Menikmati
Keindahan Wisata Alam dan Sejarah di Sambonglombok
Oleh
: Joyojuwoto
Sambonglombok
adalah sebuah bendungan yang dibangun pada masa kolonial Belanda, yang berada
di perbatasan antara dusun Mundri desa Sidodadi dengan dusun Sambonglombok desa
Bangilan. Bendungan ini memiliki satu sudetan pintu air ke selatan yang
mengalir membelah kota Kecamatan Bangilan hingga sampai di Kec. Senori. Bendungan
Sambonglombok ini dipakai untuk membendung aliran sungai Kali Kening, agar air
sungai bisa dimanfaatkan sebagai sarana irigrasi untuk pertanian.
Bendungan
yang memiliki luas sekitar dua hektar ini dibangun sejak pemerintah kolonial
Belanda mencanangkan program politik etisnya, yang salah satu programnya adalah
membangun sarana dan jaringan irigrasi untuk kepentingan pertanian. Tapi jangan
salah, Belanda menerapkan program politik etis atau politik balas budi bukan
sebab Belanda benar-benar ingin membalas budi kepada rakyat Indonesia,
melainkan juga demi kepentingan kaum penjajah itu sendiri.
Politik
etis yang digagas oleh Van De Venter ini kemudian direspon oleh Ratu Belanda,
Ratu Wihelmina. Dalam pidato kenegaraannya
tahun 1901, Ratu Belanda ini mengatakan :
“Negeri
Belanda mempunyai kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran dari penduduk Hindia Belanda.”
Pidato
inilah yang akhirnya berimbas pada pembangunan sarana dan jaringan irigrasi,
termasuk salah satunya adalah Bendungan Sambonglombok yang ada di Kec.
Bangilan.
Selain
disebut sebagai sambonglombok, orang-orang juga menyebutnya sebagai sambong
Mundri, karena sebagian dari bangunan bendungan ini berada di wilayah Mundri.
Namun saya lebih suka menyebutnya sebagai sambonglombok. Menurut cerita dari
masyarakat setempat, bendungan ini dinamakan bendungan Sambonglombok karena wilayah ini dulunya sering dilanda
kebanjiran. Dibendung bagaimanapun
banjir tetap melanda pemukiman warga. Akhirnya setelah memalui tirakat dan
petunjuk dari sesepuh dusun, warga disarankan untuk menanam lombok di sepanjang
bantaran sungai . Setelah warga menanam
lombok inilah banjir tidak lagi menghantui rumah warga.
Mungkin
kita bertanya apa hubungan tanaman lombok dengan banjir, tentu tidak ada hubungannya
sama sekali. Tanaman lombok setinggi dan sebanyak apapun tidak akan mampu
menahan arus banjir sungai Kali Kening, namun begitulah cerita yang ada di masyarakat
setempat. Bagaimanapun juga foklore
memang tidak perlu diuji dan ditanyakan kebenarannya secara ilmiah.
Selain
difungsikan sebagai sarana irigrasi bendungan Sambonglombok juga bisa dijadikan
destinasi wisata bagi masyarakat. Hanya saja masalah yang selalu muncul selalu
sama, yaitu kurangnya perhatian dari yang berwenang. Walau demikian, bendungan
Sambonglombok dengan kondisi yang apa adanya tetap menawarkan panorama keindahan
alam yang mempesona.
Selain
panoramanya yang indah, bendungan Sambonglombok juga bisa dijadikan sebagai tempat
pemancingan. Banyak ikan yang hidup di bendungan ini, seperti ikan Mujair, ikan
wader bader, keting, dendeng, dan berbagai jenis ikan lainnya. Selain itu
pengunjung juga bisa menjadikan tempat ini sebagai spot untuk selfi.
“Pemandangan
di sini memang indah sekali, apalagi diramu dengan secawan romantisme dan kenangan
yang manis” Kata Ical, salah seorang pemuda dari desa
Sidodadi menuturkan kenangannya tentang sambonglombok.
“Kita
bisa menangkap senja dan kemudian membawanya pulang sebagai kenangan di tempat
ini”
Kata Adib Riyanto, salah seorang penikmat senja sekaligus cerpenis ternama dari
Kota Bangilan. Salah satu cerpennya yang berjudul “Senja Tenggelam di Kali
Kening” yang diterbitkan oleh salah satu koran ternama adalah hasil inspirasi
dari bendungan Sambonglombok.
Tidak
berlebihan memang, jika bendungan Sambonglombok menyimpan keindahan dan bahkan
juga kenangan yang manis. Khususnya bagi yang masa kecilnya banyak dihabiskan dengan
bluron (mandi di kali) dan mencari ikan di bendungan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar