Seindah Sakura di
Langit Nusantara
Bunga Sakura memang indah dan
sedap dipandang mata, begitu pula yang saya rasakan ketika membaca lembar demi
lembar buku yang ditulis oleh Suyoto Rais. Seperti sedang menikmati kesegaran
dan keindahan lembar demi lembar kelopak bunga Sakura yang mempesona, tiada
bosannya saya menikmati buku yang berisi kisah inspiratif perjuangan anak desa
dari Jojogan Singgahan Kab. Tuban yang akhirnya menjadi seorang profesional
global yang handal.
Walau telah sukses menjadi orang
penting dibeberapa perusahaan ternama di Jepang Suyoto Rais tidak lupa diri,
dari berbagai pengalamannya malang-melintang di dunia global justru
menjadikannya semakin matang dan menjadi pribadi yang unggul. Cobaan dan ujian
hidup yang dialami Pak Suyoto semenjak dari kecil semakin mengokohkan kedewasaanya,
begitu beberapa pesan yang bisa saya tangkap
dari buku beliau.
Merasa ikut bangga menjadi orang
Tuban ketika pertama kalinya saya ketemu walau hanya sepihak dengan Pak Suyoto,
saat beliau mengisi Simposium Nasional yang digelar oleh Pemkab Tuban di
Pendapa Kridha manunggal yang mengambil tema : “Prospek dan Rencana
Pembangunan Ekonomi Lokal Menuju Tuban Yang Semakin Maju dan Sejahtera.”
Sepulang dari simposium itu saya
terobsesi dan membayangkan bahwa di Tuban nantinya basis ekonomi lokal dikuatkan
sehingga mampu mensejahterakan masyarakat. Inilah hebatnya Pak Suyoto menurut
saya, beliau yang sudah duduk nyaman dan mapan luar negeri serta menjadi orang
penting ternyata punya pemikiran untuk bali kampung, “Demi Indonesia Aku
Kembali” begitu tulis beliau di salah satu sub judul bukunya. Pak Suyoto
kembali ke Indonesia bukan agar beliau diangkat menjadi salah satu pejabat
penting di negeri ini, beliau dengan tulus ingin mengabdikan apa yang ia punya
untuk Indonesia.
Oleh karena itu beliau dengan beberapa
koleganya mendirikan organisasi Formasi-G sebuah Forum Masyarakat Indonesia
Berwawasan Global (Indonesian Forum For Global Vision). Forum ini dibentuk
bersama untuk menyambut gempita globalisasi yang juga mulai masuk ke Indonesia.
Target akhir yang ingin dicapai Formasi-G agar seluruh kecamatan minial
memiliki satu klaster Industri Rakyat yang nantinya klaster-klaster itu akan
bersinergi meningkatkan daya saing produk-produk dan SDM Indonesia untuk
menghadapi globalisasi dunia.
Riilnya program Formasi –G di
Tuban seperti apa yang dipaparkan dalam simposium di Pendapa kemarin akan
menggandeng Pemkab untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan di wilayah Kabupaten
Tuban untuk menginventarisasi sektor mana yang perlu dikembangkan dan menjadi
produk unggulan lokal. Contohnya dalam
bidang pertanian selama ini ketela dan kelapa belum dimanfaatkan secara
maksimal, karena sektor pertanian di Tuban dibidang ketela misalnya masih
sebatas tanam, panen, dan dijual masih dalam bentuk bahan mentah. Sehingga
nilai ekonomisnya rendah. Jika produk ketela ini disentuh dengan teknologi
industrialisasi, tentu ketela akan menjadi produk yang bernilai ekonomis
tinggi.
Sementara produk turunan ketela
di Tuban masih tradisional seperti menjadi kripik, gethuk, pathi/tepung, dan
segala macam makanan tradisional lainnya yang harganya rendah. Seiring dengan
penemuan-penemuan baru dalam bidang inovasi industri pangan ada secercah
harapan bagi masyarakat, karena pakar-pakar ilmuan di negeri ini mampu mengolah
ketela menjadi produk unggulan yaitu MOCAF (Modified Casava Flour).
Adalah Prof. Dr. Acmad Subagio
Superhero dari Jember seorang dosen, ilmuwan, inovator dan seorang pengusaha
yang berhasil menemukan tepung singkong yang diberi nama MOCAF. Tepung ini bisa menggantikan peran tepung gandum
yang Indonesia sepenuhnya mengimpor. Tepung MOCAF dapat digunakan sebagai bahan
baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mi, bakery, cookies, dan
lain-lainnya. Jika pemerintah dengan kebijakannya mampu menekan impor gandum
dan mengembangkan MOCAF untuk industri makanan tentu ketela akan menjadi
primadona di negeri ini.
Kita berutang budi pada
orang-orang yang bekerja keras penuh kreasi dan inovasi untuk kemakmuran negeri
ini. mereka-mereka patut kita jadikan
contoh dan teladan untuk membangun negeri.
Suyoto Rais dalam buku yang
ditulisnya “Seindah Sakura di Langit Nusantara” membagikan kisah
inspiratifnya, beliau bukan hanya sekedar menulis kisah romansa hidupnya namun
beliau telah membagikan separuh energi kebaikan untuk anak cucu negeri ini. semoga
kisah kita bisa meneladaninya demi dan untuk Indonesia tercinta. Joyojuwoto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar