Inilah
6 Manfaat Menulis
Oleh
: Joyojuwoto
Jika
Pramoedya Ananta Toer (Pram) mengatakan bahwa, menulis adalah bekerja untuk
keabadian, maka saya mengatakan bahwa menulis adalah kerja ibadah. Karena
menulis adalah perintah Tuhan setelah
membaca. Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa sesudah turunnya wahyu
pertama Iqra’, maka wahyu kedua yang turun adalah surat Al Qalam. “Nun, Wal Qalami Wa Maa Yasthuruun”, (Nun, Demi
pena dan apa-apa yang dituliskannya).
Dilihat
dari kronologi dan proses wahyu Tuhan di atas, maka jika ditafsirkan bahwa
untuk menulis diperlukan bekal pertama, yaitu membaca. Yang dimaksud membaca
ini bukan hanya sekedar membaca kitab suci atau buku saja, namun makna dari
membaca membaca sangat luas. Termasuk diantaranya adalah membaca alam semesta,
jagad raya yang dibentangkan Tuhan ini. Kita bisa membaca ayat-ayat Tuhan dari
butiran debu, tanah, rumput, daun, air, api, udara dan lain sebagainya. Setelah
membaca itulah ada perintah selanjutnya sebagai tindak lanjutnya, yaitu
menuliskannya.
Oleh
karena itu saya mengatakan bahwa “Menulis adalah kerja ibadah”, karena
melaksanakan rangkaian dari perintah Tuhan kepada umat manusia. Selain bernilai
ibadah menulis juga memiliki banyak manfaat. Menurut The Liang Gie (1992 1-3),
menulis setidaknya memiliki enam manfaat, yaitu :
1.
Nilai
Kecerdasan
Seorang penulis memang bukan yang tahu
ilmu, mengerti segala hal, seorang penulis hanya berusaha merangkai susunan
kata dari berbagai hal dan keilmuan yang terus berkembang. Setidaknya seorang
penulis dituntut cerdas untuk mengumpulkan informasi-informasi dan berbagai
sumber keilmuan untuk dirangkai menjadi sebuah tulisan, yang nantinya akan
disajikan kepada pembaca.
2.
Nilai
Kependidikan
Pada dasarnya seorang penulis adalah
seorang pembelajar yang tidak pernah selesai, hal ini senada dengan sebuah
hadits Nabi, bahwa menuntut ilmu itu dilakukan minal mahdi ilal lahdi,
dari buaian hingga liang kematian. Jadi dengan menulis seseorang dituntut untuk
terus membaca, dan kegiatan membaca ini tidak akan pernah selesai dilakukan.
Hal ini memberikan penjelasan bahwa nilai kependidikan terus berlangsung
sepanjang hayat.
3.
Nilai
Kejiwaan
Selain dituntut kerja fisik, aktivitas
menulis tentu tidak bisa meninggalkan kerja rohani, kerja jiwa. Oleh karena itu
seorang penulis harus fit lahir batin biar bisa menulis yang baik. Jika jiwa
buruk tentu tulisan yang dihasilkan pun buruk. Karena menulis itu pada dasarnya
adalah memantulkan kembali cahaya ilmu melalui pena penulis. Jika ingin menjadi
penulis yang baik perbaiki jiwa agar hasil dari pantulan pena kita baik juga.
4.
Nilai
Kemasyarakatan
Seorang penulis tentu tidak bisa lepas
dari lingkungan masyarakatnya, jika tulisan yang dihasilkan baik, dan
bermanfaat bagi masyarakan, tentu masyarakat akan memberikan apresiasi yang
positif pula. Di sinilah tugas penulis untuk melahirkan satu hal yang baru dan
menginspirasi bagi masyarakat. Karena menulis adalah kerja untuk masyarakat
luas, oleh karena itu mari berusaha melahirkan tulisan yang baik untuk
masyarakat kita.
5.
Nilai
Keuangan
Jika seorang penulis telah matang,
mudah baginya untuk menghasilkan materi berupa uang, walaupun ini sebenarnya
bukanlah tujuan utama dari menulis. Tapi bagaimanapun juga kerja dari seorang
penulis layak dihargai. Diantaranya adalah dengan membeli bukunya atau
memberikan penghargaan kepada penulis, seperti yang dilakukan oleh media masa,
dengan cara memberikan sejumlah nominal uang untuk karya yang diterbitkan.
Diantara contoh penulis yang telah meraup sukses dari tulisannya cukup banyak,
seperti Andrea Hirata, Habiburrahman el-Syirazi, Tere Liye, Helvy Tiana Rosa,
Asma Nadia, dan masih banyak nama beken lainnya yang telah berhasil dalam dunia
tulis menulis
6.
Nilai
Kefilsafatan
Seperti yang saya kemukakan di awal, bahwa menulis
adalah kerja ibadah, atau menurut Pram bahwa menulis adalah bekerja untuk
keabadian, maka nilai kefilsafatan dari menulis sangat luar biasa. Jika jasad
dan umur seseorang hanya mampu bertahan di kisaran angka 80-100 tahun, maka
dengan menulis seseorang memungkinkan untuk hidup lebih dari kisaran angka
tahun itu. Jika menulis adalah bernilai ibadah, maka menulis menjadi bagian
dari jariyah yang pahalaya tidak terputus setelah kematian penulisnya. Oleh
karena itu menulislah agar kita mengabadi, maka menulislah yang baik agar kita
terus mendapatkan pahala jariyahnya kelak.
Demikian beberapa manfaat dari menulis
semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.
Karena semua orang adalah penulis, setidaknya menulis SMS, WA atau yang
lainnya. Selamat menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar