Jangan Marah
لَا تَغْضَبْ
وَلَكَ الْجَنَّةْ
Artinya : Jangan marah, maka bagimu adalah surga (HR. Thabrani)
Marah adalah tabiat yang diciptakan Allah di dalam diri manusia
sebagaimana tabiat-tabiat yang lain, seperti lemah lembut, kasih sayang,
simpati, empati, toleransi dan lain sebagainya. Yang namanya tabiat tentu
manusia tidak terhindar sama sekali dari amarah ini. marah sebenarnya tidak
terlarang jika tepat dan sesuai dengan proposinya. Bahkan marah adalah energi
yang berfungsi menjadi pembela bagi nilai-nilai kebaikan dan melindungi diri
dari hal-hal yang merusak dari luar. Oleh karena itu Imam Syafi’i pernah berkata : “Barang siapa yang dibuat
marah tetapi tidak marah maka ia adalah
keledai”
Perkataan Imam Syafi’i tentu bukan dalam rangka menyelisihi sabda
Nabi yang berbunyi Laa Taghdhob, namun beliau menempatkan marah pada
proposinya. Jika nilai-nilai kebaikan dalam ajaran agama diabaikan dan
dilecehkan tentu sebagai seorang mu’min kita wajib marah, namun marah kita
bukan pada individunya, namun lebih pada sikap dan perilakunya. Marah terhadap
hal-hal yang memang diperlukan tentu sangat wajar dan manusiawi, sedang
larangan marah sebagaimana hadits Nabi di atas adalah marah yang dzalim, marah
yang bukan pada tempatnya.
Marah yang dilarang adalah marah yang membutakan mata hati dan akal
sehat, sehingga menyebabkan kita tidak adil dalam menilai sesuatu. Rasulullah
SAW sendiri pun sangat marah jika larangam-larangan Allah diabaikan dan
dilanggar. Namun kasih sayang dan kelembutan Rasulullah mengalahkan sikap
amarahnya, sehingga beliau lebih banyak bersabar dan mengedepankan kasih sayangnya kepada manusia. Bahkan beliau
sendiri bersabda :
لَا
تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةْ
Artinya : Jangan marah, maka bagimu adalah surga
Rasulullah melarang mengumbar kemarahan karena orang yang sering
marah itu tidak bisa mengendalikan diri dan mudah dikuasai oleh setan, karena
setan memang berasal dari bara api. Di dalam Alur’an pun banyak ayat yang
memerintahkan seseorang untuk menahan amarahnya, seperti dalam surat Ali Imron
ayat 134 yang artinya : “Dan orang-orang yang menahan amarahnya”,
kemudian dalam surat Al-A’raf ayat 199 Allah Swt juga memerintahkan seseorang
untuk lembut hati dan pemaaf serta menjahui perbuatan orang-orang yang bodoh.
Oleh karena itu seyogianya seseorang berusaha dengan sekuat tenaga
untuk menghindari gelora amarah yang tak terkendali. Karena banyak kejadian
yang sebenarnya sepele namun karena amarah telah menguasai jiwa maka akibatnya
menjadi hal yang sangat tak terduga. Banyak kasus-kasus kekerasan yang terjadi
di masyarakat bahkan berakhir dengan pembunuhan juga karena dipicu oleh
kemarahan yang tidak terkendali.
Jadi ikutilah petunjun Nabi untuk jangan menumbar api kemarahan
agar kita selamat, baik itu di dunia lebih-lebih di akhirat kelak. Jika seseorang
dilanda api kemarahan hendaknya ia diam dan jangan melakukan hal apapun, karena
tentu hasilnya tidak akan baik. Rasulullah SAW bersabda :
إِذَاْ
غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
Artinya : “Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam”
Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada orang yang marah, jika ia
dalam kondisi berdiri maka duduklah, jika dalam keadaan duduk bersandarlah,
jika dalam keadaan bersandar maka berbaringlah. Jika ternyata belum reda
hendaknya orang yang marah segera mengambil wudlu atau mandi, karena api hanya
bisa dipadamkan dengan air. Nabi SAW bersabda :
إِذَاْ غَضِبَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ بِالْمَاءِ فَإِنَّمَا الْغَضَبُ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Apabila salah seorang diantara kamu marah maka hendaklah ia
berwudlu dengan air karena marah adalah dari api”
Joyojuwoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar