Memilih
Istri Yang Sholihah
Oleh : Joyojuwoto
Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ‘Ash , Rasulullah Saw bersabda :
الدُّنْيا
مَتَاعٌ, وخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيا المَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Artinya
: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri
shalihah”
Istri dalam istilah jawa disebut
garwa, yaitu dari sebuah tembung yang berasal dari kalimat sigaraning
nyawa (Separuhnya nyawa). Jadi istri adalah bagian yang tidak terpisah dari
seorang suami, baik secara lahiriah maupun ruhiyah. Istri adalah bagian dari
suami itu sendiri, begitu pula suami bagian yang tidak terpisah dari seorang
istri.
Oleh karena itu, Rasulullah Saw
menganjurkan untuk memilih istri yang baik, karena istri yang baik dan shalihah
adalah sebaik-baik perhiasan di dunia. Istri adalah pendamping hidup di dunia,
jika pendamping kita baik, maka baik pula urusan kita di dunia, begitupula
sebaliknya jika pendamping kita jahat tentu akan membuat kehidupan dunia kita
juga sengsara.
Diantara metode untuk memiliki anak
yang sholihah adalah dengan cara memilihkan calon untuk anak-anak kita ibu yang
sholihah. Seorang ibu yang sholihah, secara DNA telah mewariskan
kebaikan-kebaikan untuk calon anak-anaknya. Selain pewarisan kebaikan secara
genetis, tentu ibu yang sholihah akan memberikan keteladanan yang baik untuk
anak-anaknya kelak.
Mbah Moen Sarang (KH. Maimoen Zubair)
pernah dawuh, jika ingin memiliki anak yang alim dan sholeh, maka dalam memilih
istri hendaknya mencari wanita yang wira’i dan sufi, “Nek milih bojo iku sing
ora patiyo ngerti dunyo. Mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune”,
begitu dawuh beliau.
Di dalam Al Qur’an istri disebut
sebagai ladang, “Nisaa’ukum harsul lakum” istrimu adalah ladang tempatmu
bercocok tanam. Jika ladang kita subur maka bibit yang kita tanam akan tumbuh
berkembang dengan baik, begitu juga jika ladangnya kering kerontang, sebaik
apapun bibit yang kita tanam tidak akan tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu pilihlah ladang yang
baik dan subur untuk bibit yang akan kita tanam, agar kelak menghasilkan
tanaman yang baik dan bermanfaat. Dalam khasanah masyarakat Jawa dalam memilih
jodoh itu harus mempertimbangkan bibit, bobot, dan bebetnya.
Bibit adalah melihat
asal-usul atau keturunan. bibit ini tentu sangat penting walaupun tidak mutlak,
karena kadang pula ada seorang yang baik terlahir dari keturunan yang tidak
baik. Tetapi bibit ini menjadi salah satu faktor dalam memilih jodoh, karena
kita tentu tidak mau membeli kucing dalam karung bukan ?
Sebagaimana bentuk fisik seperti warna
rambut, warna kulit, tinggi badan dan sebagainya yang menurun kepada
anak-anaknya, tentu secara kejiwaan juga ada hal-hal yang diwariskan kepada
keturunannya. Oleh karena itu bibit ini sangat penting untuk memilih calon
istri maupun calon suami. Karena hanya sumber yang jernih yang akan mengalirkan
air yang jerih pula.
Bobot adalah kualitas
dari calon yang akan kita pilih, baik secara
lahiriah maupun batiniah. Kualitas diri seseorang tentu sangat penting
sekali, oleh karena itu jika kita ingin mencari jodoh yang berkualitas maka
kita juga harus memantaskan diri. Dalam bahasa Al Qur’an dinyatakan “lelaki
yang baik akan mendapatkan wanita yang baik pula”
Bebet adalah status
sosial dalam masyarakat. Bebet ini di posisi yang ketiga atau terakhir, karena
memang status sosial atau harkat dan martabat juga penting, walaupun tidak
menjadi sebuah prioritas. Jika bebet ini dalam rangka mencari orang yang baik
dan orang yang bermanfaat tentu tidak ada salahnya sama sekali justru sangat
dianjurkan untuk menjadi orang yang bermartabat. Daripada memilih orang yang
tidak memiliki peran kebaikan apapun untuk lingkungannya. Jadi bebet di sini
bukan untuk gaya-gayaan dan sombong-sombongan tapi murni mencari kebaikan baik
untuk rumah tangga yang akan kita bangun dan untuk masyarakat yang kita
tempati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar