila singkat sambil mengambil sikap hormat.
Naila dan Nafa segera
bergegas masuk ke rumah neneknya dan berganti baju bermain, agar bajunya yang
masih bagus tidak kotor kena kotoran dan getah pepohonan saat bermain. Tak lama
kemudian Naila, Nafa telah bergabung dengan Windi dan Agis. Mereka berempat
kemudian berjalan menuju pekarangan belakang rumah di mana biasanya jamur
banyak tumbuh.
Saat itu memang awal
memasuki musim penghujan, sehingga banyak jamur yang tumbuh. Jenis jamur yang
biasanya tumbuh di belakang rumah adalah jamur Barat, sejenis jamur yang tumbuh
di semak-semak yang tanahnya lembab. Jamur ini termasuk jenis jamur yang tidak
beracun dan enak untuk dikonsumsi. Baik itu dibuat brengkres, di oseng, ataupun
di olah menjadi sayur asem jamur. Wuih !!! rasanya enak sekali.
Di tengah-tengah
semak, Naila, Nafa, Windi, dan Agis mencari-cari jika ada jamur yang tumbuh.
Dengan teliti mereka menyibaknya. Tanah di belakang rumah nenek Naila masih
agak basah, karena tadi malam hujan mengguyur dengan lebatnya. Musim hujan
menjadikan tanah-tanah basah dan di situ kadang banyak jamur yang tumbuh. Tidak
salah jika ada pepatah yang mengatakan “Bagai jamur tumbuh di musim penghujan”.
“Hai Mbak Windi,
Agis.. ke sini, ini di bawah pohon Sukun ini ada jamur !” teriak Naila
memanggil Windi dan Agis.
“Hore..hore..saya
dapat jamur” teriak Nafa kegirangan yang saat itu bersama Naila di bawah pohon
sukun.
Benar saja, di bawah
pohon Sukun yang bersemak terdapat sekumpulan jamur yang tumbuh, maklum saja
semak-semaknya agak lebat sehingga memungkinkan jamur hidup dan tumbuh di
tempat itu.
“Wah.. banyak sekali
ya Naila jamurnya, satu, dua, tiga, empat.. yang besar-besar ada empat, dan itu
yang masih kuncup ada tiga” hitung Windi.
“Jamurnya kayak
payung ya mbak Windi ? Naila mengomentari bentuk jamur yang ditemukannya.
“Ayo kita cabut
jamurnya” seru Agis. “Jamur ini tidak beracun kan ? tanya Agis ragu-ragu.
“Iya ini namanya
jamur barat, jamur ini enak lho di masak, tidak beracun” kata Windi menjelaskan.
Mereka berempat akhirnya
mencabuti jamur-jamur itu, Naila dan Agis mengambil daun pisang, Windi mendapat
tugas mencuci jamur, setelah dicuci dengan air kemudian Windi membungkusnya
dengan daun pisang sedemikian rupa.
Agar tidak lepas
bungkusan daun pisang itu ditusuk dengan biting sebagai pengikat. Tidak
lupa Windi menaburinya dengan garam, agar rasanya tidak hambar. Setelah itu
bungkusan jamur dalam daun pisang itu dibawa ke depan. Mereka telah
mempersiapkan perapian untuk mbrengkes jamur yang mereka temukan hari itu. Mereka
berempat bergembira-ria menunggu hasil buruannya matang untuk disantap bersama.
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar