Pic : google.com |
Ana
Dina, Ana Upa
Oleh
: Joyojuwoto
Ana
dina, ana upa adalah ungkapan kearifan masyarakat
Jawa dalam memandang rezeki Allah Swt, yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Ungkapan
ana dina, ana upa ini memiliki arti jika masih ada hari, pasti masih ada
nasi, jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup, pasti Allah Swt telah
menjamin rezeki kita. Jadi jangan pernah takut kita hidup dan tidak mendapatkan
jatah rezeki dari Allah Yang Maha Razaq. Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan
pun rizkinya telah diberi dan ditentukan, dan tidak akan ada satu pun yang
terlewatkan. yakin dan percayalah.
Lihatlah
induk ayam beserta anak-anaknya, setiap pagi hari bangun mengais-ngais makanan
dan Allah Swt, mencukupkan rezeki untuk ayam beserta anak-anaknya, lihatlah
burung-burung keluar dari sarang untuk menjemput rezeki entah di mana, di sore
hari burung-burung itu pun pulang sarang dengan keadaan kenyang, Allah Swt menjamin
rezeki burung-burung itu. Tentu manusia pun telah dijamin rezekinya oleh Allah,
tinggal ia berikhtiar mencari jalan wasilah untuk mendapatkan rezeki.
Seluruh
makhluk hidup di muka bumi ini sudah ada rezekinya, bukankah Allah Swt telah
berfirman dalam al Qur’an surat Hud ayat 6 yang berbunyi :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا
عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ
مُبِينٍ (٦)
Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Dari firman di atas mengisyaratkan bahwa Allah Swt
telah memberikan janji dan jaminan bahwa rezeki makhluk di muka bumi telah
diatur sedemikian rupa dan dicukupkan oleh-Nya, sehingga tak patut untuk kita
khawatirkan.
Saya sangat tertarik dan sekaligus terhenyak dengan
quote dahsyat yang dibuat oleh budayawan, penulis dan juga seorang dalang nyentrik,
Sujiwo Tejo, ia menuliskan bahwa “Menghina Tuhan Tak Perlu Dengan Umpatan Dan
Membakar Kitabnya. Khawatir Besok Kamu Tidak Bisa Makan Saja Itu Sudah Menghina
Tuhan.”
Kalimat yang dibangun oleh Sujiwo Tejo menurutku
sangat luar biasa, meragukan rezeki dari Tuhan adalah bentuk penghinaan dan
menyepelekan Tuhan. Kita lupa siapa yang memberikan rezeki kepada kita, kita
lupa siapa Dzat Sang Maha Razaq, sehingga kita takut tidak bisa makan di esok
hari, kita takut tidak kebagian rezeki, dan ketakutan-ketakutan lain yang tidak
berdasar sama sekali. Allah dalam surat Al Isra’ ayat 31 pun menyatakan, Nahnu
Narzuquhum (Kami (Allah) yang akan memberikan rezeki kepada mereka).
Oleh karena itu ungkapan ana dina, ana upa
adalah bentuk energi tawakkal dan penyerahan diri yang total kepada ketentuan Tuhan,
bahwa selama masih ada hari, akan selalu ada nasi, Tuhan akan selalu memberikan
rezeki kepada hamba-Nya, asal ia mau berusaha. Maka jemputlah rezeki di manapun
berada asal itu baik dan halal, karena selama masih ada hari pasti ada rezeki,
sebagaimana falsafah yang diwariskan dari orang tua kita dahulu : “Ana dina,
ana upa, ana awan, ana pangan, angger gelem obah mesthi biso mamah.” Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar