Oleh
: Joyojuwoto
Surat Al Kafirun
adalah surat yang diturunkan di Makkah, jumlah ayatnya ada delapan. Surat ini
turun sebagai respon keinginan orang-orang kafir Quraiys yang ingin berkompromi
dalam hal peribadatan dengan Nabi
Muhammad. Orang-orang Kafir mengusulkan agar tidak terjadi ketegangan diantara
mereka dan dalam rangka menjaga kerukunan dan toleransi alangkah baiknya jika
umat Islam dan orang-orang kafir saling bergantian dalam menjalankan ibadah
kepada Tuhan.
Orang-orang kafir Quraiys
mau menyembah kepada Allah dengan syarat orang Islam juga harus menyembah
berhala yang menjadi Tuhan orang kafir. Mereka akan bergantian melakukan
penyembahan itu. Jika dilihat secara sekilas seakan-akan usulan orang-orang
kafir sangat indah, saling bekerja sama dan rukun. Namun hal ini dengan tegas
ditolak oleh Allah sehingga turunlah surat Al Kafirun ini. Antara kebatilan dan
kebaikan tidak mungkin akan bersatu dan saling mendukung sebagaimana air dan
minyak yang tidak akan pernah bersatu, ada jarak dan pembeda diantara keduanya.
Ajaran Islam punya
batasan dan aturan yang jelas dalam hal toleransi, dalam hal kemanusiaan
toleransi dijunjung tinggi, sedang dalam hal aqidah tidak diperkenankan
mencampur adukkan keyakinan. Karena Islam mengakui benar adanya keragaman dan
pluralitas.
Dalam ayat pertama dan
kedua surat Al Kafirun ini dinyatakan bahwa Nabi Muhammad tidak akan menyembah
apa yang disembah oleh orang-orang kafir, ini adalah ungkapan yang sangat tegas
bahwa orang yang beriman tidak akan menyembah dan membenarkan Tuhan selain
Allah. Sebagaimana kelanjutan ayat ke tiga orang-orang kafir pun tidak akan
menyembah Tuhannya orang-orang yang beriman.
Ayat keempat dan
kelima adalah penegasan kembali dari ayat yang sebelumnya, bahwa orang Islam tidak
akan menyembah Tuhannya orang kafir, dan orang kafir pun tidak akan pernah
menyembah Tuhannya orang Islam. Jadi keinginan orang kafir untuk bergantian
dalam hal penyembahan adalah alasan semata yang mereka buat-buat karena mereka
kesulitan untuk memalingkan keyakinan umat Islam untuk tidak menyembah Allah
swt. Kemudian ayat ini ditutup dengan ungkapan yang sangat indah sekali “Untukmu
agamamu, dan untukku agamaku”
Keyakinan adalah
sesuatu yang sangat esensial di dalam hidup ini, apalagi itu meyangkut masalah
aqidah, umat Islam harus tegas sebagaimana dalam kandungan surat Al Kafirun
ini. kita memang tidak boleh fanatik dengan golongan, dengan komunitas, dengan
kesukuan kita, namun dengan agama fanatik itu harus bahkan wajib hukumnya. Keyakinan
terhadap keimanan agama adalah salah satu alasan kita rela mati atasnya. Karena
memang keyakinan adalah sumber kehidupan, sebagaimana yang dikatakan oleh
Martin Luther King Jr, “Jika seseorang belum menemukan sesuatu yang akan membuatnya
bersedia mati untuk itu, ia belum cocok untuk hidup”.
Surat al Kafirun ini
menjadi hujjah dan bantahan yang sangat kuat bagi orang-orang yang mengatakan
bahwa semua agama itu sama, hanya jalannya saja yang berbeda. Tidak sekali lagi
tidak, dengan jelas dan gamblang Allah berfirman bahwa hanya Islam sebagai
jalan keselamatan yang sempurna. Inna ad-diena ‘indallahi al Islam,
Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah adalah Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar