Kuasa Tuhan
ataukah Kuasa Manusia ?
Berada di
tengah-tengah faham tidak terlalu condong ke kiri dan juga tidak terlalu
condong ke kanan, berada di posisi tengah-tengah adalah sebuah pilihan yang
bijak nan bajik. Sebaik-baik urusan adalah yang tengah-tengah, baik itu urusan
duniawi maupun urusan ukhrawi. Pilihan di tengah-tengah menempatkan seseorang
menilai sesuatu dengan proposional, tidak lebih dan tidak kurang, sedang-sedang
saja, begitulah kira-kira.
Menempatkan
Tuhan secara proposional atas makhluk-Nya di dunia menjadi permasalahan tersendiri,
hal ini telah menjadi permasalahan sejak zaman klasik, sehingga muncullah faham
Jabbariyah maupun faham Qadariyyah. Faham Jabbariyah adalah faham yang
menganggap bahwa manusia ibarat boneka yang tidak memiliki pilihan kecuali atas
kehendak dan kuasa Tuhan. Pada golongan ini manusia tidak memiliki
pilihan-pilihan kecuali sudah ditentukan dan tunduk pada qadar Sang Tuhan.
Sedang faham Qadariyyah
yang menjadi antitesa dari faham Jabbariyah yaitu faham yang menyatakan manusia
bebas sebebasnya untuk melakukan apa yang menjadi keimginannya tanpa ada campur
tangan dari Tuhan. Jadi faham Qadariyyah ini menempatkan manusia memiliki
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya
tanpa tunduk pada qadarnya Tuhan.
Dilihat dari
sekilas dua faham di atas sama benarnya dan sama-sama memiliki argumentasi
dalil naqli maupun dalil aqli. Namun menempatkan dua faham tersebut secara
ekstrim dan kaku yang akan menuai masalah. Terlalu Jabbariyah kontra dengan
dalil-dalil yang dirujuk oleh kelompok Qadariyah, demikian pula terlalu
Qadariyah akan berseberangan dalil dari Jabbariyah yang masing-masing memiliki
sandaran wahyu.
Jika menilik
pada ayat-ayat Al Qur’an ada yang menggambarkan manusia memang seakan-akan
tunduk pada kehendak Allah secara mutlak yang mana ini melahirkan faham
Jabbariyah (predeterminisme), namun di ayat lain seakan-akan manusia bebas
berkehendak tanpa dibayang-bayangi oleh kuasa Tuhan yang melahirkan faham
Qadariyyah ( free will free act).
Di sinilah
kita dituntut mengawinkan antara pemikiran yang condong ke salah satu sisi agar
kepala kita tidak tengkleng ke kiri maupun ke kanan. Pilihan berada di
tengah kedua faham tersebut di atas adalah sebaik-baik pilihan. Jalan tengah
inilah yang dalam disiplin ilmu kalam dikenal sebagai jalan ahlus sunnah wal
jama’ah yang di dalam aliran tauhidnya dipelopori oleh Imam Asy’ari dan Imam
Maturidi, sedang dalam ilmu fikihnya mengikuti madzhab Imam Empat, dan
tasawufnya berkiblat pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi.
Lalu
sebenarnya siapa yang punya kuasa dalam kehidupan dan amal manusia ? Kuasa
Tuhan ataukah Kuasa Manusia ?
Pertanyaan
sederhana ini tentu jawabnya tidak sesederhana yang kita pikirkan. Jika kita
jawab kuasa Tuhan saja manusia tidak memiliki pilihan atas kehendaknya maka
kita terjebak pada pemikiran Jabbariyah, begitu pula jika kita jawab Kuasa
Manusia semata maka kita mengingkari Kuasa Tuhan yang jelas adanya, kita akan
terjebak pada pemikiran Qadariyyah. Sekali lagi saya tegaskan jalan tengah
adalah pilihan terbaik dan jalan keselamatan. “Khairul “umuuri Ausatuhaa”
Perdebatan-perdebatan
mengenai masalah ini telah berlangsung berabad-abad, menghabiskan sisa umur
manusia, mengeringkan tinta para penulis, serta menghabiskan berlembar juta
kertas. Tidak ada titik temu secara langgeng dan permanen mengenai masalah ini.
Ditulisan saya
yang sangat singkat ini saya hanya ingin menguraikan secara singkat saja, bahwa
sangat jelas bahwa Tuhan adalah Maha Kuasa, tidak ada kekuatan yang selain
dari-Nya. Dia menciptakan manusia dengan segala potensinya. Manusia diberi
potensi kebebasan untuk memilih dua jalan yang membentang di hadapannya. “Fa
alhamahaa fujuurahaa wa taqwaaha”, Jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Untuk memilih jalan itu manusia tidak dalam kondisi majbur atau terpaksa,
karena Allah telah memberikan kepada manusia untuk memilih. Lha kebebasan untuk
memilih inilah yang menjadikan manusia punya konsekuensi untuk diadili kelak di
akhirat.
Allah swt. telah
menurunkan petunjuk kepada manusia untuk bisa memilih mana jalan keselamatan
dan mana jalan kebinasaan. Tidak mungkin Allah memaksa manusia untuk berada di
jalur kebinasaan, jika demikian tidak ada alasan untuk menghukum manusia,
karena ia tidak punya pilihan. Hanya pasrah bongkok-an saja.
Ringkasnya
manusia, diberi daya dan potensi berupa akal dan hati guna memilah dan memilih
mana yang sesuai dengan manual book dari Tuhan, jika menyelisihi manual book
yang berupa kitab suci yang diturunkan melalui seorang Rasul, maka
bersiap-siaplah manusia untuk merugi baik itu di dunia lebih-lebih di akhirat
kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar