Resensi Buku “SOS (Sapa Ora Sibuk) “Menulis dalam
Kesibukan”
Joyojuwoto*
Identitas Buku
Judul Buku : “SOS (Sapa Ora Sibuk)”
“Menulis dalam Kesibukan”
Penulis : Much. Khoiri
Penerbit : Unesa University
Pres
Cetakan Pertama : Juni 2016
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : xxii + 138
Kategori : Non Fiksi
ISBN : 978-979-028-854-6
Ulasan Buku
Melihat dari judulnya buku ini tentu di tulis oleh
penulis yang memiliki seabrek kesibukan, iya beliau Bapak Much. Khoiri penulis
buku yang ada di hadapan pembaca bukanlah pengangguran yang hanya merenung
sambil sesekali menangkap ilham dari langitd untuk kemudian dituliskan di
selembar kertas. Tidak sekali lagi tidak, buku ini tentu di tulis di tengah
kesibukan beliau yang sangat padat. Di profil penulis disebutkan beliau adalah
seorang dosen Unesa, ketua UPT Pusat Bahasa di Unesa, seorang trainer, dan
tentu juga seorang penulis. Dari jajaran profil itu tentu sudah dapat kita duga
kesibukannya Pak Emcho panggilan akrab lelaki murah senyum itu, yang tentu juga
sibuk sebagai seorang Ayah bagi anak-anaknya, dan sebagai seorang suami bagi
istrinya. Bisa dibayangkan menjadi seorang ayah saja sudah sibuk belum ditambah
embel-embel yang lain, namun nyatanya Pak Emcho mampu produktif berkarya mencerdaskan
anak-anak bangsa lewat tulisan.
Buku “SOS (Sapa Ora Sibuk), Menulis dalam kesibukan” ini
hadir sebagai rahmat dan anugrah bagi orang yang sibuk lebih-lebih orang tidak
sibuk yang berangan-angan menulis sebuah buku. Di dalam buku ini Pak Emcho memaparkan
secara mudah, praktis, dan aplikatif mengenai kiat-kiat dan pengalaman beliau
dalam menulis buku di tengah kesibukannya menjalani darmanya secara vertikal
maupun horizontal.
Setelah membolak-balikkan dan membaca buku ini nantinya
diharapkan kita yang sibuk beneran maupun yang merasa sok sibuk tidak lagi
berfikap excuse untuk tidak menulis. Karena menulis adalah sebuah kata kerja
yang akan memberikan makna bagi diri kita sebagai manusia. Menurut beliau
manusia pada hakekatnya adalah subjek. Tanpa kata kerja subjek hanyalah entitas
mati, tanpa makna kontekstualitasnya. Bahasa lainnya wujuduhu ka adamihi, adanya seperti tidak adanya. Ah... betapa naif
dan menyedihkannya menjadi makhluk yang seperti itu. Padahal sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, dan menulis adalah salah satu
cara untuk kita mengabadi dan ada serta memberikan sedikit sumbangsih untuk
sebuah peradapan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pram “Menulis adalah kerja
keabadian”.
Singkatnya di buku SOS itu nanti anda akan
diajak berpetualang di rimba kata, menambang emas pengetahuan dan wawasan
tentang kepenulisan, serta mencoba jurus-jurus sakti kepenulisan, sehingga
setelah membaca buku SOS diharapkan anda siap di segala medan dan kondisi untuk
terus menulis, dan kesibukan tidak lagi menjadi alibi dan dalih untuk tidak
menulis. Salam SOS !
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.
Mantep dah..keren..!
BalasHapusHehe...jos mas pokoke :)
BalasHapusMantap
BalasHapus