Sendang
Nganget Petirtaan Zaman Majapahit
Oleh
: Joyojuwoto
Sesuai
dengan namanya sendang Nganget adalah sebuah sendang yang airnya anget
(hangat), sendang ini berada di lereng sisi barat gunung Lodito, sebuah gunung
purba yang telah mati dan hanya menyisakan bukit yang tidak terlalu tinggi.
Sendang Nganget letaknya ini secara geografis berada di perbatasan tiga desa,
yaitu desa Kedungjambangan Kec. Bangilan, desa Sidotentrem Bangilan dan desa
Sidorejo Kec. Kenduruan.
Sendang
Nganget yang berada di lereng gunung Lodito ada dua tempat, satunya yang
sendang Nganget Wedok, dan yang kedua bernama sendang Nganget Lanang. Nganget Wedok
ini yang sering dijadikan jujugan warga untuk berobat, sedang Nganget Lanang
berada di sisi barat sekitar 500 meter dari Nganget Wedok. Nganget Lanang tidak
ada sendangnya, hanya berupa belik-an kecil yang ada pancurannya. Oleh
karena itu oleh warga disebut sebagai Nganget Lanang.
Sendang
Nganget ini dipercaya oleh masyarakat bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit, tidak hanya sekedar penyakit ringan seperti gatal-gatal, panu, kadas,
dan kurap saja, namun juga penyakit berat seperti stroke pun bisa sembuh jika
mau berobat di sendang ini. Begitu kepercayaan dari masyarakat.
Warga
dari wilayah Kab. Jawa Tengah yang banyak datang untuk berobat, karena menurut
kepercayaan warga, sendang Nganget memang sangat cocok dengan warga dari
wilayah baratnya Nganget. Entah hal ini kebetulan atau karena faktor apa, yang
jelas begitulah kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat.
“Orang
yang berobat di sini kebanyakan dari Jawa Tengah, banyak yang jodo dan
sembuh setelah berendam di sini” ujar salah seorang pengunjung.
Walau
demikian bukan berarti masyarakat yang tinggal di sebelah timurnya Nganget
tidak ada yang datang. Masyarakat sekitar pun sangat antusias dengan pemandian yang
ada di hutan KPH Jatirogo ini. Mulai dari sekedar keperluan mandi berendam di
airnya yang hangat, dan juga tempat ini digunakan sebagai wisata lokal.
Selain
itu sendang Nganget juga biasa dipakai untuk bumi perkemahan (buper), lokasinya
di sebelah baratnya Nganget Wedok. Lokasi Buper di Nganget ini tidak terlalu
luas, sehingga cocok dipakai untuk kegiatan kemah Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
atau kemah-kemah lain yang pesertanya tidak terlalu banyak.
Selain
tempatnya yang nyaman dan asri, di lokasi Nganget ini juga telah dilengkapi
sarana MCK sehingga pengunjung atau peserta perkemahan bisa lebih nyaman ketika
berkemah dan berwisata di tempat ini.
Menurut
foklore masyarakat setempat, sendang Nganget berhubungan erat dengan legenda
pertarungan Resi Blacak Ngilo melawan Sunan Bonang. Sebaimana cerita-cerita
legenda selalu ada kejadian yang kadang tidak masuk di akal, termasuk munculnya
cerita sumber air Nganget dari bekas tancapan tongkatnya Sunan Bonang yang
akhirnya menjadi sebuah sendang ini.
Terlepas
dari legenda di atas, Sendang Nganget memang punya cerita sejarah yang buram,
tidak ada satu pun sumber tertulis atau prasasti yang ditemukan mengenai tempat
ini. Menurut perkiraan penulis, sendang Nganget dulunya kemungkinan adalah
sebuah petirtaan di zaman Majapahit. Hal ini diketahui dari peninggalan pondasi
bangunan dan batu bata merah yang identik dengan batu bata era kerajaan Majapahit.
Batu
bata kuno di bekas bangunan di Nganget tidak sama dengan batu bata yang
sekarang, ukurannya lebih besar dan lebih tebal. Saya pernah melihat jenis batu
bata ini sama persis dengan model batu bata di petilasanya Empu Supa di
Kayangan Api yang berada di Kec. Ngasem Kab. Bojonegoro. Dari sinilah saya
berasumsi sendang Nganget telah ada sejak zaman Majapahit. Kemungkinan dulunya
adalah sebuah petirtaan.
Bekas
sisa bangunan kuno itu sekarang masih ada, tepatnya berada di sisi selatan dari
lokasi perkemahan, atau di sebelah baratnya mushola yang dibangun oleh Mbah
Kasrah, ada gundukan tanah yang agak tinggi yang dikeramatkan oleh warga.
“Pak,
nanti siswa-siswinya jangan boleh bermain-main di tanah gundukan itu ya ! itu
sisa bangunan kuno, tidak apa-apa, cuma jaga-jaga saja agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.” Kata salah seorang penjaga pemandian saat
kemarin saya bersama beberapa asatidz mengantarkan siswa-siswi KMI ASSALAM
Bangilan Tuban untuk berkemah di sana.
Selain
gundukan tanah sisa bangunan kuno, ada lagi tempat yang juga dianggap keramat.
Tepatnya di sisi timur dari bangunan warung yang dibangun oleh warga.
“Di
sisi timur, di lereng gunung Lodito di belakang warung itu ada lokasi yang juga
keramat, di situ ada ular ghaibnya” Kata ustadz Marwan yang kemarin ikut
memberikan pembekalan kepada para peserta kemah.
Kepercayaan
dan kearifan lokal masyarakat di sekitar lokasi Nganget perlu kita hormati,
walau semua tetaplah kembali kepada kekuasaan Tuhan. Yang pasti di manapun bumi
kita pijak, di situ langit harus kita junjung bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar