Surat Untuk Bupati
Tuban Periode 2016-2021
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Wa ba’du
Kepada yang terhormat Bapak
Bupati Tuban periode 2016-2021 KH. Fathul Huda, pertama-tama ijinkan saya
memperkenalkan diri walau pada dasarnya perkenalan ini hanyalah sebuah
basa-basi. Namun demi sebuah kata yang bernama sopan-santun dan unggah-ungguh
maka saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Joyojuwoto, saya berasal
dari wilayah Kab. Tuban paling barat tepatnya dari kecamatan Bangilan. Walau
mungkin perkenalan ini tidak penting namun saya berharap suatu saat Bapak
Bupati Tuban mengenal saya dan sempat menyebutkan nama saya, Joyojuwoto dari
Bangilan.
Dalam surat saya ini nanti mohon
maaf sekali kepada Bapak Bupati Tuban, jika saya langsung menyebut nama panjenengan
tanpa ada embel-embel Bapak Bupati. Karena saya anggap nama panjenengan
sudah sangat ma’rifat sekali tanpa perlu menyebutkan bahwa panjenengan adalah
Bupati Tuban, saya kira semua orang se-Kabupaten Tuban pun sudah tahu bahwa Pak
Huda yang saya maksud adalah Bupati Tuban yang akan dilantik untuk periode yang
kedua ini. selamat ya Pak Huda atas pelantikan panjenengan, semoga Tuban
ke depan di bawah kebupatian panjenengan menjadi lebih baik sebagaimana
yang Pak Huda cita-citakan bersama rakyat Tuban seluruh.
Saya memanggil dengan sebutan Pak
Huda, biar terasa dekat dan akrab, karena bagaimanapun juga saya juga terlahir
dari rahim Bumi Tuban ini, sehingga siapapun Bupatinya saya berhak mengaku
bahwa saya juga salah satu dari anak-anaknya. Tidak perlu khawatir Pak Huda,
walau saya menisbatkan diri sebagai anak panjenengan, namun saya tidak
akan meminta sepeserpun uang saku sekedar untuk berangkat sekolah, atau uang
jajan, namun kalau Pak Huda sendiri yang memberi tentu saya tidak akan sanggup
untuk menolaknya. J
Pak Huda yang mulia ijinkan saya
menulis sepatah dua patah kata kagem panjenengan, anggap saja surat ini
adalah surat cinta dari seorang anak kepada bapaknya. Tentu saja yang namanya
anak kadang suka manja dan menuntut lebih kepada orang tuanya, jadi kalau surat
saya nantinya berisi tuntutan-tuntutan mohon disikapi sebagaimana seorang bapak
kepada anaknya juga.
Lima tahun berlalu Tuban berada
di bawah kepemimpinan panjenengan Pak Huda, dinamika kehidupan tentu
telah kita rasakan bersama. Program-progam unggulan pun telah berusaha panjenengan
laksanakan semaksimal mungkin. Sebagai seorang Bupati Pak Huda sudah berusaha
memberikan yang terbaik untuk rakyat Tuban. Walau tentu di sana-sini masih
banyak yang bilang begini dan begitu, namanya orang banyak pak saya kira itu
suatu kewajaran. Protes boleh, menuntut tidak ada larangan, usul diperkenankan,
bahkan sampai asal usul pun monggo kerso.
Pak Huda saya kok punya angen-angen,
tidak tahu apakah angen-angen saya ini bisa menjadi sebuah realita atau
tidak. Sebenarnya angen-angen saya tidak muluk-muluk pak, saya cuma berusaha
ikut memikirkan kepentingan masyarakat Tuban itu saja. Ya ini memang sebuah
kontribusi yang bukan apa-apa, dan sebenarnya saya malu untuk mengatakannya,
namun setidaknya saya juga ingin ikut mengabdikan diri saya untuk masyarakat
pak, walau mungkin baru sebatas renungan.
Langsung
saja pak angen-angen saya begini, masyarakat Tuban adalah masyarakat yang
majemuk baik dari segi sosial, politik, budaya, maupun ekonominya. Kemajemukan
ini adalah hal yang patut untuk disyukuri bersama. Walau majemuk tapi saya
yakin masyarakat Tuban sudah sangat dewasa dan pakarnya dalam menghadapi aneka
perbedaan-perbedaan itu semua. Jadi hal ini tidaklah menjadi persoalan.
Masyarakat Tuban adalah masyarakat yang tangguh untuk bisa menghadapi segala
problematika dalam kehidupannya.
Bukan
berarti kalau masyarakat kita sudah khatam dengan aneka problematika hidup
lantas kita puas dengan keadaan ini. kita boleh puas dan bangga dengan kinerja
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang semakin hari
semakin baik, namun rasa puas dan bangga ini jangan sampai mematikan daya
kreatifitas kita untuk berpedoman terus dan terus lebih baik dari hari kemarin.
Diantara hal untuk lebih baik yang saya angankan adalah masyarakat bisa memenuhi
kebutuhan dasarnya dengan baik dan dapat menikmati hak-hak hidup dalam bermasyarakat
dengan penuh bermartabat.
Riilnya
begini pak Huda, masyarakat butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari, masyarakat butuh pelayanan kesehatan yang baik,masyarakat butuh
pelayanan pendidikan yang representatif. Jika pak Huda mampu menyediakan
hal-hal dasar itu saya kira masyarakat akan hidup bahagia di bawah kepemimpinan
bapak. Saya tidak mengatakan sekarang mereka tidak bahagia, hanya saja
kebahagiaan masyarakat perlu ditingkatkan lagi pak.
Untuk
mendukung peningkatan kebahagiaan dan kesejehteraan masyarakat Tuban jikalau
pemerintah daerah bisa memfasilitasi dan menyediakan tentu sangat layak, dan
itu sudah seharusnya karena salah satu dari tugas pemerintah adalah mengayomi
masyarakatnya. Oleh karena itu saya usul di tiap-tiap kecamatan hingga nantinya
berakar ke desa-desa dan pedusunan-pedusunan untuk dibentuk sebuah lembaga
semisal badan Baitul Mal. Lembaga resmi ini ditunjuk dan dibentuk oleh
pemerintah kabupaten dengan pertimbangan
pendekatan kerakyatan tentunya. Maksud saya lembaga ini dibentuk bukan atas
dasar ini orang dekatnya bupati, ini orang dekatnya si anu yang menjadi tim
sukses, dan lain-lainnya yang mengarah pada KKN-isme. Namun lembaga ini
terbentuk dari nurani masyarakat sehingga benar-benar mampu memberikan
pengabdian terbaik untuk umat. Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat yang
sebenar-benarnya.
Baitul
Mal ini bisa kita kita katakan sebagai sintesa dari Baitul Mal yang mencontoh
model dan sistem era kepemimpinan Khulafa’ur rasyidin yang fungsinya membackup
kepentingan ekonomi masyarakat di wilayahnya. Saya tidak ingin mengatakan
nantinya Pak Huda yang harus memikul karung-karung beras sendiri di
tengah-tengah malam seperti Khalifah Umar Bin Khattab untuk membantu rakyatnya
yang membutuhkan. Nantinya bisa dibentuk petugas khusus yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara langsung.
Sumber
keuangan Baitul Mal ini ada dua, pertama dari pemerintah dan yang kedua dari
masyarakat sendiri. Dari pemerintah jelas nanti bisa dialokasikan dari APBD
sedang dari masyarakat bisa diambilkan dari zakat, infaq, dan sedekah. Sekarang
pun mungkin sudah ada lembaga semisal itu, namun keberadaannya kurang terasa
dan kurang revolusioner hingga tidak memberikan efek yang signifikan di
tengah-tengah masyarakat. Wujuduhu ka’adamihi, adanya seperti tidak adanya.
Gerakan
Baitul Mal ini biar terasa harus disosialisasikan dengan masif dan terukur
hingga semua orang tahu. Bisa dikatakan ini nantinya dijadikan sebagai program
unggulan Kabupaten Tuban yang merepresentasikan diri sebagai Bumi Wali. Dengan
spirit Bumi Wali ini nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya harus
diaplikasikan dan diterjemahkan secara riil ke dalam ranah kehidupan masyarakat
Tuban secara menyeluruh, sehingga slogan Tuban Bumi Wali tidak hanya sekedar
slogan saja.
Dengan
adanya Baitul Mal ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka, seperti membangun klinik-klinik bahkan rumah sakit di
tingkat kecamatan, menyediakan mobil ambulance di tiap-tiap dusun, membantu
masyarakat yang perekonomiannya lemah, memberikan bantuan modal usaha bagi
masyarakat, hingga membantu anak-anak usia sekolah untuk menikmati masa
belajarnya dan lain sebagainya.
Untuk
masalah sistem dan birokrasi dari Baitul Mal ini jangan terlalu birokratif yang
njlimet, baik yang berkenaan dengan pengelolaan maupun pendistribusian,
yang terpenting adalah mengedepankan transparansi dan akuntabilitas serta
pertanggung jawaban baik di depan hukum negara maupun hukum Tuhan. Oleh karena
itu Pak Huda, untuk membentuk sistem Baitul Mal ini tidak hanya mempersiapkan
sistem birokrasi yang harus baik namun masyarakatnya juga harus diedukasi agar
bertanggung jawab penuh dengan Baitul Mal ini. Baik itu pertanggung jawaban
sebagai pengelola maupun sebagai masyarakat yang akan memakai jasa dari Baitul
Mal.
Demikian
Pak Huda yang menjadi angen-angen saya, mohon maaf jika surat saya
menyita waktu istirahat panjenengan. Saya tidak berharap apapun dari
surat saya ini, karena seharusnya “saya-saya” siapapun namanya dan orangnya
punya hak dan kewajiban yang sama untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi masyarakat sebagai wujud
pertanggung jawaban kita kepada Tuhan sebagai khalifah fil ardhi
demi mewujudkan perikehidupan yang rahmatan lil ‘alamin.
Akhirul
kalam, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Joyojuwoto
Surat yang amat sangat perlu di pahami oleh pak Huda
BalasHapus