Pram
Berulang Tahun, Google Pasang Doodle
Oleh
: Joyojuwoto
Hari
ini tanggal 6 Februari adalah hari istimewa bagi penulis dan sastrawan
ternama Pramoedya Ananta Toer. Walau di dalam negeri, pemerintah sendiri kurang
memberikan apresiasi dan penghargaan yang positif terhadap karya-karya Pram, namun dunia luar
sangat mengagumi pria kelahiran dari Blora ini. Ada banyak karya Pram yang
diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Jika
kita membuka mesin pencari google hari ini, akan tampak gambar ilustrasi
seorang lelaki tua, berambut putih dan berkaca mata. Di depannya terdapat
sebuah mesin ketik manual. Ilustrasi gambar tersebut adalah salah satu bentuk
perayaan ulang tahun google atas kelahiran Pram di tahun 1925 silam.
Google
menampilkan doogle Pram hari ini adalah sesuatu yang luar biasa. Walau telah
meninggal dunia sejak sepuluh tahun silam, jejak Pram masih tampak, bahkan
gaungnya semakin nyaring saja, tidak hanya di kalangan para pembaca karya-karya
Pram, namun masyarakat semakin banyak yang peduli dan menggali ide-ide Pram di
dalam tulisan-tulisannya.
Mungkin
salah satu faktor yang mendasarinya adalah banyaknya Pramisme di google, sehingga
perusahaan mesin pencari ini memberikan penghargaan dengan menampilkan
ilustrasi Pram di halaman depannya. Saya kira bukanlah hal yang berlebihan jika
sosok Pram menjadi google doogle, karena penulis yang mengakrabi penjara di
sebagian besar hidupnya ini memang memiliki karya yang banyak dan menginspirasi
kaum muda dari dulu hingga sekarang.
Sayang
seorang anak bangsa dengan karya yang sangat berbobot dan produktif ini
kehilangan jejaknya di tanah kelahirannya sendiri, di tanah tumpah darahnya
sendiri. Di tanah yang ia cintai dengan sepenuh hati. Semenjak zaman kolonial
Belanda hingga masa kemerdekaan, Pram sudah berurusan dengan ruangan yang berjeruji
besi.
Tulisan-tulisan
Pram yang tajam menyengat terhadap ketidakadilan dan kesewenang-wenangan
menjadikannya dimusuhi kaum penjajah Belanda. Tidak hanya itu saja, di zaman
Orla pun Pram tak kunjung jera, dia tetap menulis dengan tema-tema kritik
sosial sehingga menjadikannya bermusuhan dengan penguasa saat itu. Bagai anak
bengal Pram terus berulah, di zaman Orba Pram tetap menulis dengan tajam.
Penanya bagai pedang seorang ksatria yang menerjang dan membabat apa saja yang
berbau ketidakadilan dan kemanusiaan. Hampir selama 10 tahun pram di bui di
Pulau Buru oleh Orde Baru dengan tuduhan sebagai golongan kiri alias komunis.
Bagi
Pram penjara hanyalah tempat yang hanya mampu membelunggu fisiknya saja, tidak
dengan jiwanya. Pram tetap bebas dan terus menulis dari balik penjara. Karyanya
yang monumental “Tetralogi Pulau Buru” lahir dan dibesarkan saat ia di penjara
di Pulau Buru Maluku. Karya-karya Pram dari penjara ini bersuara lebih keras
lagi kepada publik di dalam dan luar negeri.
Bagi
Pram, menulis bukanlah sekedar bermain retorika bahasa dan bukan hanya sekedar
bermain-main di keindahan kebun kata. Sastra haruslah mencerminkan realitas
sosial yang ada. Oleh karena itu Pram sangat keras menyuarakan pembelaannya
terhadap humanisme sosial. Dan Pram adalah seorang keras kepala yang layak
dipilih sejarah sebagai orang yang memegang teguh kredo sastra sebagai realisme
sosial.
Di akhir
tulisan ini, saya mengucapkan selamat berulang hari lahir kembali kagem beliau, semoga Pramoedya
Ananta Toer mengabadi bersama kebaikan karya-karyanya, dan semoga beliau di
tempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar