Menebar
Cinta Semesta
Oleh
: Joyojuwoto
Sekecil
dan sesederhana apapun tebarkanlah kebaikan diantara hamba-hamba Tuhan, baik
itu berupa benda mati, lebih-lebih makhluk hidup. Sebagai seorang hamba Tuhan,
wajib bagi kita untuk menebar cinta guna mewujudkan kedamaian dan harmoni
semesta, atau dalam istilah agamanya menjadi rahmatan lil ‘alamin, bukan
laknatan lil’alamin. Dalam filosofi Jawa dikenal dengan istilah memayu hayuning
bawana.
Jika
kita mencintai penduduk bumi, niscaya
kita akan dicintai oleh penduduk langit. Cinta semesta tidak pernah memandang
struktur dan kedudukan sosial masyarakat, profesi, jenis kelamin, bahkan agama
sekalipun. Ini mungkin yang dimaksudkan oleh Gus Dur dengan kata-katanya “Tidak penting apa Agama atau sukumu... Kalau kamu bisa
melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang. Orang tidak akan pernah tanya
apa Agamamu..."
Sebelum
kita menjadi seorang mukmin muslim, kita harus lulus terlebih dahulu menjadi
seorang manusia, begitu kira-kira kata Cak Nun. Ajaran rahmatan lil’alamin
adalah ajaran untuk semua manusia, hablum minannas, bukan hanya
kelompoknya saja. oleh karena itu berbuat baik secara manusiawi tidak pernah
membutuhkan, tidak pernah menuntut apapun kecuali hanya kebaikan itu sendiri.
Ikutilah
teladan dan petunjuk Rasul, beliau adalah orang yang sempurna akhlaq dhohir dan
batinnya. Beliau adalah seorang yang sangat pengasih dan penyayang, baik kepada
musuh-musuhnya lebih-lebih kepada para sahabat-sahabatnya. Nabi Muhammad adalah
cahaya cinta sejati, seorang yang menginginkan kebahagiaan umatnya, ketimbang
dirinya sendiri. Sayang kita selalu menyakiti hati beliau dengan tingkah laku
yang kadang tidak sesuai dengan uswah hasanahnya.
Berbuat
baik tidaklah susah, sederhana bahkan sangat sederhana. Bermuka ceria di
hadapan saudaramu adalah kebaikan, menyingkirkan duri di jalan adalah buah
iman, menghormati tamu adalah akhlaq mulia, dan amal-amal lain yang mungkin
kita anggap sepele dan tidak ada guna dan manfaatnya. Sekecil apapun mari
memulai diri melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun
orang lain. Khoirunnas anfa’uhum linnas.
Jangan
pernah merasa kebaikan kita tidak ada gunanya, sekecil apapun itu. Kita tidak
pernah tahu amal mana yang murni dan ikhlas sehingga diterima oleh Allah swt.
Sebanyak apapun kita beramal, jika ada rasa riya’, ujub, sum’ah dan racun kesombongan,
tentu amal itu tidak akan membawa kebaikan dan hanya menghasilkan kesia-siaan
saja kelak di hari pembalasan. Allah swt tak akan menerima amal tanpa adanya
kemurnian niat di dalamnya.
Dalam
Hikamnya Ibnu Atha’illah as Sakandari dinyatakan :
لا عمل أرجى للقبول من عمل يغيب عنك شهوده ويحتقر
عندك وجوده
Artinya
: “Tidak ada amal yang lebih berpeluang diterima daripada amal yang tidak
engkau sadari, dan engkau pandang tak berarti”. (Terjemah sarah Hikam karya KH.
Sholeh Darat).
“*Joyojuwoto, lahir di Tuban, 16 Juli 1981, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak Sang Rasul” bisa dihubungi di WA 085258611993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar