Bertanam
Kebaikan
Oleh
: Joyo Juwoto
Dunia
adalah ladang bertanam, sedangkan akhirat adalah masa di mana manusia akan
menuai apa yang telah ditanamnya saat di dunia.
Jika manusia menanam padi, maka takdir akan berkata padilah yang akan
diketamnya, begitu pula jika yang di tanam adalah gulma maka takdir akan
berkata kesia-siaan yang akan di unduhnya kelak. Dan ini sudah menjadi
sunnatullah-Nya, Wa Lan Tajida Li Sunnatillahi Tabdiilan.
Menarik
seperti yang diungkapkan oleh Samuel Smiles bahwa “Taburkanlah suatu pikiran, maka
kamu akan menuai perbuatan. Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai
kebiasaan. Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter.
Taburkanlah suatu karakter, maka kamu akan menuai takdir.”
Sesunguhnya
sikap seseorang itu bersumber dari pikirannya, jika pikirannya baik dan
produktif, maka tentu juga akan melahirkan perbuatan yang baik dan produktif
pula, sebaliknya jika pikirannya telah cacat dan rusak, maka jangan harap akan lahir
sikap dan perbuatan yang baik dari perilaku seseorang.
Oleh
karena itu Pramodya Ananta Toer mengatakan seseorang itu harus sudah adil sejak
dalam pikiran, hal ini memiliki makna bahwa jangan sampai kita berpraduga yang
tidak-tidak dengan orang atau kelompok lain, kita harus melepaskan itu semua,
praduga-praduga itu akan melahirkan sikap yang tidak bijak, karena bibit
perbuatan manusia berasal dari pikirannya. Maka adillah sejak dalam pikiran,
kata Pram.
Jadi
bertanam kebaikan itu dimulai sejak dalam pikiran, oleh karena itu taburlah
pikiran yang positif agar nantinya melahirkan perbuatan yang positif pula,
hingga nantinya rantai sunnatullah ini sampai pada takdir Tuhan yang akan kita
terima.
Jika
kita telah memiliki pikiran yang baik, jangan sampai berhenti pada angan-angan,
lakukan aksi selanjutnya, yaitu melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.
Pikiran tidak boleh berhenti, harus dialirkan menjadi perbuatan agar ide-ide
itu tidak rusak di dalam otak, harus aksi, harus diwujudkan menjadi sebuah
perbuatan fisik.
Pablo
Picasso berkata : “Yang penting adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang
ingin kita lakukan.” Melakukan ini sangat penting sekali, sebaik apapun apa
yang ingin kita lakukan , namun hanya sebatas ide dan di dalam pikiran, maka
itu hanyalah semu belaka. Lakukanlah apa yang ingin kita lakukan dengan baik,
sehingga nantinya akan menjadi kebiasaan yang baik pula.
Kebiasaan-kebiasaan
yang terus kita lakukan secara terus menerus akan menjadi watak dan karakter,
dari watak dan karakter inilah Allah akan memberikan takdirnya kepada kita.
Allah tidak akan menyia-nyiakan usaka dan kerja keras dari hamba-hamba-Nya.
Oleh
karena itu mari terus bertanam kebaikan, sekecil apapun itu, agar kelak tanaman-tanaman
yang kita semai di dunia ini, bisa kita petik dan kita nikmati hasilnya di hari
pembalasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar