Mutiara
Surat AL Ikhlas
Surat AL Ikhlas
adalah surat Makkiyah yang dalam beberapa hadits disebut seperti sepertiganya Al
Qur’an. Surat Al Ikhlas ini ayatnya ada empat. Walau hanya empat ayat namun
surat ini adalah penegasan akan eksistensi keesaan Allah SWT. Surat Al Ikhlas adalah surat yang murni
berintikan ketauhidan kepada Allah, surat ini adalah jawaban kepada orang-orang
yang mempertanyakan keberadaan Allah SWT.
Tidak seperti
surat-surat yang lainnya, jika dinamakan dengan nama-nama tertentu biasanya
nama surat itu tercantum di dalam ayat-ayatnya, namun nama surat al Ikhlas ini
tidak ada satu pun kalimat atau kata yang berbunyi ikhlas, hal ini menjadi tanda bahwa keikhlasan memang
tidak harus ditunjuk-tunjukkan, karena keikhlasan yang sempurna hanya ia dan
Allah saja yang tahu. Begitu pula mentauhidkan Allah SWT adalah panggilan dari
kemurnian dan keikhlasan jiwa.
Dalam tafsir AL
Iklil, KH. Misbah Zainul Mustofa menerangkan bahwa : Kalau kita sudah mengerti
isi surat ini, kita harus waspada apabila kita mau menghadap Allah Swt pada
saat mendirikan shalat atau pada saat-saat yang lainnya. Apabila ada
bayang-bayang akan wujud Tuhan di dalam pikiran, hal itu harus segera
disingkirkan. Semua bayangan-bayangan mengenai Tuhan itu pasti bukan Tuhan.
Kalau ada suara-suara yang didengar telinga, atau jika ada semacam
bisikan-bisikan dalam hati jangan sekali-sekali itu dianggap suara Tuhan.
Seperti halnya orang-orang yang menjalankan ilmu kejawen seperti aliran
Saptadarma dan lain-lainnya.
Kanjeng Nabi Muhammad
SAW bersabda :
تفكّروا
في الخلق ولا تفكّروا في الخالق
Artinya : Berfikirlah
kalian semua pada makhluk yang diciptakan oleh Allah, dan jangan berfikir
tentang dzat yang membuat makhluk yaitu Allah Swt.
Dalam beribadah
kepada Allah seorang hamba memang harus memposisikan diri beribadah seakan-akan
ia melihat Allah, dan jika tidak mampu melihat Allah maka sesungguhnya Allah
pasti melihat seorang hamba, ini adalah konsep ihsan yang harus difahami dengan
syar’i. Jangan sampai kita beribadah menyembah Tuhan namun tidak mengetahui
siapa yang disembah, sehingga kita hanya menyembah nama belaka, pun demikian
jangan sampai kita menyembah sesuatu yang tampak karena itu tentu bukan Tuhan
sehingga kita salah jalan. Sebagimana yang di tulis oleh Sunan Bonang dalam
Suluk Wujil dikatakan bahwa :
“Jangan menyembah
kalau tidak mengetahui siapa yang disembah. Tapi jangan kau sembah apa yang
terlihat. Nanti martabatmu akan direndahkan. Kalau kamu tidak tahu akan yang
disembah di dunia ini, kamu akan seperti menulup burung, pelurunya sudah
disebarkan, tapi burungnya tidak akan kena, akhirnya menyembah adam sarpin,
sembahnya sia-sia.”
Jadi seseorang dalam
menyembah Tuhan itu harus dengan pengetahuan yang sempurna, karena ilmu
pengetahuan merupakan petunjuk untuk mencapai eksistensi Allah SWT. Intinya
menyembah Allah bukan dengan bayang-bayang dan perkiraan-perkiraan saja yang
justru akan membingungkan dan menyesatkan. Ikutilah petunjuk syariat, dan surat
Al Ikhlas ini menjadi jawaban dari kebingungan-kebingunan dalam menyembah
Tuhan.
bermanfaat....
BalasHapus