Persembahan Cinta
Negeri Dari Santri Untuk Indonesia
Oleh : Joyo Juwoto
Paham kebangsaan
dalam bahasa arabnya disebut al-wathaniyyah, sedang cinta tanah air bahasa
arabnya hubb al-wathan. Tanah air menurut Sayyid Muhammad adalah tanah di mana
kita lahir dan tumbuh berkembang di
sana, memanfaatkan tumbuhan dan binatang ternaknya, mencecap air dan udaranya,
tinggal di atas tanah dan di bawah kolong langitnya, serta menikmati berbagai
hasil bumi dan lautnya sepanjang masa.
Sepanjang yang saya
ketahui belum ada dalil shorih dari al-hadits ataupun dalil dari al-Qur’an
yang melarang paham al-wathaniyyah, ataupun hubb al-wathan. Sebagai orang yang
tinggal di bumi pertiwi ini tentu wajib hukumnya mencintai negeri yang kita
tempati, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt.
Di dalam hadits
memang ada dalil yang melarang ashabiyyah, namun ashabiyyah atau fanatisme
tentu beda dengan al-wathaniyyah. Jika kita cermati di dalam Al Qur’an justru
ada dalil cinta tanah air. Nabi Ibrahim mendoakan negeri yang ditempatinya
menjadi negeri yang aman sentausa dan penduduknya diliputi rezeki yang barakah
sebagai wujud hubb al-wathannya Nabi Ibrahim kepada negeri yang baru saja
dibukanya.
Di dalam Al Qur’an
surat al Baqarah ayat 126 Allah Swt, berfirman :
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ
الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ
كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ (١٢٦)
126. dan (ingatlah), ketika
Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan
kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia
menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".
Dari ayat di atas jelas sekali bahwa
Nabi Ibrahim sangat mencintai negeri di mana ia dan keluarganya bertempat
tinggal. Doa Nabi Ibrahim yang diabadikan di dalam Al Qur’an menjadi bukti
bahwa beliau sangat mencintai negerinya. Dan saya kira doa ini wajib dibaca
oleh semua orang yang menginginkan negeri ini aman, damai, sejahtera, dan
masyarakatnya mendapatkan keberlimpahan rezeki dan barakah dari Allah Swt.
Rasulullah Saw, sendiri pun menyerukan untuk menjaga negeri di mana
beliau tinggal. Konsep Negara Madinah adalah gambaran konkret hasil konsensus
dengan banyak pihak, agar selalu dijaga ketentramannya dan dibela serta
dipertahankan kedaulatannya dari serangan pihak yang tidak suka kedamaian
negeri Madinah.
Oleh karena itu, jika
berbicara tentang pengabdian kepada tanah air, cinta negeri, santri tentu
berada di garis depan dan menjadi corong utama yang menyerukan untuk cinta
tanah air. Hal ini semenjak dahulu sudah dicontohkan oleh Ulama-ulama yang
berjuang dengan penuh keikhlasan demi membela kedaulatan tanah air dari
rongrongan kaum penjajah.
Nasionalisme dan
kecintaan para santri kepada bangsa dan negara bukanlah nasionalisme sempit,
buta dan tanpa arah. Nasionalisme santri sebagaimana yang dikatakan oleh KH.
Agus Salim adalah nasionalisme yang sejalan dengan ajaran Islam, nasionalisme
yang berdasarkan nilai-nilai ketauhidan, bukan fanatisme semata. Nasionalisme
yang berdasarkan niat lillahi ta’ala, bukan nasionalisme kebangsaan sebagai
berhala dan tempat menyembah.
Singkat kata
nasionalisme adalah harga mati yang harus dijaga dan diperjuangkan bersama demi
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana yang dikatakan oleh “The Grand Old
Man” negeri ini,:
“Ia, nationalisme
kita, jang oleh biroe-biroenja goenoeng, oleh molek-moleknja ladang, oleh
segarnja air jang sehari-hari kita minoem, oleh njamannja nasi jang sehari-hari
kita makan, mendjoendjoeng tanah air Indonesia dimana kita akan mati itoe
mendjadi Iboe kita jang haroes kita abdi dan haroes kita hambai.” (KH
Agus Salim).
*Joyo Juwoto, Santri Ponpes ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar