Cinta
Sejati
Carilah
cinta yang hakiki, yang ada pada-Nya yang Esa
Carilah
cinta yang abadi, yang ada hanyalah pada-Nya
Carilah
kasih yang kekal selamanya, yang ada hanyalah pada Tuhanmu
(Raihan)
Cinta adalah anugrah dan keindahan yang bersumber
dari Tuhan yang Maha indah. Cinta adalah fitrah seluruh makhluk di alam raya
ini. Cinta ada bersama titah Tuhan untuk
menjadi ibu bagi semesta, ia ada bersama hembusan nafas, aliran darah, dan
detak jantung kehidupan.
Cinta energi tanpa batas, lembut namun daya kekuatannya mampu menaklukkan badai
yang menghadang, tak ada gunung yang tinggi dihadapan cinta, tak ada lembah
yang dalam atas nama cinta, tak ada kebahagiaan tanpa cinta demikian juga tak
ada derita yang lebih menyakitkan dibanding duka lara karena cinta.
Cinta adalah fitrah dan kita tidak bisa
memungkirinya, karena cinta adalah utusan Tuhan yang dikirim kepada seluruh
makhluknya di dunia. Fitrah itu tidak akan mengalami perubahan, hanya perubahan
itu sendiri yang tak berubah. Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an Surat Ar Rum
ayat 30 :
فطرة الله الّتى فطر النّاس عليها لا تبديلا
لخلق الله
“(Tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tak ada
perubahan pada fitrah Allah”
Jika memang cinta adalah sebuah
ketetapan Tuhan, maka hendaknya kita mampu mempergunakan potensi energi cinta
yang tanpa batas itu untuk kemaslahatan dan bukan menjadikannyasebagai sumber
malapetaka dan kesengsaraan.
Sangat banyak kisah-kisah yang
diceritakan sejarah dan epos tentang perang besar antar negara karena persoalan
cinta. Negeri Ayodya dan Alengka berperang karena persoalan cinta, perang Bubat
antara Majapahit dan Pajajaran juga berlatar belakang asmara, dalam foklore
lokal Kabupaten Tuban terdapat kisah kepahlawanan seorang prajurit wanita Sri
Huning juga memperjuangkan cinta. Begitulah setiap lika-liku sejarah bumbu
cinta selalu ada dan menyemarakkan panggung sejarah kehidupan manusia.
Jika cinta telah bersemi di
kedalaman hati seorang manusia, khususnya kaum muda dan mudi hendaknya ia
hati-hati dalam menjaga diri, karena di dalam cinta ada muatan-muatan bara nafsu
yang kadang membakar indahnya cinta itu sendiri. Biarkan bunga-bunga cinta
mekar dan bersemai indah di taman yang diridhoi Tuhan. Rosulullah Saw
mengajarkan kepada kita jika diantara kamu wahai pemudah telah siap menikah maka
hendaknya ia segera menikah, dan apabila belum mampu untuk itu hendaknya ia
menahan diri dengan berpuasa.
Menahan diri untuk tidak
melakukan hal-hal yang dilarang agama dalam cinta adalah perbuatan yang mulia. Jika
ada seorang yang dimabuk cinta dan ternyata cintanya tidak kesampaian hingga ke
jenjang pernikahan, kemudian ia menjaga diri dari perbuatan dosa kemudian
menyimpan cintanya hingga ia meninggal
dunia karenanya, maka ia seperti seorang yang meninggal dunia dalam keadaan
syahid fi sabilillah. Subhanallah...
Dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Al Hakim, Al Khatib, Ibnu Asakir, dan Ad dailami Rasulullah Saw bersabda :
من عشق فعفّ فكتم فمات مات شهيدا
Artinya : Barang siapa yang
sangat mencintai (seseorang) kemudian ia tetap menjaga diri dari perbuatan dosa
dan menyimpan cintanya sampai mati karenanya, maka ia telah mati syahid”
Oleh karena itu jagalah cinta,
rawatlah cinta, hingga pada saatnya nanti, cinta itu bersemi di taman suci Miitsaqan
ghalidzan, karena di situ cinta sejati bersemi dalam pendar-pendar cahaya
Ilahi. Sekian. Jwt. 28.02.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar