Berguru
Di Toko Buku
Oleh
: Joyojuwoto
Tadi
pagi sekitar pukul 09.30 WIB, saya pergi ke toko kitab di jalan raya pasar
Bangilan untuk membeli kitab tafsirnya Mbah Misbah. Saya memang punya keinginan
untuk mengoleksi kitab tafsir al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil, yang ditulis oleh
pendiri pondok pesantren Al Balagh Bangilan Tuban. Sebagai orang Bangilan,
tentu saya bangga di tanah kelahiran saya ada kiai hebat yang mempunyai karya
tulis yang sangat banyak, termasuk diantaranya adalah kitab tafsir yang akan
saya beli.
Sampai
saat ini saya sudah membeli tafsir Ak-Iklil sebanyak 25 juz, mulai dari juz 1
sampai juz 25, tinggal 5 juz lagi yang belum saya beli. Saya memang punya
kegemaran mengoleksi buku, kalau kitab sebenarnya juga suka, cuma bacanya yang
susah, berbahasa arab, bahkan gundul lagi. lengkap deh pusingnya. Tapi untuk
kitab tafsirnya mbah Misbah ini memang saya punya rencana untuk mengoleksinya.
Semoga selain mengoleksi saya juga sempat membaca dan mentadabburinya.
Saya
masih ingat, pada saat nyantri pernah didawuhi kiai saya, alm. KH. Abd.
Moehaimin Tamam, pendiri pondok pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia.
Beliau dawuh, bahwa menuntut ilmu tidak hanya di bangku sekolah saja, di
manapun kita bisa menuntut ilmu. Termasuk di toko buku. Semenjak didawuhi
seperti itu, saya sangat suka sekali pergi ke toko buku, walau kadang hanya
melihat-lihat saja. Seneng rasanya melihat tumpukan dan pajangan buku dengan cover-cover
yang beraneka warna dan ragamnya, damai rasanya membaca judul buku di rak-rak
toko buku, pokoknya saya suka betah jika sedang di toko buku. Walau kadang ya
hanya melihat-lihat saja.
Di
bangilan sendiri toko yang khusus menyediakan buku bacaan belum ada, jika ada, paling
masih bercampur-baur dengan toko ATK dan foto copy, buku hanya dijadikan pelengkap
saja. Saya sebenarnya juga punya keinginan membuka toko buku di kota kelahiranku
ini. Namun karena sesuatu hal, keinginan itu belum terwujud. Kalau toko kitab
di Bangilan ada, yaitu di toko yang saya kunjungi tadi pagi.
Saya
selalu meyakini bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, mulai dari hal
terbesar sampai pada butiran molekul, debu, pasir, pasti ada garis Tuhan yang
mengaturnya. Tidak sengaja, tadi pagi pas saya membeli kitab, saya bertemu
dengan seorang setengah sepuh yang juga membeli kitab. Sebenarnya beliau sudah
selesai bertransaksi dan tinggal pulangnya, Cuma karena menunggu foto copy, beliau masih duduk di toko itu. Setelah ngobrol-ngobrol, ternyata beliau adalah
seorang kiai dari Leran Senori, dan kebetulannya lagi beliau adalah murid dari kiai kondang yang melegenda
seantero Nusantara, Kiai Abu Fadhol As-Senori (Mbah Dhol).
Saya
sangat senang beliau bercerita mengenai kehidupan Mbah Dhol. Menurut beliau,
Mbah Dhol adalah ulama laduni, mbah Dhol menghafal Al Qur’an hanya dalam waktu
seratusan hari, tidak hanya itu, pada saat bulan ramadhan, selain sibuk mbalah
kitab, mbah Dhol juga selalu mengkhatamkan Al-Qur’an tidak kurang dari 22 kali.
Padahal mbah Dhol mbalah kitabnya pagi, siang, sore dan malam.
Selain
itu, Mbah Dhol juga memiliki banyak karya tulis. Karya-karya Mbah Dhol bahkan
menjadi bacaan di negeri-negeri timur tengah. Mbah Kiai ini tadi juga punya
kitab tulisan asli tangan mbah Dhol yang diijazahkan kepada beliau saat nyantri
di mbah Dhol. Mbah Kiai ini juga banyak mendapatkan ijazah sanad keilmuan dari
mbah Dhol.
Selain
mengoleksi karya tulis mbah Misbah, saya juga punya keinginan mengoleksi
karya-karya mbah Abu Fadhol As-Senori.
Saya punya satu karya Mbah Dhol, milik seorang teman, judulnya "Pangrekso Agama" yang ditulis oleh Mbah Dhol dengan huruf pegon. Itu pun saya belum berani memfoto copinya, sebelum mendapat ijin dari ahlinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pagi itu
saya ketemu langsung dengan murid beliau yang sekarang telah menjadi kiai di Leran Senori.
Akhirnya saya bertanya mengenai karya-karya mbah Dhol.
Kemudian
saya juga bertanya kepada pemilik toko kitab, apakah ada kitabnya mbah Dhol. Kang
Santri pemilik toko kitab itu secara kebetulan ternyata beliau putra dari
santrinya Mbah Dhol juga, teman mbah kiai dari senori tadi. Dan saya kemudian
diambilkan dua kitab karya mbah Dhol yang sudah dicetak. Saya pun membelinya. Alhamdulillah,
selain mendapatkan kitab tafsirnya Mbah Misbah, saya mendapatkan kitab karya
dari kiai senori yang saya kagumi.
Dan
yang luar biasa saya juga sempat mendengarkan mbah kiai dari Leran Senori tadi memberikan
ijazah sanad keilmuan salah satu kitab foto copi dari tulisan tangan mbah Dhol
kepada pemilik toko kitab yang dipanggil Gus, oleh Mbah kiai. Saya pun ikut
khusyu’ menyimaknya.
Semoga
pertemuan singkat saya di toko kitab dengan mbah kiai tadi mengandung berkah
dan manfaat. Aamin ya Rabbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar