Mencintai Tuhan
Sepenuh Cinta
Gambar : samanan01.wordpress.com |
Sobat dumay di manapun kalian berada, pernah kan kalian menikmati malam
dengan sebungkus kacang goreng di musim penghujan, atau saat-saat menikmati
secangkir kopi ataupun teh hangat di saat rintik-rintik hujan mulai turun.
Seger dan nikmat. Rasa-rasanya pengin nambah terus dan nggak mau berhenti kan
makannya. Pengin terus mencecap dan menikmati aroma kopi dan teh yang semerbak
harumnya. Atau mungkin jika kalian penikmat kretek, wah jangan tanya hidup
terasa menjadi milik kita sendiri, hidup hanya selebar daun tembakau, hidup
seperti sepanjang sembilan senti.
Tak perlu berfikir apapun tentang masa depan, karena memang hidup ya saat
ini, kemarin adalah masa silam dan esok pun masih misteri yang sedikitpun kita
tidak mengetahuinya. Jadi hidup ya ini apa adanya dan kita nikmati seindah
mungkin. Mensyukuri nikmat Tuhan dan segala karunia-Nya yang tak terbatas.
Tuhan Maha Kasih dan Sayang kepada hamba-Nya, mana mau Tuhan melihat
hamba-hamba-Nya menderita dan sengsara. Tuhan yang Maha Cinta tak mau melihat
kita galau, susah, gelisah. Tuhan selalu hadir bersama hamba-Nya. Coba
perhatikan betapa mesranya Tuhan menghibur kita “’alaa bidzikrillahi tathma’innul
qulub” bukankah dengan mengingat Tuhan hati kita menjadi tenang. Tuhan juga
tidak mau hambanya kekurangan, Tuhan telah siapkan alam semesta beserta segala
isinya guna memenuhi kebutuhan manusia. Alam ini tidak akan habis guna memenuhi
kebutuhan seluruh makhluk-Nya, namun tentu bukan keinginan nafsunya yang tiada
habisnya.
Nikmat Tuhan mana lagi yang akan kita dustakan ? Air, udara, tanah, api, gunung-gunung,
hutan, laut, udara semua untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tak ada alasan kita
tidak mencintai-Nya, karena cinta Tuhan Maha tak terbatas, cinta Tuhan di atas
segala teori cinta.
Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk Shalat, zakat, puasa, haji,
bersedekah tidak lain karena itu kebutuhan kita untuk menjumpai-Nya. Bukan
karena surga, bukan karena bidadari, bukan karena kenikmatan-kenikmatan dan
kelezatan yang berbau duniawi. Ketika kita shalat sebenarnya kita sedang bermi’raj
di sidratul muntaha menemui-Nya dalam cinta. Nabi bersabda “Mi’rojul Mu’min As
Shalaatu” Mi’rojnya seorang mukmin adalah ketika ia menjalankan shalat. Jadi ketika
kita shalat jangan main-main dengan shalat kita. Jangan seperti anak kecil yang
diiming-imingi mainan lalu mau shalat. Shalatlah karena cinta, shalatlah karena
bermuwajah dengan-Nya.
Begitu juga ketika kita menjalankan ibadah-ibadah lainnya seperti puasa,
zakat, haji dan lain sebaginya, niatnya harus Lillahi Ta’ala, niatnya harus
tulus bukan itung-itungan dengan Tuhan.
Era sekarang ini lagi marak-maraknya perdagangan dengan Tuhan. Mau
sedekah agar mendapat balasan berlimpah, mau membantu jika dapat pujian dan
penghormatan. Memang benar Tuhan pasti membalas kebaikan dan sedekah kita
dengan berlipat-lipat jumlahnya, tapi mbok yo jangan begitu toh caranya. Adab
dan solah bawanya perlu dijaga biar tidak norak.
Jika kita mau menyadarinya
sebenarnya yang butuh sedekah itu bukan orang miskin, tapi justru kitalah yang
butuh mereka. Jadi sama-sama butuhnya. Jangan merasa sok telah membantu mereka,
justru dengan adanya mereka kita dibantu. Karena pada hakekatnya ,enolong orang
miskin dan orang-orang yang sedang kesusahan sebenarnya adalah jalan dimana
kita bisa bertemu “Tuhan”
Mencintai Tuhan sangatlah intim dan pribadi, kita tidak boleh mencampuri
rasa itu dengan keinginan-keinginan dan hastar duniawi lainnya. Cukup cinta
Tuhan tanpa menyertakan yang lainnya. Cukup Tuhan saja yang tahu. Wa kafaa
billahi sahiidan. Dan Tuhan pun sebenarnya telah menempatkan diri yang bisa
dijangkau untuk dicintai. Ana Aqrabu min hablil warid, Saya lebih dekat dengan
urat nadi seorang hamba. Tuhan berbisik saya selalu menyertai hamba-Ku, tidak
pernah sejengkal pun Aku meninggalkannya.
Walau Tuhan Maha Ahad, Maha Tunggal, Maha perkasa dengan segala
eksistensinya namun ingatlah selalu Tuhan juga Maha Wakhid. Yang Manunggal, Yang
menyatu berintegrasi dengan Hamba-Nya.
Yang merendahkan diri-Nya, mendekat ke hamba-Nya..nyawiji... Begitu kata Cak
Nun kepada Rendra, hingga akhirnya Rendra terguguk menangis dan berkata “Tuhan
Aku mencintai-Mu”.
Oleh karena itu mari belajar mencintai Tuhan dengan
sepenuh cinta, agar kita tak lagi berjarak dengan-Nya. Joyojuwoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar