Sahabat Sejati
Penebar Manfaat, Pemberi Syafaat
Manusia adalah makhluk sosial yang disetiap lini kehidupannya selalu
memerlukan sosialisasi dengan golongan manusia lain. Manusia-manusia lain itu
bisa bernama saudara, kerabat, tetangga, sahabat, orang yang kita kenal, hingga
orang-orang yang tidak kita kenal dan tentu masih banyak yang lainnya.
Begitulah memang fitrah manusia tidak bisa melengkapi dan memenuhi kebutuhannya
sendiri dari hal yang remeh-temeh hingga hal-hal yang besar tanpa mendapatkan
bantuan orang lain.
Bersahabat dengan orang lain
adalah termasuk bentuk sosialisasi yang dilakukan seseorang demi memenuhi
tuntutan rasa kemanusiaan. Betapa sepinya dunia ini tanpa adanya persahabatan
diantara sesama manusia.
Kata persahabatan ini menjadi suatu
tanda dan pengikat hubungan diantara dua orang yang tidak memiliki ikatan
kekerabatan. Walau demikian ikatan persahabatan yang sejati kadang melebihi
ikatan kekerabatan bahkan ikatan saudara kandung sekalipun. Persahabatan memang
sangat mempengaruhi kehidupan seseorang, oleh karena itu ketika kita mencari
sahabat, Al Qur’an mengajarkan agar mencari sahabat yang baik dan benar, agar
kelak kita tidak menyesal. Dalam Surat Al Furqon ayat 27-29 Allah Swt
memberikan gambaran dan peringatan mengenai sebuah persahabatan. Silahkan simak arti dari firman tersebut :
27.
dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama
Rasul".
28. kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan
sifulan itu teman akrab(ku).
29. Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al
Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong
manusia.
Begitu
pentingnya sebuah persahabatan sampai-sampai Allah Swt memberikan peringatan
agar kita berhati-hati memilih sahabat. Jangan sampai karena sahabat kita
terjerumus ke dalam hal-hal yang dimurkai Allah dan mengambil jalan yang
menyelisihi jalannya para Rosul yang telah diberi petunjuk.
Begitu
pentingnya arti sebuah persahabatan Rosulullah SAW juga memberikan perhatian
yang lebih, hingga beliau menyebut orang-orang yang menyatakan Islam di zaman
Nabi disebut sebagai golongan sahabat Nabi. Di sini ada kedekatan emosional
yang sangat kuat sekali antara sosok Nabi Muhammad SAW dengan para sahabatnya.
Sahabat-sahabat
Nabi inilah baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshor yang ikut serta menolong
dan mendukung dakwah Nabi dalam rangka menyebarkan risalah Islam. Berkenaan
dengan hubungan persahabatan ini beliau juga menyatakan dalam sebuah haditsnya bahwa
barang siapa yang ingin mengenal seseorang maka perhatikan siapa sahabatnya. Jika
ia bersahabat dengan orang baik insyallah baik, begitu pula sebaliknya jika
sahabatnya adalah orang-orang yang berperilaku tidak baik kemungkinan ia
memiliki tanda-tanda keburukan. Atau setidaknya ia dikhawatirkan tertular
keburukan sahabatnya itu.
Berhati-hatilah
dalam memilih sahabat, karena perbuatan yang jelek itu lebih cepat menular
dibanding perbuatan baik. Sahabat yang baik tentu akan mengajak kepada kebaikan
dan ketaqwaan sedang sahabat yang jelek akan membawa kepada kejelekan pula. Sebagaimana
dalam sebuah maqolah yang berbunyi :
صديقك من صدقك لا من صدّقك
Artinya : Sahabatmu adalah yang membenarkanmu, bukan orang yang
membenar-benarkan kamu.
Itulah
sahabat sejati yang apabila kita salah ia akan menunjukkan kebenaran kepada
kita, bukan orang yang selalu membenar-benarkan kesalahan-kesalahan kita.
Sahabat akan selalu memberikan warna kepada sahabatnya, sebagaimana yang
digambarkan dalam sebuah hadits yang kurang lebihnya, jika kita berteman tukang
api, maka kita akan berbau sangit atau bahkan terbakar, dan jika kita berteman
penjual minyak wangi kita juga akan tertular bau wewangian itu.
Oleh
karena itu para ulama-ulama zaman dahulu memperingatkan agar kita mencari
sahabat yang baik. Sunan Bonang dalam
tembang “Tombo Atinya” juga mengingatkan agar kita selalu dekat dengan
orang baik, yang beliau konotasikan sebagai orang sholeh. “Wong Kang Sholeh
Kumpulono”( Pergaulilah orang yang sholeh).”
Mengapa
kita dalam bersahabat harus memilih yang baik dan benar ? sebenarnya tidak ada
larangan kepada siapa kita bersahabat, namun jangan sampai sahabat itu nantinya
mencelakakan kita, lebih-lebih celaka di akhirat kelak sebagaimana yang
disebutkan dalam surat Al Furqon di atas.
Sahabat yang baik
adalah sahabat yang mengingatkan kita di saat kita melakukan kesalahan, begitu
juga sebaliknya kita juga mengingatkannya jika ia melakukan kesalahan. Jadi
sahabat yang baik itu bukan yang sama sekali tidak punya kesalahan, karena pada
dasarnya manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Di sinilah peran sahabat itu
kita perlukan. Sahabat sebagai media untuk berkaca dan melihat
kekurangan-kekurangan kita, karena memang seorang sahabat ibarat kaca benggala
bagi sahabatnya. Jika peran persahabatan ini bisa maksimal tentu mudah bagi
kita untuk selalu “Wa Tawaa Shouw bil Haqqi Wa Tawaa Shouw bis Shobri” saling nasehat
menasehati dalam hal kebaikan, dan saling nasehat menasehati dalam hal kesabaran.
Itulah fungsi dan
manfaat dari sahabat yang baik, sahabat sejati, sahabat yang memberikan manfaat dan syafaat
bagi sahabatnya. Karena besok di akhirat selain syafaatnya Nabi Muhammad SAW
dalam sebuah hadits juga diterangkan bahwa sahabat juga bisa memberikan syafaat
bagi sahabatnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi Muhammad
SAW bersabda :
ليدخلن
الجنّة بشفاعة رجل ليس بنبي مثل الحيين, أو مثل أحد الحيين : ربيعة ومضر. (أخرجه
أحمد)
Artinya : Akan masuk surga karena syafaat seseorang yang bukan
Nabi, seperti dua perkampungan atau seperti salah satu dari dua perkampungan :
Robiah dan Mudhor. (Diriwayatkan Imam Akhmad).
Oleh karena itu carilah sahabat yang sejati, sahabat yang bisa
memberikan manfaat dan syafaat kelak di akhirat.
Joyojuwoto.
Bangilan Tuban, 28 November 2015