google.com |
Daur Tulisan
Bertanam Kebaikan
Menggapai Derajat Ihsan
Oleh : Joyo Juwoto*
Al dunya Mazra’atu al
Akhirah, Dunia adalah ladang akhirat, dunia adalah tempat
dimana manusia bertanam, sedangkan akhirat adalah masa di mana manusia akan
menuai apa yang telah ditanamnya. Jika
manusia menanam padi, maka takdir akan berkata padilah yang akan diketamnya,
walau di sana-sini akan ada rumput-rumput liar yang tumbuh membersamai hasil
panen padi.
Begitu pula jika yang
di tanam adalah tanaman gulma maka takdir akan berkata gulma-gulma kesia-siaan
yang akan kita unduh kelak,tak akan ada panen padi serumpun yang tumbuh di
ladang kita. Dan ini sudah menjadi sunnatullah-Nya, Wa Lan Tajida Li
Sunnatillahi Tabdiilan, (dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan
pada sunnah Allah).
Begitulah ajaran
Islam, mengajari pemeluknya untuk selalu bertanam kebaikan, karena kebaikan
adalah inti sari dari dakwah Rasulullah Saw. Dalam sebuah haditsnya beliau
bersabda : “Innama Bu’istu Liutammima Makaarima al Akhlaq” (Sesungguhnya
saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq ).
Di dalam Al Qur’an surat An-Nahl ayat 90 Allah Swt,
berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (٩٠)
90. Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Baik dari al Qur’an maupun dari teladan Rasulullah Saw,
kebaikan akhlak menjadi prioritas utama dalam ajaran agama Islam, melarang
perbuatan yang keji dan munkar serta menyebarkan permusuhan di muka bumi.
Karena tidak ada yang diinginkan dalam nilai-nilai agama kecuali menjadi rahmatan
lil’alamin.
Dakwah Rasulullah Saw, adalah
dakwah akhlak kebaikan, akhlaq kelembutan, dan kemuliaan jiwa. Di dalam setiap
ajaran Islam pasti mengandung tuntunan kebaikan untuk para pemeluknya. Mulai
dari hal yang sepele dan terkecil, hingga urusan-urusan yang besar semua ada
aturan mainnya. Ada manual book-nya.
Agama Islam sangat
menganjurkan bahkan sampai tingkatan mewajibkan umatnya untuk memiliki kebaikan
akhlak.Jangankan kepada sesama umat manusia, kepada hewan yang akan disembelihpun
pun kita harus ber-akhlakul karimah,
yaitu dengan cara menyembelih dengan senjata yang tajam agar tidak menyakiti
hewan sembelihan tersebut. Begitulah akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah
Saw.
Dalam agama Islam segala
perbuatan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan aturan agama. Bahkan sampai
urusan berperang dan membunuh dalam medan perang pun ada aturannya.
Ketika Khalifah Abu Bakar
As-Siddiq mengirimkan Usamah bin Zaid dan pasukannya ke medan perang, beliau
berpesan : “Wahai manusia, berdirilah! Aku wasiatkan kepada kalian sepuluh
hal, yang hendak kalian jaga: Janganlah kalian berkhianat, mengambil ghanimah
sebelum dibagi, menipu, memutilasi, dan membunuh anak kecil, orang lanjut usia,
maupun perempuan. Janganlah kalian merusak dan membakar pohon kurma, janganlah
kalian menebang pohon yang sedang berbuah dan janganlah kalian menyembelih
domba, sapi, dan juga unta kecuali untuk dimakan.”
Lihatlah betapa Islam
mengajarkan kebaikan dalam segala sendi kehidupan. Perang pun tidak dijadikan sebagai
sarana mengumbar amarah, melampiaskan dendam kesumat dan nafsu angkara murka.
Sehingga tidak aneh ketika pasukan umat Islam menaklukkan suatu wilayah justru
penduduknya dengan sukarela memeluk agama Islam, setelah mereka melihat dan
tahu akan kemuliaan akhlak yang ditunjukkan oleh pasukan umat Islam.
Betapa mulianya agama ini,
agama yang mengajarkan seluruh aturan hidup dengan mengedepankan akhlak
kebaikan, kelembutan, dan kasih sayang kepada sesama makhluk Tuhan di muka
bumi. Karena pada dasarnya ajaran Islam datang dan diturunkan ke muka bumi ini
sebagai rahmat semesta.
Seorang mukmin yang baik
seharusnyamemang memiliki akhlak yang baik pula, Sahabat Abu Hurairah
meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Akmalu al mukminiina
iimaanan ahsanuhum khuluqon” artinya mukmin yang paling baik adalah yang
paling baik akhlaknya. Ahklak memiliki posisi yang sangat penting dalam ajaran
agama bahkan ketinggian ilmu masih berada di bawah levelnya akhlak.
Segala
sesuatu itu memiliki inti dan inti dari ajaran agama adalah akhlaq, siapa yang
tidak berakhlaq berarti ia bukan orang yang beragama. Seorang Tabi’in asal
Madinah Ikrimah RA yang wafattahun 104 H berkata
:
لِكُلِّ شَيْئ ٍأَسَاسٌ وَأَسَاسَ الْإِسْلاَم ِاَلْخُلُقُ الْحَسَنُ
“Tiap segala sesuatu itu memiliki inti, dan inti dari ajaran
Islam adalah akhlak yang baik”
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmizi, bahwasanya Rasulullah Saw
juga bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah Swt, mewajibkan ihsan (berbuat baik) kepada segala
sesuatu.”
Akhlak yang baik ini tentu
tidak bisa datang dan dimiliki dengan tiba-tiba. Banyak tahapan dan proses yang
harus dilalui oleh seorang muslim sehingga ia bisa meneguhkan diri sebagai
seorang muslim yang mencapai derajad ihsan (berlaku baik terhadap sesuatu).Derajatihsan adalah
derajat tertinggi yang harus dicapai oleh seorang muslim dalam kehidupannya.
Menarik seperti yang
diungkapkan oleh Samuel Smiles bahwa “Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan
menuai perbuatan. Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan.
Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter. Taburkanlah suatu
karakter, maka kamu akan menuai takdir.”
Untuk ihsan seorang muslim harus sudah dimulai
sejak dalam pikiran dan tentunya diwujudkan dalam amal perbuatan. Sesunguhnya
sikap seseorang itu bersumber dari pikirannya, jika pikirannya baik dan
produktif, maka tentu juga akan melahirkan perbuatan yang baik dan produktif
pula, sebaliknya jika pikirannya telah cacat dan rusak, maka jangan harap akan
lahir sikap dan perbuatan yang baik dari perilaku seseorang.
Oleh karena itu
Pramodya Ananta Toer mengatakan seseorang itu harus sudah adil sejak dalam
pikiran, hal ini memiliki makna bahwa jangan sampai kita berprasangka yang tidak-tidak
dengan orang atau kelompok lain, kita harus melepaskan itu semua,
praduga-praduga itu akan melahirkan sikap yang tidak bijak, karena bibit
perbuatan manusia berasal dari pikirannya. Maka adillah sejak dalam pikiran,
kata Pram.
Jadi untuk menggapai derajat
kebaikan itu sudah dimulai sejak dalam pikiran, oleh karena itu taburlah
pikiran yang positif agar nantinya melahirkan perbuatan yang positif pula,
hingga nantinya mata rantai sunnatullah
ini sampai pada takdir Tuhan yang akan kita terima.
Jika kita telah
memiliki pikiran yang baik, jangan sampai berhenti pada angan-angan, lakukan
aksi selanjutnya, yaitu melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya. Pikiran
tidak boleh berhenti, harus dialirkan menjadi perbuatan agar ide-ide itu tidak
rusak di dalam otak, harus ada aksi, harus diwujudkan menjadi sebuah perbuatan
fisik yang berguna bagi kebaikan bersama.
Pablo Picasso
berkata: “Yang penting adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang ingin kita
lakukan.” Melakukan ini sangat penting sekali, sebaik apapun apa yang ingin
kita lakukan , namun hanya sebatas ide dan di dalam pikiran, maka itu hanyalah
semu belaka. Lakukanlah apa yang ingin kita lakukan dengan baik, sehingga
nantinya akan menjadi kebiasaan yang baik pula.
Kebiasaan-kebiasaan
yang terus kita lakukan secara terus menerus akan menjadi watak dan karakter,
dari watak dan karakter inilah Allah akan memberikan takdirnya kepada kita.
Allah tidak akan menyia-nyiakan usaka dan kerja keras dari hamba-hamba-Nya.
Oleh karena itu mari
kita terus bertanam kebaikan untuk menggapai maqam ihsan, sekecil apapun
itu, kebaikan yang kita tanam tidak akan pernah sia-sia.Kelak tanaman-tanaman
yang kita semai di ladang dunia ini, pasti bisa kita petik dan kita nikmati
hasilnya di hari pembalasan. Allah, Malaikat, dan orang-orang Islam akan
melihat, mendengar dan mendo’akan amal kebaikan yang kita lakukan.
*Joyo Juwoto. Anggota
FLP Tuban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar