Betapa
Tak Menariknya Pemerintah Sekarang
Oleh
: Joyojuwoto
Berbagai
problem dan masalah bangsa akhir-akhir ini yang kita hadapi, semakin
menunjukkan sikap acuh tak acuhnya pemerintah yang punya tanggungjawab terhadap
hajat hidup masyarakat. Saya sendiri bingung, pemerintah yang punya wewenang
untuk mengurusi dan mengatur peri kehidupan manusia-manusia Indonesia ini
nyatanya makin hari makin aneh saja. Sebenarnya fungsi terbentuknya dan
terselenggaranya pemerintahan ini untuk apa ? Jika pejabat-pejabat pemerintah
yang digaji oleh rakyat, hidup dari keringat rakyat, makan dari uang rakyat , namun
pola dan cara berfikirnya sangat kacau dan seenaknya sendiri.
Coba
perhatikan panggung komedi pemerintahan di negeri ini, untuk menentukan sebuah
kebijakan yang berkenaan dengan hajat dan kebutuhan dasar masyarakat, tiap-tiap
lembaga pemerintah yang seharusnya mengaturnya dan bertanggungjawab namun akan
kebijakan itu justru saling tuding dan saling lempar hasil dari sebuah
kebijakan. Rakyat di bola pingpongkan, mulai dari Kemenkeu, Polri, bahkan dari
Presiden sendiri, sangat lucu memang mereka merasa tidak bertanggungjawab akan
kebijakan yang dibuat oleh lembaga yang bernama pemerintah.
Saya
jadi teringat sebuah judul catatan yang ditulis oleh Soe Hok Gie dalam buku
Zaman Peralihan yang berjudul “Betapa Tak Menariknya Pemerintah Sekarang”
yang juga saya pakai untuk judul tulisan saya. Di catatan ini Soe Hok Gie
mengkritisi pemerintah yang kerjanya hanya cuma berusaha menunda bayar
utang-utang lama. Atau cari utang-utang baru. Catatn Gie saya perhatikan sangat
relevan dengan kondisi pemerintahan sekarang yang juga terus mencari hutang
baru untuk menutup divisit anggaran negara, kalau tidak begitu yang beban
negara ini di bebankan di pundak rakyat dengan cara menaikkan pajak, dan
berbagai aturan yang mencekik kepentingan rakyat.
Tahun
2017 rakyat Indonesia mendapat kado dengan naiknya Tarif Dasar Listrik,
kenaikan pajak kendaraan bermotor, naiknya bahan bakar minyak dan tentu hal ini
secara otomatis akan diikuti oleh kenaikan-kenaikan bahan pokok lainnya.
Mungkin dengan nada yang sumir akan ada yang bilang, “Beli kendaraan saja
kuat kok ! masak beli BBM minta disubsidi” atau kalau tidak begitu ya akan
bilang “Kalau tak mau bayar pajak, ya jangan beli motor, mobil, sana jalan
kaki saja !” dan tentu masih banyak
kalimat-kalimat sederhana yang berlogika sesat dan menyesatkan.
Saya
mencatat tulisan saya ini mungkin ada yang menganggap saya adalah barisan sakit
hati, barisan wedus bukan barisan sapi, pendukung ini, pendukung itu, kelompok ini,
kelompok itu, atau mungkin juga akan secara ekstrim saya akan dilabeli anti
NKRI, tukang makar dan tuduhan-tuduhan lain. Bagi yang suka memberikan label
dan tukang stempel silahkan dicatat, bahwa dunia ini tidak akan pernah ada jika
isinya hanya agreement saja, barisan yes bos, kelompok sendiko dawuh. Pro kontra adalah sesuatu yang sangat wajar
dan bisa dipertanggungjawabkan. Tidak akan ada pelangi jika komposisi warna
hanya putih saja, justru keindahan pelangi dapat kita nikmati karena banyak
warna dan gradasi, banyak perbedaan dan banya macam dan ragamnya.
Jadi
bersikaplah yang wajar dan biasa saja menghadapi keabsolutan dari perbedaan-perbedaan
di alam semesta ini. Apa engkau akan berkonflik dan menggugat Tuhan? karena
perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Ketahuilah bahwa rakyat akan mengikuti segala
kebijakan dari pemerintah, saya pun juga akan demikian, saya punya motor saya
bayar pajaknya, saya beli barang-barang yang disitu terinclude pajak juga saya
bayar, karena pada dasarnya rakyat telah mempercayakan segala urusannya kepada
kelompok yang menamakan dirinya sebagai pejabat negara. Tetapi perlu diingat
kembali bahwa, bosnya negara ini rakyat bukan pejabat. Kita telah sepakat akan
hal ini bukan? kita telah satu kata demokrasi dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat. Camkan !
Oleh
karena itu cita-cita besar yang hendak diraih oleh pemerintah harus sejalan dan
sehaluan dengan cita-cita rakyat semuanya. Pemerintah jangan membuat reel
kebijakan sendiri tanpa menyertakan kepentingan rakyat yang sebenarnya.
Cita-cita pemerintah harus sama dengan cita-citanya para tukang becak, pak
sopir, petani kecil, bakul-bakul rengkek yang memimpikan dan mengharapkan
kehidupan yang layak dan sejahtera. Kehidupan yang murah sandang, murah
papan, dan seger kuwarasan.
Cita-cita
rakyat itu harus diwujudkan, karena adanya negara ini tentu dalam rangka
mewujudkan cita-cita seluruh rakyat Indonesia tadi. Tidak pandang bulu, tidak
pandang ia dari partai mana, pendukungnya siapa, rakyat adalah rakyat yang
menjadi tanggungjawab negara.
Namun
sayang sekali cita-cita besar bangsa dan negara ini sering tergadaikan dengan
kepentingan-kepentingan yang jauh dari tujuan dan harapan dari rakyat Indonesia
pemilik kekuasaan yang sah atas negeri yang kita cintai ini. Di sini saya ingin
mengingatkan kembali akan agar para pengatur dan peyelenggara pemerintahan
membaca, menghafalkan dan menghayati tujuan besar bangsa ini yang tersurat
maupun yang tersirat di dalam landasan idiil bangsa yaitu Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar