Oleh
: Joyojuwoto
Masyarakat
Bangilan Tuban tentu mengenal sosok kiai karismatik, Mbah Muchit Muzadi, baik
itu dari golongan generasi tua hingga yang muda-muda. Mbah Muchit tidak hanya
dikenal oleh masyarakat Bangilan saja, namun nama beliau dikenal hampir di
seluruh pelosok nusantara, khususnya oleh warga nahdliyin. Karena beliau adalah
termasuk tokoh sepuh NU, semenjak NU berdiri hingga di akhir hayatnya (Jember, 2015) beliau berperan aktif sebagai pengawal
perjalanan sejarah NU dan bangsa ini, sehingga tak mengherankan jika Mbah Muchit Muzadi dijuluki sebagai pakar khittah NU 1926.
Mbah Muchit Muzadi adalah salah satu
putra terbaik Bangilan yang berhasil menorehkan tinta emas sejarah baik sebagai
tokoh NU, tokoh bangsa, maupun dengan karya-karya tulis beliau yang cukup
banyak. Salah satunya beliau menulis buku kalau tidak salah berjudul “Menjadi
NU Menjadi Indonesia”. Tidak heran memang jika mbah Muchit sangat mencintai
negerinya tercinta Indonesia, karena beliau ikut serta berjuang mengisi dan
membangun peradaban bangsa melalui kiprahnya di organisasi terbesar yang ada di
Indonesia ini.
Salah satu peninggalan mbah
Muchit yang ada di Bangilan selain rumah kelahiran beliau adalah tugu
proklamasi yang ada di depan pasar Bangilan. Mungkin tidak semua orang tahu
jika tulisan teks proklamasi yang ada di bawah pohon beringin di depan pasar
Bangilan adalah asli tulisan tangan beliau.
Menurut
saya, sejarah sangat penting untuk diketahui oleh generasi muda sekarang, agar
mereka mengenal dengan betul orang-orang terdahulu yang telah berjasa untuk
bangsanya. Karena salah satu dari fungsi sejarah adalah memberikan identitas kepada masyarakat. Oleh karena itu Bung Karno menyatakan bahwa, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya". Orang yang tidak tahu akan sejarah bangsanya akan sulit untuk mencintai dan menghargai hasil perjuangan para pendahulunya. Maka kenalilah sejarah bangsamu.
Saya sendiri juga baru tahu jika tugu
proklamasi yang ada di depan pasar Bangilan memiliki nilai historis setelah
mendapat cerita dari KH. Yunan Jauhar (Gus Yunan), pengasuh pondok pesantren
ASSALAM Bangilan Tuban, yang masih kerabat dekat Mbah Muchit Muzadi. Menurut Gus Yunan, mbah Muchit adalah tokoh yang sangat konsen
dalam memperjuangkan NU dan bangsa Indonesia. Beliau adalah santri langsung
dari KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU.
Jika dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia teks asli proklamasi diketik oleh Sayuti Melik, maka di Bangilan ada
teks proklamasi yang dijadikan tugu peringatan dan prasasti kemerdekaan di
depan pasar Bangilan, dan penulisnya adalah Mbah Muchit Muzadi, salah satu
putra terbaik yang terlahir dari rahim bumi Bangilan. Semoga tulisan sederhana
ini bisa menjadi pengingat bagi generasi kita sekarang. Jas Merah, Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah. Salam.
aamiin.. baru tau kalau dipasar bangilan ada tugu prasasti proklamasi ustadz..
BalasHapusAku juga baru tau.
BalasHapus