Jumat, 20 Januari 2012

Surga Yang Hilang

Duduk termenung aku memegang seekor rusa warna biru mainan anakku. Beraneka macam barang mainan tertumpuk dalam sebuah keranjang plastik warna merah, ada boneka kelinci, boneka babi, dipsy salah satu tokoh kartun teletubies yang populer era tahun 1997-an, dan mainan-mainan lainnya. Ya hampir semua di dominasi boneka karena anakku adalah perempuan. Melihat anakku yang sedang asyik bermain seakan melihat mozaik masa kecil ku dulu,  sejarah memang selalu terulang walau dalam waktu dan tempat serta suasana yang tidak sama.

Umurku sekarang sudah mendekati kepala tiga, dan kenangan masa silam kadang-kadang berkelebat di kepalaku, kenangan manis menjadi seorang anak yang tidak ada yang diketahui dan dipikirkan, kecuali hanya hal-hal yang menyenangkan. Dimasa kecilku tentu telah berbeda dengan masa kecil anak-anakku, kalau dulu aku bermain mobil-mobilan dari ares gedhang yang aku buat bersama teman sepermainanku, sekarang tidak ada lagi yang anak kecil yang keluar masuk ndadah hanya sekedar untuk berburu pohon pisang yang telah ditebang oleh pemiliknya. Sedang sekarang mobil tamiya menjadi pilihan anak-anak untuk bermain. Disetiap malam purnama kami anak-anak desa selalu berkumpul di pelataran rumah tetangga kami yang sudah diplester dan luas halamannya. Beraneka macam permainan bergantian kami lakukan, mulai dari obak sodor, betengan, Engklek, sekar-sekar melati, main tebak-tebakan dan lain sebagainya. Sekarang aku sendiri tidak pernah merasakan kegembiraan bulan purnama, bahkan kadang-kadang sama sekali tidak melihat bulan itu tampak tersenyum indah di langit desaku. Begitu pula dengan anak-anak sekarang, mereka sibuk lihat acara-acara TV, sibuk main PS, video game, dan seakan telah lupa terhadap bumi yang mereka pijak.

Begitulah permainan-permainan tradisional masyarakat kita semakin hilang, musnah diterkam zaman dan tidak mendapatkan perhatian sama sekali karena tergantikan oleh mainan-mainan modern. Ataukah memang permainan itu telah usang dan tidak layak untuk kita wariskan kepada generasi kita sekarang ?

Aku merindukan kembali saat anak-anak bisa  bermain di bawah senyum rembulan, tertawa riang, berbaur dengan gelap, mengejar kunang-kunang, atau saat anak-anak berbaring diatas tikar pandan di depan rumah sambil mendengarkan dongeng dari kakek-kakek mereka, menguliti hidup mengupas zaman.

3 komentar:

  1. Hallo Mas Joyo, pa kabar? Moga sehat aja.
    Ohya, ada yang spesial di tempatku, silahkan dilihat diraba ditrawang.... wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. kenapa nggak diciptakan dan menanamkan kembali kepada si kecil ya permainan tradisionalnya :)
    oia kawan salam kenal dan sekalian ijin follow blog ini :)

    BalasHapus
  3. mbah...ok ok, Pangeran Herry monggo mas suwun

    BalasHapus