Mengenang Ulang Tahun Pondok
Mengenang Abah Mohtam
Tanggal Sebelas Maret kemarin tentu sama dengan hari dan
tanggal yang kemarin-kemarin, hanya potensi dan nilai kebaikan yang pernah
dilakukan yang akan membedakan dengan hari-hari yang lainnya. Sebelas Maret adalah hari di mana Pondok
Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban didirikan, mengingat berdirinya pondok tentu
kita juga mengingat yang mendirikannya, mengingat yang memperjuangkannya,
seorang sosok yang sederhana nan bersahaja, guru, murabbi, serta Abah yang
dicintai dan dirindukan oleh segenap santri. Abah Mohtam (KH. Abd. Moehaimin
Tamam (Allahu Yarham) yang baru saja dipanggil Tuhan tanggal 24 Desember 2015
kemarin.
Mendung duka masih menyelimuti langit pesantren, merasa
kehilangan memang juga masih kita rasakan bersama, kesedihan tentunya juga masih
terasa di dada ini, ditinggalkan sosok yang kita cintai dan kita takdzimi
bersama. Tapi perpisahan raga bukan menjadi soal, asal jiwa ini terus dan terus
hadir merindui dan mencintai sosok beliau. rindu karena cinta, cinta karena
Allah Swt.
رجلان تحبّا في الله وتفرّق في لله
“Dua orang
lelaki yang saling mencintai karena Allah, dan jika harus berpisah juga karena
Allah semata”
Mengenang ulang berarti mensyukuri, karena dengan bersyukur
kita berharap nikmat Tuhan dilimpahkan selalu kepada kita para Santri Pondok
Pesantren ASSALAM dan kepada seluruh hawari-hawarinya. Ulang tahun juga dalam
rangka mentadabburi sekaligus meneladani sejarah perjuangan Abah Mohtam melalui
dakwah pesantren di tengah-tengah masyarakat.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu akan sejarah
pendahulunya, bangsa yang melek sejarah begitu kira-kira para bijak mengatakan.
Karena bagaimanapun hari ini ada karena investasi dan hasil keringat dari para
pendahulu kita. Sebagai generasi penerus sangat pantas untuk bisa mikul dhuwur mendem jero. Mengangkat
tinggi-tinggi kebaikan-kebaikan dari para sesepuh kita dan mengubur apa-apa
yang yang dianggap tidak baik.
Generasi sekarang berhutang janji pada generasi dulu, pada
para sesepuh, pada para perintis dan pendiri pesantren ini. Janji untuk terus
berbakti dan mengabdi kepada Allah Swt melalui dakwah pesantren ini. Oleh
karena itu mari bersama seiya sekata, sederap selangkah membulatkan tekad untuk
melunasi hutang janji itu dengan cara meneruskan apa-apa yang dulu telah
diberikan oleh Abah Mohtam untuk kita hari ini.
Abah Mohtam tidak mewariskan harta benda untuk
santri-santrinya, Abah Mohtam tidak meninggalkan emas permata untuk kita buat
foya-foya, Abah Mohtam tidak mewariskan tahta untuk kita perebutkan, Abah
Mohtam mewariskan jiwa keikhlasan untuk kita amalkan, Abah Mohtam mewariskan
keistiqomahan untuk kita teladani, Abah Mohtam mewariskan semangat berkhidmah
untuk pondok ini, Abah Mohtam mewariskan perjuangan tiada henti untuk ASSALAM
dan Islam Lillahi Ta’ala. Allahu Akbar !
اتّبعوا من لا يسئلكم أجرا وهم مهتدون
“Ikutilah
orang-orang yang tidak mengharapkan imbalan,sedang mereka termasuk orang-orang
yang mendapatkan petunjuk”
Abah Mohtam layak untuk kita ikuti dan kita jadikan uswah
hasanah, layak untuk kita makmumi dalam sholat kita, dalam tindak-tanduk kita,
dalam kehidupan dan pengabdian kita untuk masyarakat. Berjasalah tapi jangan
minta balas jasa begitu dawuh beliau.
Abah memang telah tiada, jasadnya telah menyatu dengan Bumi
Pesantren ASSALAM, jiwanya selalu ada dan dikenang oleh seluruh santri-santri
di manapun berada. Jiwa Mohtam menjadi titik-titik api yang memercikkan gelora perjuangan dan
pengorbanan santri untuk umat. Jiwa Mohtam menjadi cinta dan ketulusan yang
akan menjadi cahaya penenerang di dada para hawari-hawari ASSALAM Al Mahbub di
seluruh penjuru Bumi Nusantara ini Insyallah. Joyojuwoto
Kampung Damai, 11 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar