Di Kebun Kangkung
Naila, Nafa, Fani, dan Fida
adalah tetangga dekat, rumah mereka bersebelahan, Naila dan Nafa bersaudara,
sedang Fani dan Fida juga dua bersaudara. Mereka berempat adalah sahabat. Pada
hari Minggu mereka berlibur di samping
rumah. Di situ terdapat kebun kangkung milik Pak Hamid.
Kebun Kangkung milik Pak Hamid
sedang berbunga. Bunganya indah sekali.
Warna bunga kangkung putih cerah bersemu merah, sedang daun-daun kangkung berwarna
hijau yang menyejukkan pandangan mata.
Naila dan Fani sibuk memetik bunga
kangkung untuk dibuat mainan “pasar-pasaran”, Fida duduk-duduk sambil melihat
belalang yang memakan daun-daun kangkung. Nafa yang paling kecil juga ikut
sibuk mengganggu Naila dan Fani yang mengumpulkan bunga.
“Mbak Fani bunga kangkungnya
bagus ya ! putih kayak salju”
“Iya Naila, itu kayak salju di
film Frozen di TV” sahut Fani
“Ayo ambil bunga yang banyak
Naila, nanti kita buat mainan” seru Fani sambil terus memetik bunga kangkung.
“Mbak Fani itu lihat di sana ada
kupu-kupu, wah cantiknya !!! ayo kita kejar itu kupu-kupu” kata Naila sambil
berusaha mengejar kupu-kupu yang terbang di antara bunga-bunga kangkung.
Kupu-kupu yang indah
berwarna-warni itu beterbangan dan hinggap di bunga-bunga kangkung yang
bermekaran. Alam diciptakan Tuhan dengan saling berpasangan dan saling
membutuhkan. Kupu-kupu menghisap sari-sari dari putik bunga sebagai makanannya,
begitu pula bunga-bunga membutuhkan kupu-kupu untuk membantu proses penyerbukan
antara benang sari dengan kepala putik yang akhirnya menghasilkan buah.
“Wah cantik dan lucu yang
kupu-kupunya, Mbak Naila kupu-kupunya jangan ditangkap ya ? kasihan” kata Fida
yang sejak tadi asyik melihat belalang.
“Iya Naila, biarkan saja
terbang... kata Bu Guru kita tidak boleh mengganggu hewan-hewan itu, kita harus
menyanyangi mereka” Fani yang sudah duduk di kelas 3 SD menerangkan.
“Iya Mbak Fani, kita lihat-lihat
saja kupu-kupunya, wah indah sekali ya ciptaan Tuhan, kata Bu Guru TK saya,
kita harus bersyukur dianugerahi alam yang indah oleh Tuhan” kata Naila
ikut-ikutan mengutip kata-kata bijak dari guru TK-nya.
Setelah bunga-bunga kangkung
terkumpul cukup banyak Fani, Naila, Fida, dan Nafa pulang, mereka berempat
berjalan hati-hati di sepanjang pematang sawah milik Pak Hamid. Mereka berempat
senang sekali, hatinya berbunga-bunga seperti bunga-bunga kangkung yang putih
indah bermekaran di pagi yang sejuk itu. Matahari belum beranjak tinggi dan
anak-anak yang cantik-cantik itu melanjutkan bermainnya di halaman rumah. Joyojuwoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar