Adil Sejak Dalam Pikiran
Oleh : Joyojuwoto
Keadilan adalah mutiara yang tak ternilai harganya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keadilan inilah yang akan menjamin
ketentraman dan kestabilitasan di tengah-tengah masyarakat yang heterogen.
Menegakkan keadilan dengan tanpa tendensi apapun kecuali untuk nilai dari
sebuah keadilan itu sendiri akan menjadikan lembaga-lembaga yang punya wewenang
untuk mengadili akan mendapatkan trust dari masyarakat luas. Sebaliknya jika
keadilan itu dibuat bahan permainan maka jangan salahkan jika banyak orang
menuntut keadilan dengan cara-cara mereka sendiri.
Begitu pentingnya harga dari sebuah keadilan sehingga kata keadilan ini
masuk dalam butir-butir Pancasila yang menjadi landasan hidup bangsa Indonesia,
yaitu sila yang kelima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Jika kita berbicara bumi Nusantara, langit Indonesia maka di situ
tidak ada lagi yang namanya kelompok, etnis, golongan, semua adalah sama
sebagai rakyat Indonesia.
Di depan hukum keadilan ini harus ditegakkan dengan seadil-adilnya, keadilan
harus menjadi panglima tertinggi dalam sistem hukum dan peradilan, siapapun yang hidup dan tinggal di negeri ini
harus mendapatkan keadilan yang layak, sudah seyogyanya keadilan dapat
dirasakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang siapapun
dia, apapun jabatannya, anaknya siapa, apa warna kulitnya, kaya atau miskin, dari
suku apa, rakyat ataukah penguasa semua harus mendapatkan keadilan itu.
Jika keadilan dibuat main-main, maka jangan salahkan jika kelompok-kelompok
masyarakat yang terdzolimi berusaha menuntut dan memperjuangkan keadilan itu, karena
keadilan memang layak untuk
diperjuangkan. Tuhan sendiri menyuruh agar
kita berbuat adil dan tidak berbuat aniaya. Jangankan berbuat aniaya kepada
orang lain, kepada diri sendiri saja kita dilarang.
Keadilan selalu paralel dengan kebenaran, sebagaimana kedzoliman yang
selalu sejajar dengan kejahatan. Oleh karena itu adil adalah tanda ketaqwaan
seseorang, sedang dzolim adalah tanda dari cacatnya ketaqwaan seseorang. Maka
berbuat adillah serta tinggalkan sikap kedzoliman.
Dalam surat Al Maidah ayat 8 Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى
أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (٨)
8. Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Simaklah firman Allah swt di atas, tolak ukur dalam
menilai sesuatu bukanlah karena rasa benci dan rasa suka, jangan sampai karena
kebencian kita pada suatu kaum menjadikan kita tidak adil kepadanya, begitu
pula jangan sampai karena rasa suka dan fanatisme kita berlebihan, membuat kita
buta dengan kesalahan-kesalahan dan kedzolimannya, berbuat adillah kepada
sesama makhluk Tuhan di jagad semesta ini.
Keadilan adalah barometer majunya sebuah peradaban,
maka keadilan ini harus sudah diupayakan dan sudah ada sejak dalam pikiran,
sebagaimana yang dikatakan oleh Pramodya Ananta Toer “Seorang terpelajar
harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”.
Mari bersama membangun kelompok, komunitas,
keluarga, masyarakat dan bangsa yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, 16 Juli 1981, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” bisa dihubungi di WA 085258611993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar