Resensi Buku “Surgaku Adalah Mengajar”
Identitas Buku
Judul Buku : Surgaku
Adalah Mengajar
Kumpulan
Tulisan Mengenang KH. Abd. Moehaimin Tamam
Penulis :
Tim Majalah KMI ASSALAM
Editor :
Juwoto, Adzim Muntolib
Lay Out :
Misbahul Munir
Penerbit :
ASSALAM Press
Cetakan :
2016
Tebal :
276
Kategori :
Nonfiksi-Biografi
Ulasan buku
Tiada sesuatu yang lebih membahagiakan selain
mengenang, apalagi itu mengenang sosok yang teramat istimewa di hati kita.
Begitu pula dengan buku ini adalah sebuah kenangan indah, kenangan yang kadang
membuat butiran air mata ini deras mengalir. KH. Abd. Moehaimin Tamam atau
sering dipanggil Abah adalah sosok yang patut dan layak dikenang khususnya oleh
santriwan-santriwati pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia.
Buku “Surgaku Adalah Mengajar” ini ditulis
oleh tim Majalah ASSALAM berdasarkan hasil dari wawancara dengan berbagai pihak
seperti : Keluarga ndalem, Dewan Asatidz, Alumni dan para santri tentunya yang
mana buku ini menceritakan secara intim hubungan antara Sang Guru terhadap
santri-santrinya. Buku ini ibarat tali ikatan batin atau alaqah ruhiyah antara
Kyai dengan santrinya yang tidak terputus walau salah satu diantara mereka
telah tiada dan berpisah secara fisik, namun dimensi batin terus tersambung
hingga kelak sama-sama bersatu dalam kasih sayang dan ridho Allah SWT.
Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri seseorang
yang merasakan dunia pondok pesantren, dunia yang penuh dengan cinta,
keakraban, keta’dziman, dan tentu dunia untuk saling menebar berkah rahmatan
lil’alamin. Dunia pesantren ibarat ladang pembenihan yang selalu membutuhkan
siraman air kehidupan sehingga benih-benih itu akan tumbuh menjadi tanaman yang
subur. Seorang Kyai ibarat air bagi
benih-benih itu. Ibarat telur-telur ayam yang tidak akan menetas kecuali diangkremi
oleh induknya, dan Sang Kyai adalah induk bagi santri-santrinya.
Begitulah gambaran kehidupan antara Sang Kyai
dan santrinya, jadi sangat wajar sekali jika para santri sangat merindukan
siraman air kehidupan dan membutuhkan angkreman dari Kyainya. Hubungan mereka
diibaratkan dalam hadits Nabi “Rajulaani Tahabba Fillah, Wa Tafarraqa
Fillah” Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dan beripisah juga
karena Allah Swt semata.
Begitu pula dengan Abah Moehaimin Tamam di
mata keluarga ndalem, dewan Asatidz, dan para santri yang masih mukim ataupun
yang sudah alumni. Beliau adalah sosok yang selalu hidup di hati sanubari dan
selalu menjadi sumber kerinduan para santrinya yang telah mencecap jernihnya
air pesantren, segarnya udara pesantren, dan menapakkan kakinya di keberkahan Kampung
Damai ASSALAM Bangilan Tuban.
Dalam WA-nya beberapa alumni banyak meng-quote
beberapa tulisan penting di buku tersebut diantara bernama Mohammad Haris Suhud
dari Ngasem Bojonegoro menguraikan dengan apik tentang beberapa hal yang
tertulis di buku itu, diantaranya :
“...Ibuk bertanya pada Abah. “Anakmu mbuk wei
opo ? beliau menjawab dengan mantapnya “Rezeki anak itu sudah ada sendiri.
Kalau kita meninggali mereka ilmu, InsyaAllah rezeki akan mengikuti mereka.
Ndak usah kita memikirkan akan kita kasih apa anak kita (Hj. Noor Anim
Suryawati : SAM hal. 34)
Kemudian salah satu alumni dari Grobogan Purwodadi
juga menukil salah satu tulisan :
“Yik Husain : Sampeyan nek nyantri ning Pak Moehaimin
sing tenanan, Kyaimu kuwi pinter tenan, ilmune akih” (Ust. Sutrisno)
“Di sela-sela itu, beliau dawuh kepada saya :
“Ju ASSALAM baru seperti ini atau sudah seperti ini ? (Mbah Ju hal. 189)
Dan terakhir saya tutup dengan apa yang saya
tuliskan sendiri di alinea terakhir tulisan saya di buku itu yang berbunyi :
“Kini
pesantren ASSALAM yang dulu diperjuangkan oleh beliau Abah Moehaimin Tamam
telah menginjak dewasa, estafet tali kepemimpinan telah diwariskan pada genersi
selanjutnya. Tuhan telah memeluk kekasihnya dalam kasih dan cinta-Nya. Semoga
beliau Abah Moehamin Tamam tersenyum bahagia melihat taman surga membumi,
semoga beliau bangga melihat bunga-bunga pesantren yang dulu ditanamnya kini
telah bermekaran mewangi semerbak memenuhi bumi Persada Nusantara. Amin.” (Joyojuwoto hal : xiii)
Demikian sekilas dari buku “Surgaku Adalah
Mengajar” semoga pendar-pendarnya bersinar dan memberikan manfaat bagi
santriwan-santriwati ASSALAM khususnya dan bagi bumi persada Nusantara pada
umumnya. Joyojuwoto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar