Pic. Mbah Moel |
ASSALAM
sudah begini ataukah baru begini?
Oleh
: Joyojuwoto*
“ASSALAM
sudah begini ataukah baru begini?.” Begitulah salah satu pertanyaan yang
disampaikan oleh Abah Moehaimin, pendiri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban kepada salah satu alumni era 80-an. Hal
ini saya baca dalam buku “Surgaku Adalah Mengajar” sebuah buku kumpulan tulisan
untuk mengenang KH. Abd. Moehaimin Tamam.
Dari
pertanyaan Abah Mohtam di atas, para Hawariy penerus perjuangan Abah Mohtam
harus menjawab dengan sebuah tindakan yang nyata, jelas, dan terukur agar apa
yang ditanyakan oleh pendiri dari pondok pesantren ASSALAM ini menemukan titik
jawaban yang memuaskan. Pertanyaan dari Abah mengandung sebuah harapan besar,
agar kelak pondok pesantren ASSALAM Bangilan terus berbenah dan berkembang yang
lebih baik lagi.
Perubahan-perubahan
zaman adalah sebuah keniscayaan, dan jika pondok pesantren ingin tetap eksis
tentunya harus menyesuaikan dengan perubahan-perubahan itu. Kita tidak akan
mungkin menang melawan perubahan zaman, jika kia tidak mengikuti arus besar
perubahan, maka bersiap-siaplah untuk digulung, dihantam, dihempaskan dan
akhirnya dihancurkan oleh arus perubahan itu
sendiri. Ingat teori evolusi, bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka
yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya, begitu pula teori ini juga berlaku
bagi pondok pesantren yang tidak mampu melihat arah perubahan zaman.
Perubahan-perubahan
yang saya maksud untuk diikuti tentu bukan sembarang perubahan, masalah
prinsip, masalah pokok tetaplah harus kita pegang erat, kita pertahankan, kita
pegang teguh, namun kita juga jangan terlalu kolot statis, yang tidak bisa
melihat modernitas dengan segala potensi kebaikan dan kemajuannya. Saya kira
ulama-ulama salafus sholihin pun mengajarkan akan hal ini. Dalam sebuah kaidah
ushul fiqih sering kita ucapkan “Al-muhaafadhotu ‘alal Qadiimis Shoolih, Wal
akhdu bil Jadiidil Ashlah” (Memelihara tradisi lama yang baik, dan mengambil
tradisi baru yang lebih baik).
Dari
kaidah ushul fiqih di atas, mengajarkan akan dinamika perubahan harus diikuti,
pesantren haruslah menerapkan dan melakukan gerakan inovasi positif untuk mampu
mempertahankan diri dari perubahan zaman, pesantren harus bisa mempertahankan
dan memelihara tradisi lama yang baik, sekaligus mampu mengambil nilai-nilai
baru yang lebih baik lagi. Oleh karena itu saya sangat tertarik dengan sebuah
ungkapan yang luar biasa “Al Ma’hadu La Yanaamu Abadan” Pondok tidak pernah
tidur, pondok selalu terbangun, pondok tidak pernah berhenti, pondok harus
terus bergerak. Bergerak berarti hidup, bergerak berarti dinamis, bergerak
untuk terus mengasilkan kebaikan bagi umat.
Jadi
sebuah pondok pesantren tidak perlu alergi dengan perubahan yang membawa
kebaikan bersama, karena itu ada dalilnya, ada petunjuknya dari ulama-ulama
salaf, tinggal kita yang perlu merumuskan dengan baik perubahan seperti apa
yang diinginkan.
Pondok
Pesantren ASSALAM sejak mulai berdiri sudah memiliki visi dan misi yang besar,
hal ini selalu digemblengkan oleh Abah Mohtam yang merujuk pada nilai dan
ajaran dari Gontor bahwa, “Pondok pesantren ASSALAM berdiri di atas dan untuk
semua golongan.” Visi dan misi besar ini harus diejawentahkan dalam program
pesantren.
Abah
Mohtam, adalah seorang yang visioner, beliau mendirikan pesantren tidak hanya
untuk kelompok dan golongan saja, hanya untuk satu dan dua ormas saja,
lebih-lebih hanya untuk keluarga. Abah Mohtam adalah seorang yang berjiwa besar
karena visi dan misinya yang menglobal dengan semboyan beliau : “ASSALAM Lana
Wa Lil Muslimiina, ASSALAM Fauqol Jamik, Wa Lil Maslahati Jamik.” jadi mengutip
pertanyaan Abah Mohtam, ASSALAM sudah begini ataukah baru begini?
Selamat ulang tahun ponpes Assalam. Semoga menjadi ponpes yang lebih maju dari sebelumnya. Dan bisa mewujudkan visi misi sebagai ponpes yang bisa menerima semua golongan. Sukses teros untuk sang penulis dan Ponpea Assalam. :)
BalasHapusMatur suwun, mas:)
BalasHapus