oleh
: Joyojuwoto*
Filosofis
ajaran adi luhung yang digali dari nilai-nilai kearifan masyarakat Jawa
mengajarkan agar manusia bisa menghargai dan menghormati orang lain, bersifat
welas asih terhadap sesama, dan tidak merasa paling diantara orang lain. Merasa paling inilah yang biasanya
menimbulkan masalah dalam berperikehidupan di tengah masyarakat luas. Oleh
karena itu mbah-mbah buyut kita mengajarkan kearifan urip iku ojo dumeh (hidup
itu jangan merasa diri paling, menganggap diri lebih dari yang lainnya.
Ojo Dumeh adalah sikap dan perilaku yang mengajarkan
ketawadhuan terhadap sesama makhluk Tuhan, dan tidak sombong serta angkuh, ora
adigang adigung diguna, karena pada dasarnya manusia sama derajadnya, hanya
ketaqwaannya yang membedakan nilai dari diri manusia di hadapan Tuhannya.
Kita harus selalu mawas diri dan ingat bahwa kehidupan
ini seperti roda yang berputar, kadya cakra manggilingan, ada kalanya di atas dan
ada kalanya di bawah. Tidak selamanya bunga akan mekar, ada saat layu dan luruh
ke bawah. Jika kita sedang di puncak kesuksesan dan kejayaan, maka tetaplah
bersikap rendah hati, andap asor dan menghargai orang lain, jangan sampai kita
lupa daratan di mana bumi dipijak.
Jangan sampai kita mengandalkan harta kekayaan, derajad,
dan pangkat di dunia ini, karena itu hanyalah fatamorgana. Perhiasan-perhiasaan
keduniaan itu semua hanya semu semata, tidak akan kita bawa di alam
kelanggengan, kecuali jika kita mempergunakan anugerah Tuhan itu untuk amal kebaikan,
maka nikmat Tuhan itu akan langgeng, namun jika pangkat dan derajad serta harta
kekayaan kita gunakan untuk kesombongan dan wah-wahan, maka tunggu saja karma
kehidupan.
Bandha bakal lungo, pangkat bakal oncat (harta akan pergi, pangkat akan lepas) begitu yang
sering diwejangkan sesepuh-sesepuh kita, hal ini menjadi pelajaran berharga
bahwa manusia hendaknya selalu eling dan waspada, ojo dumeh, dan
bisa meletakkan diri dengan baik di
tengah-tengah masyarakat.
Oleh
karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk dumeh, terhadap apa yang
kita punyai, karena pada hekekatnya semua yang kita miliki adalah titipan,
bahkan dengan hidup kita pun kita tidak punya hak dan wewenang apapun. Jika
Tuhan mengambilnya maka tiada kekuatan apapun yang dapat menghalanginya.
Sangat
banyak contoh dalam sejarah masa silam orang-orang dumeh, yang akhirnya mereka
hancur lebur dalam kehinaan. Fir’aun dumeh dengan kekuasaannya, akhir
kehidupannya ditenggelamkan ke dalam laut merah, Qarun dumeh dengan banyaknya
emas dan permata, seluruh harta kekayaannya hilang ditelan bumi, Namrud, Jalut,
adalah raja-raja yang dumeh, diakhir kehidupannya sangat jelas, terhina di
dunia, dan tentu dimurkai Tuhan di akhirat. Oleh karena itu ojo dumeh sapada
padaning tumitah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar