Roro Oyi Tumbal
Asmara Putra Mahkota dan Sang Raja
Entah dosa apa yang diperbuat oleh
gadis cantik peranakan Cina-Jawa putri Ki Ngabehi Mangunwijaya. Anak gadis yang
baru menginjak usia remaja ini harus rela membuang indahnya masa kanak-kanak. Begitulah kadang anugerah berbuah malapetaka
dan menjelma luka nestapa, gadis cantik ini dipaksa meninggalkan kampung
halamannya, meninggalkan teman-teman sepermainannya di Banyuwangi guna memenuhi
hasrat birahi Sang Raja Mataram Amangkurat I.
Benar kata Eka Kurniawan bahwa “Cantik
Itu Luka”. Kecantikan Roro Oyi ternyata tidak sebanding dengan kecantikan
nasibnya. Memang saat itu sosio kultural masyarakat memandang bahwa terpilih
sebagai istri Raja adalah kebanggaan dan semacam keberkahan hidup, walau hanya
sekedar menjadi selir sang raja, walau hanya sekedar menjadi klangenan dari
seorang penguasa. Begitu juga yang terjadi dengan gadis cantik Roro Oyi.
Roro Oyi dibawa ke Mataram,
karena Roro Oyi belum cukup umur untuk diambil istri Ingkang Ngerso Dalem, maka
ia dititipkan di rumah Ngabehi Wirorejo. Hari-hari selanjutnya Roro Oyi harus
menghabiskan waktunya menjadi gadis pingitan. Ia diajari oleh Nyi Wirorejo
dengan berbagai adat-istiadat keraton dan ketrampilan merawat diri serta
ketrampilan olah dapur.
***
Setelah kematian Sang permaisuri
Ratu Truntum Amangkurat meradang dan menjadi gelap mata, Sang Raja yang lalim
ini menghukum siapa saja yang dianggap menjadi biang kematian permaisurinya. Ia
tidak peduli lagi segala aturan. Orang-orang yang dianggap bersalah dihukum
tanpa ada proses pengadilan. Begitulah
jika egoisme dan ambisi nafsu kekuasaan mengamputasi nurani kebenaran.
Setelah mendapat keterangan dari
tabibnya bahwa kematian Ratu Truntum disebabkan oleh racun, maka Amangkurat
murka. Ia menyuruh kepada prajuritnya agar menghukum selir-selirnya yang
dianggap ikut bertanggung jawab atas kematian sang permaisuri. Amangkurat I
menuduh bahwa selir-selirnya telah bersekongkol untuk membunuh Sang Ratu.
Sehingga mereka semua harus mendapatkan hukuman.
Sebanyak lebih dari empat puluh
selir raja dikurung di dalam sebuah kamar tanpa makanan apapun selama beberapa
pekan. Akhirnya selir-selir ini banyak yang mati kelaparan, bahkan ada yang
sampai saling memakan bangkai teman-temannya yang lebih dahulu meninggal dunia,
hingga keseluruhannya juga ikut menyusul teman-temannya ke alam baka. Tragis dan sangat mengerikan. Kebiadapan yang
tak terperikan.
Drama kekejian Amangkurat I tidak berakhir di sini. Setelah ia dirundung
duka nestapa karena ditinggal wafat istri yang paling dicintainya, ia meminta
untuk dicarikan istri yang sebanding dengan kecantikan dan wibawa Ratu Mas
Truntum.
Adalah Pangeran Pekik yang
mendapatkan tugas dari istana untuk mencarikan pendamping bagi sang Raja.
Kemudian ia memerintahkan Demang Noyotruno dan Mantri Yudokarti untuk pergi
mencari wanita yang katuranggannya dan jalarannya sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh Amangkurat I. Berdasarkan wisik yang diterima dari ahli
kebatinan keraton mereka harus mencari di daerah yang tanahnya berbau harum dan
sumber mata airnya wangi serta jernih.
Dari peristiwa inilah awal mula petaka yang
menimpa Roro Oyi. Setelah Roro Oyi dititipkan di Dalem Wirorejan, sang gadis
yang awalnya masih kanak-kanak ini pun tumbuh menjelma menjadi gadis remaja
yang jelita. Kecantikan dan tindak-tanduknya sungguh mempesona hingga membuat siapa saja yang melihatnya akan jatuh
cinta kepadanya. Kecantikan dan keluwesan Roro Oyi tentu sebanding dengan
kecantikan Ken Dedes, Roro Jonggrang, ataupun putri Majapahit Dewi Kencono
Wungu.
Raden Mas Tejoningrat cucu
Pangeran Pekik, putra dari Amangkurat I yang saat itu baru pulang dari medan
tempur melawan kaum pemberontak tidak sengaja melihat kecantikan Roro Oyi di
Dalem Ngabehi Wirorejo . Ia pun menjadi penasaran dengan gadis itu. Oleh
Pangeran Pekik diberitahukan bahwa Roro Oyi adalah putri sengkeran
keraton yang kelak pada waktunya akan dinikahi oleh ayahnya.
Seakan panah asmara telah menikam
jantung hati Sang Pangeran, setelah dari Dalem Wirorejan Raden Mas Tejoningrat
jatuh sakit. Ia banyak mengurung diri di kamarnya. Sang Pangeran menderita sakit asmara jatuh wuyung kepada
gadis pujaannya. Melihat cucu kesayangannya jatuh sakit Pangeran Pekik akhirnya
datang ke Wirorejan untuk meminta agar Roro Oyi bisa dinikahkan dengan cucunya.
Awalnya [ermintaan itu ditolak oleh Demang Wirorejo, namun setelah dikatakan
bahwa Pangeran Pekik akan bertanggung jawab maka Ki Demang pun merelakan putri
yang akan dipersunting oleh Ayah dari Raden Mas Tejoningrat sendiri.
Betapa bahagianya Raden Mas
Tejoningrat keinginannya untuk bersanding dengan Roro Oyi terlaksana. Begitu
juga dengan Roro Oyi, ia pun lebih memilih menjadi istri dari seorang pemuda
daripada menjadi istri ayah dari pemuda itu. Namun sayang cinta di bumi
sengkeran itu harus dibayar dengan harga yang mahal.
Demi mendengar gadis pingitannya
dinikahi oleh anaknya sendiri Amangkurat I menjadi murka. Ia tidak peduli bahwa
yang menjadi sebab adalah mertuanya sendiri yaitu Pangeran Pekik. Maka karena
kesalahannya yang telah berbuat melampui batas melebihi kewenangan Sang Raja,
Pangeran Pekik dianggap bersalah dan mendapat hukuman mati. Akhirnya Pangeran
Pekik digantung di alun-alun istana. Tidak hanya itu saja seluruh orang-orang
dari keluarga Dalem Surabayan juga dibantai tak tersisa. Mereka kemudian
dimakamkan di Bukit Banyusumurup wilayah sebelah selatan makam Imogiri.
Sedang Raden Mas Tejoningrat pun
mendapat murka. Ia diberi pilihan antara tahta Mataram atau wanita. Jika ia
memilih tahta Mataram ia harus membunuh istrinya, namun jika ia memilih wanita,
Tejoningrat harus kehilangan jabataan putra mahkota pewaris kerajaan Mataram.
Tejoningrat bingung, ia terbayang
wajah kakeknya Pangeran Pekik yang harus merelakan nyawanya demi kekasih
hatinya. Dia pun sangat mencintai Roro Oyi, namun dia harus memilih tahta
Mataram atau cinta. Takdir pun berbicara kadang cinta hanya permainan perasaan
saja, ketika ia harus memilih diantara dua hal itu, Tejoningrat melupakan
cintanya, ia lebih gandrung dengan kekuasaan, ia lebih memilih tahta mataram
dibanding harus mempertahankan cintanya kepada Roro Oyi.
Akhirnya tragedi yang memilukan itu pun
terjadi, gadis cantik Roro Oyi harus menjadi tumbal dari permainan asmara Putra
Mahkota dan Sang Raja. Besarnya syahwat kekuasaan telah mengalahkan cinta Sang
Putra Mahkota hingga ia rela membunuh istrinya tercinta. Roro Oyi nasibmu tak
secantik parasmu.
Joyojuwoto
Subuh, 25 November 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar