“Kisah-Kisah Heroik Pada Perang Uhud”
Pic : https://elnispero.wordpress.com |
Perang Uhud adalah peperangan terdahsyat kedua sesudah perang Badar.
Sejatinya perang ini memang digunakan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk
membalas akan kekalahan mereka di Badar. Oleh karena itu mereka mempersiapkan
pasukan yang besar guna menghancurkan kekuatan umat Islam yang mulai tampak
bersemi di bumi Madinah al Munawwarah.
Menurut pendapat ulama’ yang masyhur perang Uhud ini terjadi pada hari
Sabtu, pertengahan bulan Syawal tahun ke-3 Hijriyah.
Walau pada saat perang Uhud umat
Islam mengalami kekalahan melawan kaum kafir Quraisy, namun peperangan yang
dahsyat ini menyisakan kisah-kisah heroik yang layak dan patut untuk kita kenang dan kita
jadikan sebagai inspirasi dan teladan sepanjang zaman. Lalu bagaimanakah
kisah-kisah yang menyejarah itu ? Kisah-kisah heroik pada saat perang Uhud
melibatkan berbagai pihak dan kalangan, khususnya kaum Anshor dan Muhajirin.
Keimanan mereka menjelma menjadi sebuah keajaiban pada saat perang yang hampir
mencelakai Rosulullah SAW. Diantara kisah-kisah tersebut adalah :
1.
Abu Dujanah pembawa pedang Rosulullah SAW
Abu Dujanah adalah seorang yang pemberani lagi
sombong. Namun kesombongan itu ternyata mendapat restu dari Nabi. Kisahnya
ketika itu Nabi menyemangati kaum Muslimin dengan mengatakan “Siapa yang
akan mengambil pedang ini dan akan menggunakannya dengan benar ?”
Kemudian Abu Dujanah maju dan mengambil pedang itu
seraya bertanya kepada Nabi : “Lalu apa hak pedang ini, ya Rosulallah ?”
Rosulullah menjawab : “Agar pedang tersebut diayunkan kepada
musuh sampai musuh itu roboh”.
Kemudian Abu Dujanah menerima pedang itu dan
berjalan diantara dua pasukan dengan congkak, lalu Rasulullah Saw bersabda : “Sebenarnya
lagak jalan seperti ini dibenci Allah, kecuali pada suasana begini”
Dan abu Dujanah menepati janjinya untuk menunaikan
hak pedang yang telah diberikan Nabi kepadanya. Ia kemudian mengenakan surban
merahnya dikepala sebagai tanda ia akan berperang hingga titik darah
penghabisan.
2.
Thalhah bin Ubaidillah
Thalhah bin Ubaidillah melindungi Nabi pada saat
genting hingga jari-jarinya terpotong kena tebasan pedang musuh. Bahkan Thalhah
ini mendapatkan julukan Syahid yang berjalan di muka bumi. Hal ini sebagaimana
yang di sabdakan Nabi :
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيْدٍ يَمْشِي عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ
إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ الله
“Barang siapa yang ingin melihat syahid yang berjalan di
muka bumi, maka hendaklah ia melihat Thalhah bin Ubaidillah”
3.
Abu Thalhah
al Ansori
Abu Thalhah al Anshori ibarat jagonya Pandawa
dalam hal panah memanah. Siapa lagi kalau bukan Ksatria Madukara Raden
Arjuna. Begitu pula dengan Abu Thalhah,
beliau adalah seorang pemanah yang ulung. Pada saat yang genting beliau
melindungi Rosulullah SAW dengan saweran panahnya yang mengancam kafir Quraisy.
Rosulullah sangat kagum dengan keberanian dan kemahiran Abu Thalhah dalam
memanah, hingga Rosulullah memujinya dengan ucapan : “Pekikan Abu Thalhah di
tengah-tengah pasukan lebih mengkhawatirkan pasukan musyrikin daripada sekompi
pasukan”
4.
Sa’ad bin Abi Waqqas
Selain Abu Thalhah yang jago memanah, sahabat Nabi
ini juga pandai dalam olah busur. Bahkan Rosulullah sendiri yang menyuplai anak
panah kepada Sa’ad untuk melawan kaum musyrikin yang akan mencelakai Nabi. Rosulullah SAW sendiri memerintahkan Sa’ad
untuk membidikkan panah-panah itu, seraya Rasulullah berkata : “Bidikkan !
Ayah dan Ibuku akan menjadi pembelamu”.
5.
Amr bin Jamuh
Amr bin Jamuh adalah sahabat Nabi yang berusia
udzur dan pincang kakinya. Secara syar’i beliau tidak wajib untuk ikut
berperang di fron depan. Namun beliau tetap ngotot berangkat perang walau
anak-anaknya juga melarangnya. Dan Rosulullah mengijinkan Amr bin Jamuh
berjihad hingga beliau syahid di jalan Allah sebagaimana yang diinginkannya.
6.
Hanzhalah bin Abu Amir
Hanzhalah mendapat julukan sebagai “Ghoosilul
Malaikah” (orang yang dimandikan oleh Malaikat). Julukan ini bermula ketika
itu Hanzhalah baru saja melangsungkan
pernikahan. Saat ia masih dalam pelukan sang istri ia mendengar gemuruh perang
Uhud. Akhirnya Hanzhalah segera melepas pelukan istrinya dan berangkat ke medan
perang. Saat di medan perang ia berhasil memporak-porandakan barisan musuh dan
kemudian berhadapan dengan komandan pasukan kafir Quraisy Abu Sufyan. Hampir
saja Hanzhalah berhasil membunuhnya, namun tiba-tiba datanglah Shaddad bin Al
Aswad dan menikamnya dari belakang. Gugurlah sang Ghozil itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar