Biografi Singkat KH. Abd. Moehaimin
Tamam
± 50 km ke selatan dari kota Tuban ada sebuah desa
Bangilan namanya, di desa tersebut terdapat seorang kepala keluarga yang
bernama Abu Bakar Wustho dan beliau mempunyai tujuh anak, tiga putra empat putri
dan salah satu anak beliau bernama Bapak Badrut Tamam, beliau mempunyai istri
bernama Ibu Mutmainnah dari kota Tuban, leluhur Bu Mutmainnah ada yang
keturunan Tiong Hua. Pak Tamam dengan Ibu Mutmainnah dikarunai dua anak, Abdul
Muhaimin dan Siti Azizah, sejak kecil sudah meninggal dunia. Tidak lama
kemudian Ibu Mutmainnah pun menyusul wafat, pada saat itu umur Abdul Muhaimin
Tamam + dua setengah tahun, kemudian Abdul Muhaimin kadang diasuh oleh
seorang pembantu yang dapat dipercaya saat Pak Tamam sibuk berdagang. Tak lama
kemudian beliau memperistri seorang wanita dari desa Baorno Timur Kabupaten
Bojonegoro bernama Ibu Halimah, sehingga Abdul Muhaimin Tamam di asuh oleh Ibu
Halimah. Dalam asuhan ibu Halimah inilah Abdul Muhaimin Tamam dibesarkan, dididik
dan diarahkan, juga dipondokkkan, mengaji dan belajar dipondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo Indonesia.
Di Pondok Darussalam yang dikenal dengan Pondok Gontor
inilah Pak Muhaimin diajar, diasuh dan digembleng sampai tamat dan pulang serta
beliau bertekad untuk mendidirikan balai pendidikan Madrasah dan Pondok
Pesantren.
Tekad tersebut dituangkan dalam pernyataan tertulis yang
dihaturkan kepada Bapak K.H. Imam
Zarkasyi pendidiri dan direktur KMI Pondok Modern Gontor Ponorogo (bahwa beliau
ingin pulang serta mengabdikan ilmunya dikampung) serta membantu program yang
didawuhkan oleh Bapak K.H. Imam Zarkasyi bahwa harus ada seribu Gontor di
Indonesia.
Pernyataan tekad yang biasa dilaksanakan oleh setiap
santri kelas enam di KMI Darussalam Gontor Ponorogo itu dijawab oleh Pak Zar (
Panggilan K.H. Imam Zarkasyi) dengan jawaban positif artinya Pak Zar setuju
bahwa Pak Muhaimin direstui untuk pulang ke kampung halamannya dan mengabdikan
ilmunya dimasyarakat, yang mengandung arti bahwa ridho Kyai itu penting.
Di Bangilan beliau mulai mengajar di Madrasah yang telah
ada rintisan para sesepuh yaitu MI Salafiyah Bangilan. Saat itu kedaaan
gedungnya sangat memprihatinkan , karena itu beliau menggoda Bapaknya, tidak
mau mengajar kalau gedungnya tidak direhab. Bapak Tamam mengajak para pengurus bertekad untuk merehab bentuk gedungnya
sehingga menjadi seperti sekarang ini. Kemudian sebab prestasinya beliau
diangkat oleh sidang pengurus menjadi Ka
di MI Salafiyah tsb. (periode th 61 – 65 ). Pada saat itu, beliau juga
bermaksud mendirikan MTs dengan membuat Kls VII di madrasah ini tetapi hanya
kuat 1 tahun dan gagal.
Karena dikawinkan dengan istri dari desa Weden yang berada
di sebelah selatan desa Bangilan, tahun 1965 beliau pindah ke
Weden merintis berdirinya Madrasah di Desa ini serta mengilhami berdirinya
sebuah gedung Madrasah.
Sebelumnya, Madrasah dimulai dengan membuat TPA di rumah mertua.
Caranya, 7 orang anak diajak dan diajak bermain-main di halaman rumah mertuanya.
Anak-anak lain yang tahu, kemudian ikut main dan didaftarkan oleh orang tuanya.
Hari demi hari muridnya bertambah banyak sehingga pada th 1965 ia berhasil
mendorong Bapak Kandung , Bapak mertua dan masyarakat setempat mendirikan
gedung MI dan beliau namakan MI Al-Iman, buku utama yang digunakan pegangan
mengajar ialah : SINAHU MAOS HURUF AL-QUR’AN, oleh K.H. Imam Zarkasyi.
Walau banyak mendapat cemooh dan tiupan-tiupan isu bohong yang mengatakan bahwa
weden bukan lahan untuk pendidikan, sehingga keluarga rumahpun menjadi goyah
hatinya yang menyebabkan Pak Moehaimin mengajar dengan tertekan serta menderita
batin. Tetapi kesabaran, ketabahan, serta keuletan beliau, tegaklah MI Weden
hingga sekarang.
Karena pindah tempat, maka tahun 70 an kepengurusan Madrasah diserahkan dan
diteruskan oleh masyarakat Weden, walau semula masyarakat memprekdisikan bahwa Weden tak mungkin didirikan Balai
Pendidikan.
Untuk kesejahteraan keluarga, beliau beliau pindah
mengontrak rumah di desa Santren yang berada di sebelah
utara desa Bangilan. Didesa baru ini beliau mendirikan perusahaan kayu
jati dengan maksud apabila sudah berhasil menyusun ekonomi, baru akan mengajar
lagi. Usaha ini berkembang dengan pesat, sayang beliau selalu sibuk didunia
bisnis, tenggelam dalam kenikmatan duniawi lupa jati diri serta belok dari jiwa
dan tujuan aslinya, mendidik dan mengajar. Toh sewaktu dipondok Gontor beliau
di pesan oleh Pak Zar agar mampu
menyisihkan waktu untuk mendidik dan mengajar di tengah-tengah kesibukan
bisnis. Karena itu Allah mengingatkannya dengan cara beliau bangkrut dari
dagangannya, perusahaan terpaksa tutup dengan menanggung hutang yang tidak
sedikit.
Alhamdulillah beliau memahami dan menyadari. Karena itu
walau dengan penuh derita pada tahun 1977 beliau pindah meninggalkan Santren
menuju desa Sidokumpul, untuk memulai dunia yang baru sesuai dengan jiwanya
serta ingat kembali dan melaksanakan wejangan lama Pak Zar. Karena itu beliau
mulai kiprah lagi dibidang dibidang pendidikan dan pengajaran sambil membuka
usaha kecil-kecilan yaitu membuat sabun cream. Mengingat kecilnya kapital maka
beliau bertindak sebagai pimpinan, pegawai pengedar sekaligus penjual
berkeliling dari desa satu ke desa yang lain untuk menjual sabun sambil
mendirikan Masjid Al-Ihsan di desa Ngrojo serta mengajar, juga merintis
Madrasah Tsanawiyah dan berhasil mendirikan sebuah gedung didesa Sidokumpul
dekat rumah kediamannya yang beliau namakan MTs ASSALAM sedang bisnis sabun
cream hanya berjalan 1 (Satu) tahun saja. Selanjutnya beralih dalam kesibukan
menterjemah kitab pada dunia percetakan.
Gedung Madrasah Tsanawiyah yang baru ini, didirikan
diatas tanah milik seseorang. Karena kurang kefahaman antara Ka Guru (Pak
Moehaimin) dengan penguasa tanah, menyebabkan kesulitan demi kesulitan ,
akhirnya setelah Madrasah komplit dengan murid dan segala sarana, terpaksa
beliau tinggalkan dan diserahkan kepada Umat Islam setempat. Nama ASSALAM pun
mereka rubah dengan nama lain.
Peristiwa gagalnya MTs ASSALAM di desa Sidokumpul Kec. Bangilam
mengilhami berdirinya Madrasah Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren ASSALAM
baru di lokasi baru.
Istikhoroh Pak Moehaimin serta mujahadah dan perihatin
yang dalam, menyebabkan pada tahun 1983 beliau mampu membeli sebidang tanah +
1 ha di jantung kota Kec. Bangilan. (lokasi Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah
ASSALAM yang sekarang ini), dan berhasil mendirikan 1 (satu) gedung Madrasah
tiap tahun,
di samping berhasil membeli tanah di belakang masjid Jami’
Bangilan. Di Desa Suwalan Jenu Tuban dan Di Desa Banjarworo Bangilan Tuban.
Tetapi karena beberapa sebab, Pak Moehaimin belum mampu
untuk berdomisili di tengah-tengah lokasi ASSALAM baru. 12 tahun kemudian baru
ditempati sebab masih berumah tangga di desa Sidokumpul yang jaraknya +
1 km dari lokasi Madrasah. Karena itu, Madrasah dipimpin dari kejahuan yang
menyebabkan jalannya pendidikan dan pembangunan mengalami kelambatan.
Mengingat cerita Ust. Mahrus pimpinan Pondok Darunnajah
yang diperintah Pak Zar agar bertekad segera pindah ke lokasi Madrasah dan
pertukangan ke lokasi Pondok di ‘Ulu Jami’, maka pada tahun 1993 Pak Moehaimin
memberanikan diri untuk mendirikan rumah di tengah-tengah lokasi Madrasah agar
dapat hijroh meninggalkan rumah lama menuju daerah baru, berdomisili dan
beristiqomah sebagai Kyai, memimpin membangun ASSALAM yang baru di
tengah-tengah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah ASSALAM yang baru pula. Rencana ini terlaksana mulai tahun
1995.
Jadi baru sekitar +
10 tahun akhir-akhir ini ASSALAM baru dan memiliki jati diri, sehingga mampu
untuk maju dalam mendidik dan
mengembangkan pembangunan setiap tahunnya sebab di tengah-tengahi dan di
istiqomahi oleh pendiri (Kyai) nya, setelah dengan gigih sabar dan tawakal
menghadapi terpaan pasang surutnya gelombang hidup menuju ASSALAM sukses. Doc. PP. ASSALAM Bangilan 2005.
Inspiratif mbah...perlu dibukukan
BalasHapusPerlu segera diterbitkan bukunya mbah...
BalasHapusJadi inget masa dulu waktu masih mts di sana.. tapi saya gagal dan tidak lulus.faktor ekonomi dan tidak ada dkungan klwarga.
BalasHapusPadahal sepupu saya yg asli desa senori sudah lebih dulu mencari ilmu di sana.. tapi alhamdulillah ponpes as'salam sudah maju dan berdiri sasalam baru di desa saya banjarworo..