Oleh
: Joyojuwoto
Kabupaten
Bojonegoro secara geografis memang tidak memiliki laut maupun area pertambakan
yang luas, namun walau demikian wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi
menghasilkan sumber daya alam dari biota
laut maupun tambak khususnya yang berupa ikan dan udang. Masyarakat di daerah
sepanjang aliran bengawan Solo dan daerah yang memiliki waduk yang cukup luas
ini bisa bermata pencaharian sebagai nelayan darat. Dari Sungai dan waduk
inilah masyarakat bisa menambah penghasilannya dengan mencari ikan dan udang di
sungai atau di waduk.
Salah
satu waduk yang cukup luas yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro adalah waduk
Pacal. Luasnya sekitar 3.878 KM, denga kedalaman sekitar 25 M. Waduk ini terletak di desa Kedungsumber Kec. Temayang. Beberapa waktu
yang lalu saya sempat mampir dan mengunjungi waduk ini, menurut tulisan yang
saya baca di salah satu sudut bangunan, waduk ini dibangun sekitar tahun 1933.
Ternyata prediksi saya benar, setelah saya lihat di google waduk ini dibangun
oleh Belanda pada tahun itu.
Waduk
Pacal selain dipakai untuk keperluan irigrasi pertanian, ternyata juga
dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mencari sumber penghasilan dari mencari
ikan. Banyak jenis ikan yang bisa diambil dari waduk ini, mulai dari udang, ikan
Nila, Ikan Patin, Ikan wader, dan ikan Gloso.
Seperti
lazimnya nelayan di laut, nelayan darat di waduk Pacal juga memakai peralatan
yang biasa dipakai oleh nelayan laut, seperti jaring, jala, pancing dan tidak
ketinggalan perahu jukung. Dari waduk itulah para warga mencari ikan. Hasil
tangkapan dari waduk biasanya langsung dijual di pinggiran waduk kepada para
pengunjung atau warga setempat.
Ketika
mampir kesana bersama anak dan istri, Kami tertarik untuk membeli ikan hasil
tangkapan dari waduk Pacal sebagai oleh-oleh. Ikan Nila, Patin, atau wader
mungkin sudah biasa, dan yang menarik perhatian saya dan istri adalah jenis
ikan Gloso. Di jalan poros Bojonegoro-Nganjuk, tepatnya di dekat Jembatan di
tepi hutan saya sempat melihat warung yang menyediakan masakan ikan Gloso, tapi
kami tidak mampir.
Ikan-ikan
yang dijual di rentengi dengan tali dari janur daun kelapa, satu renteng berisi
sekitar 10-12 ikan. Satu renteng ikan Nila dijual seharga 35 ribu rupiah,
sedang ikan Gloso lebih murah lagi, satu renteng ikan Gloso seharga 15 ribu
rupiah.
Saya
sendiri belum pernah tahu dan belum pernah makan jenis ikan ini, mungkin saja
jenis ikan ini hanya ada di waduk pacal, saya sendiri kurang tahu. Akhirnya saya
dan istri pun membeli satu renteng ikan Gloso untuk kami bawa pulang.
Rasa-rasanya tidak sabar ikan merasakan sensasi dan citarasa ikan Gloso dari
waduk pacal. Kira-kira enaknya dimasak apa ya ?
Ikan Gloso dan ikan-ikan lain dari waduk pacal
bisa dimanfaatkan warga sekitar untuk menambah penghasilan, selain dijual
mentah, ikan ini juga dijual di warung-warung di sekitar waduk. Masyarakat Bojonegoro
bisa menjadikan ikan Gloso sebagai brand bagi wisata kuliner di sekitar waduk
Pacal. Penasaran dengan ikan Gloso, silahkan kunjungi waduk pacal yang ada di
desa Kedungsumber, Temayang Kab. Bojonegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar